Selamat membaca
***Luna sekarang pergi lebih cepat dari rumah dari biasanya. Jadi ia pamit pada Bu Rahmi akan ke perpustakaan dulu baru ketempat les dan bu Rahmi tentu saja mengizinkan, karena sebentar lagi ujian utbk akan dimulai. Dan Ia juga takut jika Gilang menjemputnya. Luna selalu beralasan pada Gilang. Dan ia terpaksa membeli kouta dulu untuk me ngechat Gilang beberapa minggu belakangan ini.
Dan sekarang Luna sedang berada disebuah perpustakaan daerah tidak jauh dari tempat les nya. Ia sedang mempelajari kisi kisi soal yang besok akan di ujiankan itu.
Sudah satu jam Luna belajar dan Luna merasa bosen sendiri. Ia meraih ponselnya. Melihat jam disana, masih ada sekitar Tiga puluh menit lagi jadwal masuk les. Luna menyandarkan tubuhnya. Menggulir layar ponselnya. Ia sudah lama tidak membeli kouta internet. Dan Luna mendadak rindu dengan teman teman nya. Tiva, Selly. Silla. Dan Luna sama sekali tidak tahu mereka kuliah dimana, toh Luna tidak pernah bertanya soal itu pada mereka dulunya. Luna perpikir untuk mencari tahu mereka di salah satu media sosial. Tapi ia sudah menghapus itu semua dulunya. Luna kembali menginstal nya dan membuat akun baru dengan nama lain.
Lalu memulai pencarian nama nama temannya disana. Luna tersenyum samar ketika ia menemukan Silla disana. Lalu menemukan Tiva dan Selly di foto milik Silla yang Silla tag disana. Ketika mereka bertemu disebuah bandara. Dan Luna beranjak ke akun Tiva. Disana tidak begitu banyak foto, Tiva terakhir kali meng-upload foto sekitar satu bulan yang lalu. Dan disamping foto itu ada foto dirinya dan Tiva ketika kelulusan sekolah. Dan Tiva menge taq akunnya yang sudah ia hapus. Dan banyak komentar disana. Luna membuka komentar itu. Mata Luna membulat karena ada banyak sekali teman-teman sekolah mereka yang bertanya tentang keberadaannya dirinya. Dan beberapa orang menanyakan dirinya pada m Fandu. Tentang dimana dirinya apakah Fandu tahu. Dan disana Fandu tidak membalasnya sama sekali.
Luna membaca semua komentar itu disana hingga habis. Lalu menenekan nama Fandu disana. Halaman sosial media milik Fandu muncul dan Instagram itu dikunci."Sial." gumam Luna kesal. Luna tidak bisa melihat apa saja Foto Fandu disana. Luna menggaruk kepalanya, berpikir sejenak. Ia kembali ke halaman instagram nya. Melihat nama yang baru saja ia buat. Jauh dari namanya dan ia yakin siapapun tidak akan mengenali dirinya. Toh disana tidak ada foto juga dan karena baru juga tidak ada orang yang diikuti dan mengikuti. Luna kembali ke halaman instagram milik Fandu. Lalu menekan tombol ikuti. Dan sekarang ia hanya menunggu Fandu membuka Instagram dan menerima permintaan nya. Luna hanya ingin tahu apa Fandu baik baik saja disana.
Luna menoleh kembali pada jam disana. Sudah waktunya ia pergi. Luna meraih bukunya dan memasukan kedalam tasnya. Lalu beranjak pergi dari sana. Sekarang Luna hanya perlu berjalan kaki melewati trotoar sekitar sepuluh menit dan ia akan sampai kesana. Walaupun cuaca masih sedikit panas, toh, Aluna sudah biasa. Ia sudah biasa berjalan sedikit jauh. Bahkan ia pernah berjalan tiga puluh menit, sampai rumah Luna merasa semua kakinya letih.
Sampai di tempat les. Gilang sudah menunggunya disana.
Dan ia bersiap menginterogasi Luna tentang akhir akhir ini Luna tidak ikut dengan nya."Lo nggak menghindar gara gara nggak mau gue antar jemput, kan?" tanya Gilang saat Luna sampai didepan cowok itu dengan muka memerah dan keringat bercucuran.
Luna lantas menggeleng cepat."Ya bukan Lang, gue cuma mau belajar dulu di perpus disini. Besok kan gue ujian. Jadi harus fokus. Lo tahu kan kalau dirumah gue nggak bisa konsen karena nggak tega liat pekerjaan ibu menumpuk disana." jelas Luna jujur. Gilang mengangguk paham.Dan itu juga salah satu alasan nya. Ia memang tidak bisa begitu konsentrasi jika melihat banyak sekali tugas bu Rahmi sedangkan ia sibuk belajar, ia bukan Luna yang dulu, dulu memang ia tidak tahu soal pekerjaan rumah, yang ia tahu belajar dan belajar. Sekarang waktunya benar benar terbagi. Luna akan belajar jika semua pekerjaan usai, dan ia tidak akan belajar jika banyak sekali pekerjaan yang menumpuk, bahkan beberapa minggu terakhir Luna hanya punya waktu satu jam setelah pukul sembilan malam. Dan ia mengerjakan soal soal dengan keadaan mata mengantuk. Niat hati Luna ingin bangun pagi pukul empat, tapi karena kecapean ia malah bangun pukul setengah enam dan itu harus buru-buru sholat subuh dan kembali membantu bu Rahmi. Hanya sabtu minggu yang seperti sekarang Luna bisa manfaatkan.
