Bagian 60

203 28 1
                                        

Selamat membaca
***

Luna masih kepikiran soal ucapan Aura kemarin. Ia bingung untuk mendapatkan kendaraan itu darimana. Ia hanya punya beberapa ratus uang, dan itu jelas saja tidak cukup. Dan ia juga tidak mungkin mengandalkan Gilang selalu soal urusannya dan ia juga tidak mungkin meminta bu Rahmi untuk membelikan dirinya motor. Luna menggaruk kepala, lalu detik berikutnya ia menggeleng. Dan ia jadi kebanyakan bingung, karena daritadi ia hanya memikirkan itu. Bahkan ia tidak tahu kalau bu Rahmi melihat nya sejak tadi. merasa ada yang tidak beres dengan Luna.

"Luna?" panggil bu Rahmi serius. Sedangkan Luna masih fokus pada setrikaannya dan pada pikirannya.

"Lun?" panggil bu Rahmi lagi. Dan Luna tidak juga menyahut. Bu Rahmi malah mendekat dan menepuk pindah Luna.

"Luna? Kok melamun aja dari tadi. Ada masalah apa?" tanya bu Rahmi sontak saja membuat Luna kaget. Ia menoleh serius. Detak jantungnya berdetak lebih cepat.

"Oh, nggak ada buk," kata Luna sambil menggeleng sedikit tersenyum. Bu Rahmi melihat dengan tatapan menyelidiki.

"Sejak pulang tadi malam, Luna jadi aneh, nggak ada masalah kan sama Gilang sama teman-teman nya?" tanya bu Rahmi curiga. Lantas saja Luna kembali menggeleng.

"Ya nggak lah buk, kemarin itu Gilang ulang tahun, dan dia traktir kita makan-makan, habis itu pulang, begitu saja." jelas Luna serius. Bu Rahmi mengangguk lega.

"Syukurlah, ibu takut terjadi apa-apa sama kamu, kalau ada apa-apa kasih tahu ibuk yah." jelasnya mantap dan Luna mengangguk.

"Pasti buk." balasnya menurut dan bu Rahmi kembali melanjutkan pekerjaan nya. Luna bernapas lega. Ia benar tidak mungkin memberitahu bu Rahmi soal masalah ini. Ia tidak ingin kembali merepotkan bu Rahmi. Yang sekarang Luna pikirkan adalah menolak ajakan Gilang untuk selalu pergi bersamanya. Dan ia tidak ingin Gilang kembali seperti Fandu. Kasian terhadap dirinya. Luna tidak ingin itu  hal itu terjadi lagi.

Luna telah menyelesaikan pekerjaan nya. Sudah pukul lima sore. Dan bu Rahmi juga sudah menyuruh Luna untuk mandi dan beristirahat dikamar mereka.

Setelah selelsai mandi, Luna sekarang sedang duduk dibawa tempat tidurnya, melipat kedua kakinya, dan ia memegang buku sbmptn yang kemarin ia beli. Masih berpikir keras tentang itu. Entah kenapa. Konsentrasi nya benar benar terganggu kali ini. Padahal ia sudah lama tidak merasakan perasaan semacam ini, merasa tidak enak pada Gilang. Beberapa bulan bersama bu Rahmi disini cukup membuat ia merasa damai sendiri. Dan ia seperti memulai kembali kehidupannya.

Luna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mencoba membuka buku itu dan mencoba kembali berkonsentrasi. Baru beberapa soal Luna kembali tidak bisa fokus.

"Ah, sialan." katanya kesal. Mengusap mukanya frustasi. Luna meraih dompetnya yang biasa ia letakan dibawa tempat tidurnya. Dan membuka nya. Melihat empat lembar uang pecahan 50.000 dan dua pecahan 20.000 di dalam sana. Dan Luna melihat ATM bundanya yang masih ia simpan dan ia ingat disana ada sekitar 500.000 ribu dan ia lupa mengambilnya. Luna tersenyum sedikit, ia meraih ATM itu dari sana dan tanpa sengaja Luna menarik dua kartu sekaligus. Luna membalik ATM itu dan matanya membulat saat melihat ATM Fandu disana. Luna hampir melupakan benda pemberian Fandu itu.

"Astaga, ini." kata Luna mengggaruk kepalanya lagi. Ia lupa untuk menitipkan kartu itu pada mama Fandu. Padahal ia berjanji akan mengembalikan itu pada mama Fandu sebelum ia pergi. Entah kenapa Luna lupa. Dan ia membawa itu kesini. Mendadak Luna diam, ia terpikir akan mengambil uang itu dan membelikan dirinya sebuah motor. Tapi detik berikutnya ia kembali menggeleng. Itu tidak mungkin dan Luna tidak ingin itu terjadi. Ia yakin isi dari kartu itu cukup untuk membeli sebuah motor. Tapi entahlah, Luna tidak pernah mengeceknya.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang