***
Selamat membaca***
Bel baru saja berbunyi dan hampir selurus siswa sudah keluar ruangan. Hanya tinggal beberapa orang lagi, dan Luna yang masih mengumpul kan alat tulisnya dan memasukan kedalam tasnya.
Ponsel Luna bergetar disaku rok seragam miliknya, dengan gerakan cepat Luna meraih benda itu, melihat nama Fandu muncul disana. Luna menggulir layar jawab dan menempelkan benda itu ditelinga kiri nya dan tangan kanannya meraih tas sekolah nya dan mulai menyandang nya.
"Ya Fan, apa?" Kata luna datar.
"Titip mobil kamu sama Lika yah, tadi aku udah bilangin ke dia. Pulang bareng. Aku nunggu didepan sekolah." katanya serius. Alis Luna terangkat, ia bingung Fandu akan membawanya kemana lagi."Mau kemana Fan?" tanya Luna serius, mulai keluar dari ruangan kelasnya.
"Hm, ikut aja Lun." katanya serius. Luna mengangguk sedikit, melihat Lika berjalan bersama Gea kearah nya.
"Oke, gue kesana." kata Aluna menutup sambungan telepon itu dan meraba saku tasnya dan menyodorkan pada Lika kunci mobil itu.
"Ntar jangan pulang malam yah, gue nggak mau lo dimarahin ayah lagi." kata Lika serius. Luna mengangguk sedikit, ia juga bingung, Fandu selalu mengajaknya seenak jidat nya saja.
Luna beranjak pergi dengan langkah cepat keluar dari gedung sekolahnya menuju gerbang. Melihat Fandu sedang berbicara dengan Tio dan Kevin didepan mobilnya. Luna tidak tahu mereka membicarakan apa, yang penting terlihat serius. Luna menghampiri ketiganya.
"Oke, nanti kita bahas lagi. Gue cabut dulu," katanya pada Tio dan Kevin yang kini mengangguk sedikit, menoleh pada Luna serius.
"Ayo Lun, masuk." ajak Fandu membuka pintu mobilnya dan menyuruh Luna masuk.
"Hati-hati Fan, bawa Luna jangan lama-lama. Ntar lo aneh-aneh lagi." ejek Kevin lantas membuat Fandu melihat Kevin kesal.
"Lo pikir gue siapa? Mau ngapain sama Luna? Jangan mikir jelek deh." balas Fandu terdengar kesal sedangkan Luna tersenyum samar, lalu mengejek keduanya. Kevin dan Tio menggeleng bersamaan.
"Ya kali aja lo khilaf." kata Tio ikutan. Fandu menggaruk kepalanya menoleh kembali pada Tio dan Kevin.
"Astagaaa, mau ngomong kasar ntar lo berdua marah sama gue." katanya kesal, masuk kedalam mobilnya dan menutup pintu mobilnya cepat. Dan kembali menoleh pada Luna yang kini melihat Fandus serius.
"Mau kemana Fan?" tanyanya mantap.
"Ikut aja, nanti juga tahu." katanya serius. Luna tak mengerti. Ia mengangguk, menurut saja. Toh ia juga tidak keberatan jika itu bersama Fandu. Ia lebih senang menghabiskan waktu bersama Fandu jika Fandu pulang.
Fandu mulai menjalankan mobilnya."Kamu nggak keberatan kan Lun, pergi sama aku?" tanya Fandu serius. Luna lantas menoleh lalu detik berikutnya ia menggeleng cepat. Tentu saja tidak.
"Ya nggak lah, aku malah senang jika itu sama Kamu. " kata Luna tersenyum, Fandu ikut tersenyum samar.
"Makasih." balasnya Fandu cepat, Luna mengangguk sedikit.
Mobil Fandu memasuki sebuah gang cukup kecil dan jalannya banyak yang berlobang dan Luna belum pernah kesana. Ia tidak tahu kalau tak jauh dari sekolahnya ada sebuah perumahan disana.
Tak cukup lama, mobil Fandu berhenti tepat didepannya sebuah bangunan yang belum jadi. Dan disana tampak becek dan banyak air tergenang di jalanan yang berlubang. Karena baru saja hujan mengguyur. Luna melihat kedepannya, lalu beralih melihat Fandu serius.
