Bagian 52

197 21 0
                                        

***

Selamat Membaca

***

Luna baru saja menghapus semua aplikasi yang terinstal di ponselnya. Ia rasa Luna tak butuh itu lagi. Yang ia harus lakukan sekarang adalah menjauhi Fandu dan orang-orang terdekatnya. Dan itu sudah ia lakukan pada Lika, Bunda dan Papanya. Ia bahkan menghindari ketiga orang itu jika salah satu diantara mereka ada dirumah. Luna selalu mengurung diri di kamarnya. Jika mereka pergi dan ketika itulah Luna keluar dan berbincang seperti biasanya pada bibik dirumah.

Setelah menghapus semua aplikasi. Luna mengeluarkan sim card nya dari sana. Lalu membuang kartu itu kedalam tong sampah di kamarnya. Ia memang harus memulai semua dari awal lagi. Setelah merasa beres, Luna menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidurnya, menatap lurus kedepan nya. Pikirannya kembali kosong dan ia tidak memikirkan apa-apa.

Suara mobil bundanya terdengar masuk ke pekarangan rumah. Luna turun dari tempat tidurnya, ia berjalan ke jendela, ia menoleh kebawah, melihat bundanya turun dari mobil itu. Sepertinya bunda dan papanya pulang bersamaan. Luna berpikir kalau ini untuk kali pertama nya Luna melihat mereka berdua pulang cepat dan bersamaan juga. Ini masih pukul tujuh dan biasanya mereka akan pulang pukul sepuluh lewat.

Tak cukup lama, pintu kamar Luna digendor. Luna lantas menoleh bingung.

"Lun, buka pintunya, bunda sama ayah mau ngajak kita makan malam diluar." suara Lika terdengar dari sana. Luna sama sekali tak ingin menjawabnya. Luna tidak tahu apa maksud makan malam diluar kali ini, ini tak biasanya terjadi, dan ia belum pernah sekalipun ikut makan malam keluarga. Perasaannya tidak enak, dan ia tidak ingin ikut. Itu hanya akan membuat suasana hatinya rusak lebih parah lagi.

"Lun, buka pintunya. Lo kenapa abaikan gue lagi. Gue minta maaf." ulang Lika lagi. Lika kembali membuat ia merasa tidak enak akan Luna beberapa hari ini. Karena Luna kembali bersikap dingin. Luna masih diam. Ia beranjak ke tempat tidurnya, dan berbaring, lalu meraih selimut dan menyelimuti dirinya tinggi-tinggi.

"Luna..." kata Lika lagi.

"Yasudah, kalau dia tidak mau ikut, nggak usah dipaksa." terdengar suara papanya dari luar sana. Luna mendengar nya mendadak menahan napas. Sebenci itukah papanya pada dirinya. Luna tak bisa mengukurnya lagi.

"Tapi Yah," protes Lika tak terima.

"Lun, ayo sayang. Kita udah lama nggak kumpul nih." kata Bundanya juga. Luna tetap pada pemikiran nya ia tak ingin menjawabnya dan ia tak ingin ikut.

Sayang?

Luna tersenyum sinis, wanita itu hanya berpura-pura baik saja padanya, tak ubahnya dengan para ibu tiri di cerita kerajaan yang dulu sering ia baca ceritanya. Sepertinya itu berlaku pada dirinya. Luna tersenyum miris mengingatnya.

"Ayo Lik, Luna nya tidak mau." kata bundanya lalu pergi dari sana. Sedangkan Lika masih berdiri mematung didepan kamar Luna.

"Lun, ayo. Gue juga mau ngomong sama lo. lo jangan gini sama gue." kata Lika lagi. Luna menyibak selimut itu, ia semakin kesal melihat Lika seperti ini, seperti biasanya Lika selalu bandel dan Luna sudah tidak tahan, ia turun dan menuju pintu kamarnya. Membuka pintu itu melihat Lika yang kini memasang muka serius padanya.

"Lo pergi saja yah, gue lagi nggak mood. Dan kemarin lo bilang kan lo kangen makan diluar sama bunda sama ayah.Ini saat yang tepat. Gue nggak mau ganggu kalian. Gue cuma orang asing disini. Udah sana yah, lo pergi aja. Nggak usah peduliin gue." kata Luna kesal kembali menutup pintu itu dan Lika mendengarnya tak percaya.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang