Bagian 74

214 29 0
                                        

Selamat membaca
***

Sesekali Luna melihat jam yang melingkar ditangan dengan tatapan kesal, sudah pukul tujuh malam, hujan cukup deras, dan ditambah lagi handphone Luna mati. Luna sedang berada di sebuah ruko kosong dengan beberapa orang yang ikut berteduh disana. Dan ia ingin menelpon bu Rahmi tapi ia tidak hafal nomor itu jika ia meminjam ponsel salah satu orang disana. Luna tadi sengaja tidak mengabari bu Rahmi akan kerumah Nara untuk mengembalikan buku yang usai ia baca, dengan alasan ia akan pulang secepatnya, ia tidak menyangka akan hujan dan terkurung cukup lama disana. Luna cukup kesal dibuatnya.

Sementara itu bu Rahmi tanpak sangat khawatir dirumah mereka, ia mondar mandir di depan Laundry, sesekali mencoba menelpon Luna disana, nomor itu tentu saja tidak aktif. Bu Rahmi tahu Luna bercerita kalau ponselnya akhir-akhir ini sedang bermasalah, dan bu Rahmi sudah menyarankan Luna untuk mengganti ponsel yang baru saja. Tapi Luna menolaknya.

"Coba telpon Gilang buk, kali saja nomor Gilang sudah bisa ia angkat." kata Pak Ahmad memberi tahu lagi kalau tadi bu Rahmi menelfon Gilang dan tidak dijawab, karena Gilang sedang tidak memegang ponselnya. Bu Rahmi mengangguk sedikit, dan kembali menelpon Gilang, beruntung Gilang menjawabnya kali ini.

"Halo, buk?" suara Gilang terdengar jelas disana.

"Ini Lang, kamu sama Luna nggak? ALuna belum pulang dan hujan juga. Ibuk khawatir." kata bu Rahmi dengan nada khawatir.

"Hmm, tadi katanya mau kerumah Nara buk, biar aku telepon Nara dulu, kali aja masih disana." kata Gilang serius

"Oke, baik Lang, ibuk tunggu." kata Bu Rahmi menutup sambungan telepon nya pada Gilang lalu melihat kearah Lika dan Pak Ahmad disana.

"Tadi katanya kerumah Nara. Tapi kenapa dia nggak nelpon ibuk." kata bu Rahmi terdengar makin khawatir.

"Mungkin ponselnya mati buk, dan Luna nggak ingat nomor ibuk." sahut Lika serius mencoba menenangkan, sembari menarik bu Rahmi untuk segera duduk disana. Sedangkan pak Ahmad kini berdiri.

"Yasudah, biar bapak ambil mobil dan kita cari sama sama." kata Pak Ahmad serius beranjak pergi meninggalkan bu Rahmi dan Lika yang kini tampak setuju.

"Biasanya Luna selalu kabarin ibu dimana saja dia berada. Dia nggak bisa kalau ada hujan Ka." kata bu Rahmi lagi. Lika mendadak diam, Lika ingat kalau dulu ia tidak sengaja mendengar mbak Yuli cerita kalau Luna tidak suka hujan pada bibik dirumah Lika. Dan Luna cukup trauma akan hal itu.

"Ibuk tahu ini dari siapa, Luna yang cerita?" tanya Lika serius. Bu Rahmi menggelengkan kepalanya cepat.

"Beberapa hari Luna disini, ibu dapat telepon dari Fandu dan dia cerita semuanya sama ibuk. Luna trauma sama hujan dan ibuk benar benar tidak menyangka dari kecil saja Luna sudah punya trauma yang cukup sulit ia lupakan." jelasnya serius. Lika mengangguk sedikit. Dan ia benar tidak menyangka kalau Fandu tahu Luna sejauh itu, begitu juga bu Rahmi sekarang.

Gilang kembali menelpon bu Rahmi.
D

an dengan cepat bu Rahmi menjawab nya.

"Kata Nara dia udah pulang sebelum maghrib buk, apa aku nyusul kesana?" kata Gilang mengusulkan.

"Tidak usah, biar ibuk sama bapak saja. Kita naik mobil kok. Kamu dirumah aja
Hujannya masih deras ini." balas Bu Rahmi cepat.

Yes or No (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang