Selamat membaca
***
Luna masih tiduran dikamar nya. Sesekali ia melihat jam yang tergantung di dinding kamarnya. Pukul tujuh tiga puluh. Dan Luna ragu untuk pergi. Mama Fandu kemarin mengundangnya ke acara ulang tahun pernikahannya dan Luna rasanya tak ingin pergi. Selain tak punya teman, ia juga tak punya baju untuk pergi ke pesta.
"Lun, buka pintunya?" suara bunda Lika sontak membuat Luna menoleh, lalu berdiri cepat, beranjak ke pintu kamar dan membukanya. Melihat bunda Lika sedang berdiri disana. Memegang sebuah dress berwarna merah muda selutut bersama sebuah paper bag ditangan kirinya.
"Pergi yah, ini dress Luna. Sama ini kado dari bunda. Sebagai perwakilan bunda. Soalnya bunda ada rapat dadakan lagi." katanya serius menyodorkan dress dan paper bag itu.
"Tapi bun, aku sendiri aja?" protes Luna ragu sembari mengambilnya.
"Ya nggak apa-apa sayang. Kan tante Tia kenal baik sama kamu. Nanti banyak kok anak-anak temannya disana. Trus ada bunga juga dan udah bunda tarok di mobil kamu. Bunda udah mau telat nih." katanya menunjuk ke jam yang ada ditangannya. Luna terpaksa mengangguk. Dan bundanya kembali pergi.
Luna menarik napas berat dan menghembuskan perlahan, ia beranjak ke kamar mandi dan mencuci mukanya.
Ia terpaksa pergi. Tapi setidak nya nanti ia bisa sebentar disana. Lalu pamit pulang. Setidaknya ia berikan kado ini dan bunga nya. Tujuan Luna kali ini.Luna sudah sampai di hotel tempat acara itu diadakan. Ia juga baru saja masuk ke ruangan itu. Ia Menoleh pada mama Fandu kini sedang menyambut para tamunya. Luna ragu untuk mendekat. Tapi ia harus kesana. Ia menunggu beberapa orang untuk tidak berada disekitar mama Fandu.
"Malam tan?" sapa Luna ramah.
"Malam Lun, kirain Luna nggak bakalan datang." Mama Fandu memeluk Luna singkat, lalu beralih mencium pipi kiri kanan Luna yang kini tersenyum samar.
"Ini untuk tante." kata Luna menyodorkan pada mama Fandu.
"Wah, makasih sayang." katanya sembari mengambil bunga dan paper bag itu.
"Dari bunda semua. Aku disuruh gantiin dia." kata Luna tersenyum. Tidak mau berbohong.
"Yah nggak apa-apa sayang. Makasih lo yah." katanya sembari tersenyum. Luna ikut tersenyum menoleh pada papa Fandu yang baru bergabung dengan mama Fandu. Luna berpikir juga harus menyapa sosok itu.
"Malam om?" sapa Luna pada Papa Fandu ramah, Luna menyalami tangan papa Fandu dan papa Fandu tersenyum membalasnya. Papa Fandu mengunakan pakaian yang mirip dengan yang digunakan mama Fandu. Berwarna merah muda, persis seperti warna dress nya. Luna juga heran kenapa bundanya tahu kalau hari ini Dress code nya berwarna itu. Jadi dress-nya cocok untuk malam ini.
"Hay Lun, kita tetangga tapi jarang ketemu yah." sambutnya pada Luna.
"Iya om, parah, kek jauh banget." balas Luna.
"Kek tetangga jauh yah pa." ledek mama Fandu.
"Iya. Kapan kapan kita kemping bareng lah, barbeque gitu. Biar om sama kamu makin dekat. Kek tante." katanya tersenyum. Luna ikut tersenyum samar.
"Ide bagus pa." kata mama Fandu cepat.
"Boleh deh Om, tan, kapan kapan." balas Luna menurut saja. Mama Fandu dan Papa nya kembali tersenyum mengangguk.
"Ide bagus kan, Lun?" ulang Papa Fandu.
"Banget om," balas Luna santai.
"Ya udah om, tant, selamat yah. Aku kesana dulu." tunjuk Luna pada kursi kosong yang cukup jauh disana. Ia tak mungkin lama-lama disini, toh banyak orang-orang penting yang ingin mengucapkan selamat kepada keduanya.
