Selamat membaca
***Luna baru saja keluar dari gerbang kampus. Sekitar pukul setengah enam. Dan hujan malah turun. Buru-buru Luna berlari kearah halte. Dan beberapa mahasiswa ikut berteduh disana. Padahal tadi baik baik saja dan tiba-tiba hujan. Luna melihat hujan yang turun cukup deras. Ia memilih mengambil duduk disana. Mengeluarkan earphone dari dalam tasnya lalu memasangnya cepat. Ia memutar sembarang musik disana. Lalu mengeluarkan kembali buku yang tadi ia pinjam di perpustakaan kampus. Dan kembali membacanya.
Dan Luna sudah lama tidak kehujanan di luar rumah.
Dan kembali membuat ia merasa tidak nyaman.
Hal yang selalu Luna hindari. Tapi cukup beruntung masih ada sekitar lima orang mahasiswa disana yang ikut berteduh dengannya."Woy, Luna?" Tristan memukul bahu Luna sontak membuat Luna menoleh padanya. Mengambil duduk disebelah Aluna. Luna melepaskan sebelah earphone miliknya dan melihat Tristan serius.
"Gue anterin yuk." katanya serius menunjuk pada mobilnya yang ia parkir tak jauh dari halte kampus. Luna lantas menggeleng cepat.
"Nggak usah Tris. Ntar lo jadi kayak Gilang. Gue nggak enak." kata Luna sontak membuat Tristan tertawa.
"Gue sama Gilang beda Lun, emang kenapa? Lo nggak mau sama dia? Gagal move on sama siapa Lun?" tanyanya dengan banyak pertanyaan pada Luna yang kini terpaksa menutup bukunya kembali.
"Gue cuma nggak pengen ngejalanin sebuah hubungan dulu. Gue cuma mau fokus sama kuliah dan kehidupan gue aja." katanya serius. Tristan mengangguk sedikit mengerti.
"Jadi cuma karena itu. Gue kira lo beneran gagal move on Lun," balas Tristan lirih. Luna memilih diam, ia enggan membahas masalah itu.
"Kalo lo gagal move on, lo bisa memulai nya bareng Gilang. Buat lupain cowok itu." jelas Tristan tersenyum samar dan Luna lantas memukul bahu Tristan.
"Astagaaa, gue nggak sejahat itu Tris." balas Luna kesal. Tristan tersenyum lagi.
"Tapi beberapa orang pernah berada di posisi itu Lun, mereka mengambil kesempatan ketika didekati orang lain, untuk melupakan seseorang terdahulu dan itu sudah biasa terjadi." jelasnya serius. Luna kembali menggeleng.
"Dan gue bukan salah satu diantara beberapa orang yang lo maksud itu." balas Luna cepat. Luna mematikan musik diponselnya, lalu mencabut tali earphone nya kasar, memasukan ponsel, earphone dan bukunya kedalam tasnya kasar.
"Tapi itu sudah lumrah terjadi Lun. Dan memang banyak orang berhasil dengan cara itu, gue yakin lo nggak mau nerima Gilang karna memang gagal move on seperti yang lo katakan malam tadi, toh Gilang baik, dia juga cakep, pekerja keras." Kata Tristan ngotot dan Luna kini makin tidak suka mendengarnya. Ia menatap Tristan kesal.
"Tapi gue bukan orang seperti itu Tris, gue bukan orang yang suka memaafkan orang lain untuk kepentingan gue pribadi, gue nggak mau ngejalanin hubungan karena gue butuh orang buat move in. Itu sama saja lo mempermainkan perasaan orang lain Tris. Itu sama aja lo berbohong sama orang itu. Kalau mereka tahu mereka pasti bakalan kecewa, coba aja lo di posisi itu." kata Luna makin kesal. Ia bingung kenapa Tristan jadi seperti ini padanya.
"Oke, sekarang gue paham, lo emang baik dan juga beneran gagal move on. Gue cuma tes lo." kata Tristan tersenyum samar, dan Luna menatap Tristan tak percaya.
"Sialan lo," kata Luna memukul bahu Tristan kuat.
"Tapi emang nggak ada salahnya Lun, dicoba, kali aja lo beneran suka juga sama dia." kata Tristan terbahak, dan Luna menatap Tristan aneh.
