Bagian 66

206 29 0
                                        

Selamat membaca

***


Luna telah menyelesaikan semua pekerjaan nya. Dan sekarang ia bingung sendiri. Luna sudah mengunci semua pintu dan sekarang ia sedang duduk diatas kursi tempat ia biasa membaca. Bu Rahmi sedang ke Bandung, ada keluarga bu Rahmi yang sakit. Awalnya Luna ingin ikut, tapi mendadak batal malah ada jadwal masuk dan ujian tengah semester pula. Mau tidak mau Luna terpaksa tinggal sendiri dirumah. Walaupun ia sendiri tidak yakin apa ia berani atau tidaknya, toh, selama tinggal disini, Luna tidak pernah ditinggal bu Rahmi sendiri. Walaupun bu Rahmi sudah menitipkan Luna pada Pak Ahmad jika terjadi sesuatu, atau Luna tidak berani ia bisa bermalam dirumah bu Rahmi tapi Luna rasa itu tidak mungkin walaupun ada beberapa pengurus rumah pak Ahmad disana. Ia memilih dirumah saja. Bu Rahmi juga mengatakan kalau ia tidak akan lama. Hanya satu malam saja.

Sudah pukul setengah delapan dan Luna merasa sepi sendiri. Ia sudah selesai sholat dan makan malam yang tadi disiapkan bu Rahmi sebelum pergi.
Dan bu Rahmi juga mengingat kan Luna untuk selalu mengunci pintu jika dirumah dan jika ingin pergi.
Merasa bosan sendiri. Luna sejak tadi hanya mengingat Nara saja, semoga Nara bisa jadi tempat perginya kali ini. Luna meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Nara, beruntung diangkat lebih cepat.

"Hallo mbak? Dimana?" tanya Luna serius.

"Lagi dirumah Lun, kenapa? Luna mau kesini? Sini lah." katanya serius. Luna mendengar nya tersenyum samar. Ia akan mengembalikan buku dan meminjam buku lagi disana.

"Oke mbak, aku kesana." kata Luna tersenyum bangkit dari tempat duduknya.

***

Luna sudah berada di apartemen Nara, ia mengembalikan buku yang kemarin ia pinjam dan sekarang Luna sedang memilih beberapa buku yang hendak ia pinjam lagi.

"Minum dulu Lun." kata Nara meletakkan sebuah minuman kaleng di atas sebuah meja baca disana.

"Kalo mau yang lain ambil di lemari es aja. Snack mbak juga banyak disana." jelas nya mengambil buku yang tadi ia baca lalu membawanya diatas sofa.

"Jadi kamu sendiri dirumah, ya udah sama mbak aja disini, besok pagi baru pulang." kata Nara serius. Luna berpikir sejenak. Nara ada benarnya juga.

"Emang boleh mbak?" tanya Luna serius. Nara tersenyum samar, ia lantas mengangguk mantap.

"Boleh Lun, kamar mbak ada dua kok. Tapi jangan kaget yah, soalnya nanti ada teman mbak yang juga tidur disini." katanya serius. Luna menoleh heran, lalu detik berikutnya ia mengangguk saja, ia bingung, tapi tetap mengiyakan. Kembali memilih beberapa buku disana.

"Mbak dengar Gilang nembak kamu?" tanyanya sontak membuat Luna menghentikan aktivitas nya ia menoleh pada Nara serius. Pikirannya buyar.

"Mbak dengar dari siapa?" tanya Luna balik.

"Dari Gilang sendiri," sahut Nara serius. Luna mengangguk sedikit mengerti.

"Kenapa? Gilang baik sama kamu Lun, terus dia juga dewasa, pinter, juga pekerja keras, kalian berdua cocok." kata Nara meyakinkan Luna. Luna berjalan mendekat pada Nara, lalu mengambil duduk di sofa disebelah Nara.

"Tapi gue anggap dia sahabat gue mbak, gue juga udah anggap Gilang kakak gue, sama kayak mbak," balas Luna sontak membuat Nara tersenyum samar.

"Apa karena cowok itu, yang dibilang teman kamu?" tebak Nara membuat Luna menggigit bibirnya kuat. Lalu detik berikutnya Luna menggelengkan kepalanya.

"Bukan mbak, aku memang nggak pengen aja pacaran, trus tiba tiba putus pas udah nggak cocok lagi, otomatis hubungan aku sama Gilang bakal berantakan dan nggak bakal seperti sekarang lagi. Aku cuma mau fokus sama hidup aku aja." kata Luna serius. Nara tersenyum samar.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang