Selamat membaca
***Luna berusaha sadar, ia tidak percaya kalau ia bertemu Kevin disini.
Pelukan itu lepas, Kevin malah menggoyang bahu Luna dengan kedua tangannya. Memastikan kalau ia benar bertemu dengan gadis itu. Lalu kembali tersenyum samar."Luna, ternyata lo bener disini." Kata Kevin serius pada Luna yang masih berusaha sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Sedangkan Gilang dan Tristan ikut berdiri. Melihat keduanya aneh. Kemarin Dwi dan sekarang Kevin. Luna tidak tahu kenapa hidupnya sesempit ini.
"Ini beneran kamu, kan? Lun?" Kevin malah mengusap kasar wajah Luna yang kini terpaksa tersenyum.
"Gue kangen banget sama lo." Kevin kembali memeluknya erat. Sedangkan Luna masih tersenyum.
"Gue juga, kenapa lo bisa disini?" tanya Luna heran, pelukan Kevin kembali lepas. Ia mengacak rambut Luna kasar dengan kedua tangannya, ia merasa gemas sendiri.
"Gue masih pake gelang lo nih." kata Luna memperlihatkan gelang yang ia pakai pada Kevin yang dulu ia terima ketika kelulusan sekolah.
"Syukurlah, jadi ini ternyata bener lo." kata Kevin tersenyum. Akhirnya mengakui kalau itu beneran Luna setelah melihat gelang miliknya pada Luna. Dan Luna masih mengingat itu dengan jelas.
"Iya ini gue. Gimana sama teman-teman yang lain?" tanya Luna ingin tahu.
"Mereka semua sehat Lun, astaga jadi lo benaran dijogja. Gue dengar lo kabur dari bali." katanya serius. Luna tersenyum mengangguk.
"Lo ngapain disini?" tanya Luna balik, ia tidak ingin membahas itu.
"Harus nya gue yang tanya lo kenapa disini." kata Kevin menarik bahu Luna dan mengusap nya lembut, ia benar-benar rindu dengan gadis ini.
"Lo teman Gilang sama Tristan?" tanyanya melihat Gilang dan Tristan bergantian. Luna ikut menoleh pada Gilang dan Tristan disana yang masih melihat nya serius.
"Ia gue teman mereka, Mereka ngajakin gue, jadi gue disini. Lalu lo?" balas Luna cepat. Kembali bertanya kenapa Kevin bisa berada disini. Kevin menurunkan tangannya pada bahu Luna. Ia mengambil duduk disebelah Luna. Dan menyuruh Luna duduk kembali sembari menarik tangan Luna untuk duduk disana.
"Gue ngurusin ini Lun, ini punya Fandu." katanya sontak membuat mata Luna membulat tak percaya. Ia tidak salah dengar, bukan?.
"Apa?" kata Luna memastikan sedangkan Kevin mengangguk lagi.
"Bener Lun. Gue disini dan Tio ngurusin klub Fandu di Bali. Awalnya kita nolak sih, pas Fandu tawarin ke kita. Gue nggak yakin, tapi Fandu suruh gue mikir, dan gue mikir Fandu aja lebih kecil dari gue dulunya udah bisa urusin bisnis dia, kenapa gue nggak? Dan gue coba. Ternyata gue bisa. Dan Fandu kasih gue kebebasan. Dia kasih gue apartemen, gue dipinjamin mobil dia, dan gue bisa kuliah juga, dan sekarang gue bisa beli apa yang gue mau." katanya jelas, Luna melihat Kevin serius, lalu menepuk pundak Kevin mantap. Kevin keren dan Ia sekarang menyadari kalau ini adalah milik Fandu. Lagi.
"Jadi gue sekarang disini. Gue benar kangen sama lo Lun. Nggak nyangka lo bakal kesini. Dan lo bener di Jogja ternyata." tambah Kevin tersenyum.
"Fandu dimana?" tanya Luna serius.
Kevin berpikir sejenak."Dia Lulus ke dokteran di Stanford. Dan dapat beasiswa juga. Dia memang keren Lun." jelas Kevin membuat Luna tersenyum samar. Mengangguk sedikit. Fandu memang sekeren itu. Dan ia sungguh iri.Tentu saja.