"Iya Lun, awas jangan pulang yah." kata mama Fandu mengancam seolah tahu kalau Luna akan pulang nanti nya. Luna tersenyum samar sembari mengangguk. Ia Menoleh pada kursi itu sudah terlihat diisi oleh beberapa orang. Secepat itu, Luna memajukan mulutnya manyun. Menoleh kiri kanannya. Berharap ia kembali menemukan kursi kosong. Luna tersenyum saat menemukan nya lagi. Teryata masih banyak kursi kosong disana. Dengan langka cepat Luna beranjak kesana. Tapi langkah Luna terhenti ketika seseorang menutup matanya dari belakang, Luna sontak saja kaget.
"Hop, ketangkep." suara tak asing sontak membuat Luna menoleh, melihat Fandu tersenyum kearahnya. Alis Luna terangkat, bingung.Fandu mengunakan kemeja berwarna sama dengan dress Luna. Dan Fandu terlihat lebih tampan dari biasanya.
"Mau kemana?" tanyanya Fandu memutar bahu Luna dalam satu putaran dan ia sekarang berada tepat didepan Fandu yang perlahan mendekat dan mmenariknya kedalam pelukan nya. Mata Luna membulat, detak jantungnya berdetak lebih kencang.
"Astaga kangen banget." katanya mempererat pelukannya pada Luna yang kini kehilangan kata-kata. Otaknya sedang tidak bisa berpikir jernih, antara tidak percaya dan bingung. Kenapa Fandu bisa disini. Luna menggigit bibirnya. Menyadari kebodohannya. Toh, ini acara mama Fandu ya jelas ada Fandu disini. Tapi kapan Fandu pulang.
Fandu masih memeluknya erat, sedangkan Luna ragu untuk membalas nya. Yang jelas ia merasa bahagia berada disini. Dan ia tak ingin Fandu menjauh darinya.
Tanpa sadar Luna ikut memeluk Fandu erat.
Dan berusaha sadar diri, tapi tak cukup lama pegangan Luna ia lepas. Mendadak wajah Tiffany terlintas di kepala nya. Sialan memang."Kapan lo pulang?" tanya Luna datar.
"Hm, beberapa jam yang lalu. Baru aja tadi gue mau nyamperin lo kerumah, tapi lo udah disini" ucapnya tersenyum.
"Udah Fan, lepas. Malu diliat orang." kata Luna sedikit jutek. Fandu meregangkan pelukannya, menatap Luna serius.
"Yaudah kita lanjutin di tempat sepi." katanya sontak dapat tatapan mematikan dari Luna dan ia mendorong Fandu kuat.
Fandu terkekeh."Lo sama siapa? Nggak bawa Tiffany?" Kata Luna menoleh kiri kanannya, Fandu hanya sendiri dan bersyukur tidak ada yang peduli dengan keduanya dan raut muka Fandu berubah drastis.
"Dia nggak pulang." kata Fandu datar. Luna mengangguk sedikit tersenyum.
"Fan..." seseorang memanggil Fandu. Fandu dan Luna menoleh serius.
"Iya..."
"Jas lo." katanya serius. Fandu mengangguk sedikit tersenyum.
"Bentar ya Lun. Aku Pasang jas trus sama mama dulu." katanya sambil mengacak rambut Luna dan berlalu pergi meninggalkan Luna yang kini menghembuskan napas lega. Ia kembali berjalan. Mencari tempat duduk untuk dirinya.
"Hay, Luna." seorang wanita memanggil Luna. Luna lantas menoleh serius.
"Oh hay Tan," sapa Luna menyalami wanita itu. Dan Luna ingat kalau itu tante Dewi. Teman mamanya. Dan ia sedang bersama anaknya.
"Gabung sini aja." kata Sifa, anaknya tante Dewi pada Luna yang kini mengangguk tersenyum.
"Oh makasih tan." kata Luna mengambil duduk disana. Kata bundanya ada benarnya. Ia sekarang punya teman.
"Mama kamu gimana, dia sehat?" tanya tante dewi serius. Luna mengangguk sedikit.
"Alhamdulillah sehat tan." sahut Luna tersenyum.
"Syukurlah. Kamu kenapa bisa disini?" tanyanya serius.
"Hm, aku ngewakilin Bunda sama papa, mereka nggak bisa datang." kata Luna menjelaskan. Tante dewi mengangguk paham.
***
