Bagian 54

195 33 0
                                        

Selamat membaca

***

Luna menatap daftar nama nilai tertinggi pada UN kali ini. Ia melihat namanya tertera paling atas. Bahkan ia sudah tak pernah belajar dan cukup menjawab soal seadanya. Luna juga heran kenapa ada namanya disana. Dan beberapa guru menyayangkan keputusan Luna untuk tidak kuliah.

Dan beberapa ucapan baru saja diterimanya. Itu cukup membuat Luna bahagia.

"Gila, lo emang benar keren Lun." kata Kevin menepuk pundak Luna pelan. Luna tersenyum samar, ia menoleh sedikit. Cowok itu sekarang berdiri tepat disampingnya, ikut melihatnya.

"Lo kasih gue apa?" katanya asal.

Kevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia tidak punya apa-apa, ia tak sengaja melihat ke gelang yang dipakainya. Gelang itu ia beli beberapa waktu lalu bersama Fandu. Dan Fandu juga memiliki nya.

"Ya udah, karena gue nggak punya apa-apa, gue kasih lo ini aja." katanya membuka gelang yang terbuat dari benang itu dan menyodorkan pada Luna yang lantas mengambilnya, lalu memasangnya cepat. Kevin melihatnya tersenyum.

"Thanks Kev." katanya kembali menepuk pundak kevin dan berlalu pergi.

"Fandu bangga sama lo." katanya sontak menghentikan langkah nya lalu tersenyum samar. Ia kembali berjalan, ini terakhir kalinya Luna akan menginjakkan kakinya di sekolah ini. Dan ijazahnya akan diambil alih papanya.

Dan ia juga berbohong soal kuliah pada Teman-teman nya kalau ia akan kuliah diluar kota.

***

Di depan rumah, Luna bertemu dengan Lika yang sekarang hendak berangkat ke bandara diantar oleh ayah dan bundanya. Luna yang baru saja keluar dari mobil nya melihatnya serius. Lalu detik berikutnya ia masuk kedalam rumah. Tidak ada kata-kata perpisahan dari Luna. Luna rasa tidak perlu, ia cukup berharap Lika akan kembali dan membangga kan kedua orang tua angkatnya.

Lika sepertinya juga sudah menyerah. Ia tak lagi meminta Luna untuk berbicara padanya.

Luna juga sudah menyiapkan  bajunya kedalam koper. Hari ini juga Luna akan pergi ke Bali. Ke cabang perusahaan papanya yang berada disana. Luna tidak tahu, yang jelas ia hanya diberi sebuah tiket pesawat dan disana ia akan dijemput oleh seseorang. Dan orang itu sama sekali tidak ingin tahu siapa dia. Dan ia hanya diberi uang pas pasan untuk makan disana. Luna bingung kenapa harus terjadi pada dirinya.

Luna sudah mengosongkan kamar itu dari semua barangnya. Dan meminta bik Tini untuk tidak memberitahu mbak Yuli dan mamanya, beserta mama Fandu dan Fandu tentang keberadaannya sekarang. Bik Tini hanya nengangguk Sedih. Ia memeluk Luna lama. Lalu Luna pamit pergi pada semua yang ada di rumah. Ia berjanji akan mengunjungi semua jika punya kesempatan lain tapi bukan ditempat ini.

***

Luna mendorong kopernya berserta boneka yang dulu Fandu berikan padanya keluar dari bandara.
Matanya membulat disaat seorang cowok berdiri sembari memegang kertas bertuliskan namanya disana. Dan Luna bisa menebak siapa orang itu. Itu orang yang dikatakan papanya.

Lelaki berpostur tubuh tinggi itu mendekati Luna. Ia mengenal Luna.

"Selamat datang Luna." katanya hendak menyalami Luna tapi Luna hanya diam saja. Ia tidak ingin menjawabnya.

"Rayhan," katanya sembari tersenyum dan Luna tak peduli itu. Ia berjalan kembali, melewati cowok itu begitu saja. Sontak saja ia memasang muka jengkel. Ia kembali ikut berjalan meraih koper yang dibawa Luna, tapi dengan cepat Luna menarik nya kembali.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang