Setelah dari Bali Haechan dan Mark nggak pernah ketemu lagi. Mereka nggak saling ketemu lagi, dan itu permintaan kedua orang tua mereka.
Awalnya jelas mereka nolak keras. Mana bisa gitu main misah-misahin kan. Raut muka Mark waktu itu udah kaya mau ngamuk gitu. Dia nggak terima dipisahin dari ceweknya. Lebih tepatnya nggak boleh ketemu dulu.
Sekarang udah genep dua minggu mereka nggak saling ketemu. Paling cuma kontekan jarak jauh.
Kenapa sih orangtua mereka itu suka random banget gitu?
Well, sekarang Ujian Mark udah kelar. Ujian kelulusan maksudnya, bukan Ujian hidup.
Tanpa disangka, waktu di sekolah cowok itu tumbang dan segera dilarikan ke Rumah Sakit dengan mobil ambulance milik sekolah. Untung dia udah nggak ada kegiatan apa-apa lagi disekolahnya.
Kata Dokter, Mark terlalu kecapean dan banyak pikiran. Capek karena terlalu serius belajar buat ujiannya, dan banyak pikiran.
Mungkin karena terlalu rindu sama Haechan kan ya.
Tensi darahnya rendah banget banget banget. Ngebuat orangtuanya merasa bersalah banget udah ngambil keputusan buat misahin anaknya dengan perempuan yang dia cintai dan dia banggakan.
Mereka semakin merasa bersalah karena nggak ngasih tau alesan kenapa mereka misahin anaknya. Yang mungkin aja kalo waktu itu beliau ngasih tau, Mark nggak akan berakhir kaya gini.
Haechan yang khawatir setengah mati langsung mendatangi Mark begitu cewek itu selesai sekolah hari ini.
"Yang~ Jangan gini. Aku takut." Kata Haechan tepat disamping Mark yang kini tertidur pulas karena efek obat yang dia minum beberapa waktu yang lalu.
Cewek itu nggak kuasa untuk nggak nangis. Dia genggam erat salah satu tangan Mark yang nggak diinfus.
Dia kecupi beberapa kali, dengan pandangannya yang nggak lepas dari wajah pacarnya.
Dia kangen banget.
Kangen berat.
Pertama kali ketemu setelah sekian lama dan dalam kondisi Mark yang seperti ini ngebuat hati Haechan serasa diremes kenceng banget. Sakit. Sesak.
Taeyong yang berada dibelakang Haechan segera merengkuh tubuh calon mantunya itu dengan erat. "Maafin Mama ya, sayang. Maaf banget."
Tangisan Haechan malah semakin menjadi.
"Mark nggak kenapa-kenapa kan, Ma?" Tanya Haechan dengan suara paraunya.
"Mark nggak kenapa-kenapa. Kata Dokter, dia terlalu kecapean."
"Tapi aku takut.." ucap Haechan.
"Ssshhh. Jangan mikir aneh-aneh. Itu kamu cium juga langsung bangun dia." Kata Taeyong mencoba menenangkan Haechan. Niatnya cuma bercanda untuk menghibur Haechan, eh malah bener-bener dilakuin sama Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan 2 Garis Biru ✔
FanfictionAku mana tahan kalo kamunya aja kaya gini. -Mark Spin-off dari, #Titik_Dua_Bintang