Selamat membaca
***
Luna merasa sulit untuk membuka matanya, ia merasa seluruh tubuhnya remuk, ditambah lagi hatinya terasa sakit. Luna mencoba bangun dan berhasil duduk. Luna mengambil duduk ditepi tempat tidurnya, melihat jam yang terpajang di dinding kamar dengan sedikit buram, karena kepala Luna terasa pusing. Pukul setengah delapan, dan Luna sudah melewatkan sholat subuh nya, hal itu cukup membuat Luna kesal.
Luna mencoba memperbaiki rambutnya yang berantakan, tapi ia merasa sulit untuk melakukan itu. Luna merasa seluruh tenaganya hilang entah kemana. Luna berdecak kesal, tidak jadi mengikat rambutnya dan memilih kembali berbaring, Luna merasa benar-benar tidak sanggup untuk melakukan apapun saat ini, ia hanya ingin tidur dan berharap hari terberat dalam hidupnya ini akan segera berakhir dan ia segera lupa, tapi sepertinya Luna butuh waktu yang panjang untuk satu hal ini.
Pintu kamar terbuka dan bu Rahmi muncul disana, membawa semangkuk bubur, segelas air putih lalu obat diatas baki yang dibawanya, Luna sontak saja membuka mata dan melihat bu Rahmi dengan tatapan sendu.
"Makan dulu yah, biar ibu suapin, badan kamu panas." kata Bu Rahmi meletakan baki yang dibawanya diatas meja disamping tempat tidur, lalu meraba kening Luna yang memang terasa cukup panas.
"Duduk dulu," pinta bu Rahmi menyuruh Luna untuk duduk kembali dan bu Rahmi membantu nya.
Kemudian Bu Rahmi meraih bubur tadi dan mulai mengaduk aduknya, lalu detik berikutnya ia mulai menyendok bubur itu dan menyuapinya pada Luna.
Setelah selesai bu Rahmi menyuruh Luna minum obat dan beristirahat kembali.
"Istirahat dulu saja, nanti kalau panas nya tidak turun, kita ke rumah sakit." kata Bu Rahmi menyelimuti Luna kembali yang kini mengangguk sedikit. Bu Rahmi tersenyum samar, mengusap kepala Luna lembut.
"Ibuk kedepan dulu yah, tidur saja." kata Bu Rahmi keluar dari sana dan menutup pintu kamar. Sedangkan Luna kembali memejamkan matanya, berharap ia segera pulih dan tidak ingat apa-apa lagi soal Fandu setelah ini.
Sudah setengah hari Luna dikamar dan Luna merasa sudah sedikit membaik, ia memilih keluar dari kamar. Melihat bu Rahmi sedang sibuk dengan pekerjaan nya.
"Lho, kok malah keluar, kamu sudah nggak apa?" bu Rahmi mendekat kearah Luna lalu merasakan kening Luna dengan punggung tangannya. Lalu detik berikutnya ia tersenyum.
"Syukurlah sudah normal. Luna makan dulu, tadi udah ibuk siap kan sop." ucapnya pada Luna serius. Sambil menarik Luna ke dapur.
"Aku sendiri aja buk, udah nggak apa-apa." kata Luna tersenyum meyakinkan bu Rahmi kalau dirinya sudah baik-baik saja. Bu Rahmi mengangguk sedikit tersenyum.
"Makan, mandi dan sholat yah. Nanti Istirahat lagi." kata Bu Rahmi cepat. Luna mengangguk sedikit.
Berjalan kearah dapur. Jika seperti ini Luna merasa tidak enak hati dengan bu Rahmi walaupun kepalanya masih terasa berat dan ia masih terasa lemas ia harus tetap kuat. Toh tinggal beberapa jam lagi ia akan pergi les.
Luna tidak ingin hanya karena masalah Fandu semua pekerjaan nya terbengkalai. Luna harus melanjutkan hidup nya. Toh, jika mengurung diri dikamar dengan memikirkan hal itu hanya akan membuat ia bersedih saja. Luna mulai mengambil nasi dan mencampurkan dengan sop. Lalu memaksa nasi dan sop itu masuk kedalam mulutnya. Walaupun ia sendiri tidak merasa lapar dan selera makannya juga benar-benar hilang.
Tapi Luna harus menghabiskan itu, ia ingin tetap melanjutkan hidup nya. Membuktikan pada papanya kalau ia baik-baik saja dan bisa hidup sukses tanpa bantuan papanya.
