Bagian 69

226 26 3
                                    

Selamat membaca

***

Sejak tadi Luna tidak bisa konsentrasi. Ia masih berusaha fokus tetap saja buyar. Ia masih kepikiran soal Fandu dan bu Rahmi yang juga mengetahui semuanya. Ia belum sempat bertanya pada bu Rahmi. Karena banyak sekali pekerjaan bu Rahmi tadi ketika ia hendak pergi. Dan ia juga harus ketempat les.

Sekarang setelah jam les berakhir Luna masih duduk disana. Memikirkan banyak hal dan jadi banyak bingung.

"Lun, udah sore, nggak pulang?" tanya Aura membuyarkan lamunan Luna, ia kini menoleh kearah pintu masuk lalu detik berikutnya ia mengangguk sedikit. Aura kembali pergi.
Dengan segera Luna mengumpulkan alat tulisnya dan memasukan kedalam tas nya. Lalu bangkit dari sana. Keluar dari kelas. Gilang sedang menunggunya diparkiran. Luna menarik napas berat dan menghembuskan perlahan. Luna bersyukur Gilang tidak menjauhi dirinya ataupun berubah. Luna juga tidak tahu kenapa. Dan setidaknya Luna harus sedikit berhati-hati.

"Langsung pulang Lun?" tanya Gilang serius. Luna mengangguk mantap.

"Emang mau ke mana lagi Lang?" tanya Luna heran.

"Toko buku bentar yuk, gue mau cari buku." ajak Gilang. Luna berpikir sejenak. Lalu ia mengangguk sedikit. Ia setuju, jika pulang, nanti hanya akan membuat Luna banyak merenungkan apa yang terjadi saja. Setidaknya ia bisa melupakan itu dengan pergi kesana.

Tidak cukup lama. Luna dan Gilang sudah sampai di toko buku. Gilang sedang memilih beberapa buku tulis disana. Luna malah makin bingung, ia mengambil sembarang buku dan membaca sinopsis nya, lalu meletakkan kembali. Entah kenapa Luna jadi tidak tertarik dengan semua buku yang ada, padahal biasanya Luna selalu ingin buku ini, buku itu jika sudah berada ditoko buku seperti ini.

"Ada yang mau dibeli?" tanya Gilang serius. Luna menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak tahu.

"Yaudah, gue bayar dulu yah." kata Gilang menujuk ke buku yang hendak dibelinya. Dan berjalan menuju kasir, sedangkan Luna mengikut dibelakang.
Menurut saja.

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Gilang ketika mereka sudah sampai lagi ke parkiran. Gilang melihat Luna aneh. Luna mengangguk sedikit.

"Gue nggak apa-apa Lang." kata Luna tersenyum. Mencoba seperti biasa saja.

"Nongkrong ditempat kopi favorit lo yuk." ajak Luna serius. Gilang setuju dengan ide Luna kali ini.

***

Luna mengaduk kopi yang tadi ia pesan. Melihat Gilang yang juga melakukan hal yang sama dengannya.

"Jadi anak bu Rahmi diadopsi oleh papa lo ketika dia masih kecil?" tanya Gilang membuka obrolan ia dan Luna yang sejak tadi diam.

"Iya Lang, namanya Lika. Dia berbanding terbalik sama bu Rahmi. Anaknya bar-bar dan suka seenaknya. Suka ke klub juga dan pokoknya gue berasa dia bukan anak bu Rahmi. Dia diadopsi ketika umur enam tahun, ketika dia berada di panti asuhan. Dan papa gue lebih sayang sama anak angkatnya daripada gue." kata Luna tersenyum samar. Mengingat nya saja cukup membuat Luna merasa kembali membuka luka lama yang sampai sekarang belum sembuh.

"Benarkah?" lanjut Gilang penasaran. Luna mengangguk sedikit.

"Begitulah. Papa selalu kasih barang ke gue ketika dia sudah membelikan Lika barang itu. Semacam gue dapat sisanya." kata Luna tertawa sedikit, dan Gilang menatap Luna serius.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang