Selamat membaca
***
Sejak masuk tadi Luna fokus pada pelajaran didalam kelas, dan sejak tadi pula Tristan yang berada disampingnya melihat Luna aneh. Tristan sama sekali tidak bisa diam, membuat Luna ingin sekali memukulnya. Merasa kesal sendiri dengan kelakuan Tristan kali ini.Tristan malah lebih banyak menggoyang-goyang kakinya daripada fokus pada pelajaran, hal itu sangat membuat Luna merasa terganggu.
Hingga pelajaran usai, dan dosen yang mengajar sudah keluar dari ruangan itu.
"Tris, lo kenapa? Nggak bisa diem? Gue risih tau?" kata Luna kesal mengumpulkan alat tulisnya lalu memasukan kedalam tasnya, sedangkan Tristan lantas tersenyum lalu merapatkan bangku yang ia duduki pada Luna.
"Gue nggak sabaran mau tanyain lo," kata Tristan cepat, alis Luna terangkat, ia menatap Tristan aneh.
"Tanyain apaan?" balas Luna cepat, hendak berdiri tapi dengan cepat Tristan menarik tangan Luna untuk segera duduk kembali.
"Eittts, bentar dulu, pangeran Tristan belum berbicara banyak," katanya membuat Luna sontak memeletkan lidahnya, mengejek Tristan yang tadi menyebut ia seorang pangeran, tapi Luna menurut dan kembali duduk.
"Lo mau apa emangnya?" tanya Luna tak sabaran.
Tristan tersenyum sedikit."Hmm, begini Lun, jadi lo beneran putus sama itu bos kita?" katanya bertanya. Raut wajah Luna mendadak berubah serius, lalu detik berikutnya ia menganggukkan kepalanya sedikit.
"Iya, kenapa memangnya?" tanya Luna balik, berusaha biasa saja, sejak kemarin Luna berusaha tetap baik baik saja dan selalu berusaha melupakan semuanya, Luna rasa tidak ada gunanya mengingat semuanya
"Ya nggak apa-apa sih, cuma, gue nggak setuju lo putus sama dia, lo putus sama dia bukan karena Gilang, kan? Jangan bilang setelah ini lo jadian sama Gilang, gue benar benar nggak setuju." kata Tristan tak terima. Luna lantas menggeleng cepat.
"Ini bukan karena Gilang, lo jangan ngomong sembarangan," kata Luna ketus, berubah jutek membuat Tristan mengangguk sedikit tersenyum. Kalau Luna bersikap seperti itu, berarti ia tak perlu khawatir lagi.
"Syukurlah, jadi gue nggak perlu khawatir lagi." kata Tristan berdiri dan Luna mendengar nya dengan tatapan aneh. Lalu detik berikutnya Luna menggelengkan kepalanya heran, ikut berdiri disana.
"Lo sehat, kemarin gue dengar lo sakit?" tanyanya cepat, Luna menganggukkan kepalanya lagi.
"Gue sehat. Jangan bilang lo tanya ini karena Kevin." kata Luna kesal.
"Bukan Lun, Tristan emang tanyain lo ke Gilang, bukan ke gue, dia tau nya lo dekat sama Gilang bukan sama gue, jadi dia bilang lo nggak mau ditemui dulu sebelum move on, gue dengar itu ketika mereka lagi ngobrol di klub dan Kevin setiap hari nanyain lo ke dia, padahal kita berdua cukup dekat yah kan?" balasnya dengan nada serius.
"Kata siapa?" kata Luna balik. Tristan lantas tersenyum samar.
"Kata gue sendiri kayaknya." katanya menunjuk dirinya sendiri sembari terkekeh.
"Gue becanda Tris." balas Luna cepat sambil tersenyum samar. Tristan hanya mengangguk sedikit. Ia mengerti kalau Luna tidak setega itu padanya.
"Gimana beasiswa lo, udah keluar?" tanya Tristan lagi. Luna menggeleng cepat.
"Minggu depan katanya, tapi belum tahu jelasnya," balas Luna datar, raut wajah Luna berubah saat melihat Gilang berada tak jauh didepan nya. Dan Tristan bisa melihat itu.
