Prolog

16.5K 839 160
                                    

Pagi hari yang cerah ini, semua siswa dan siswi SMA Nusantara disibukkan dengan berbagai tugas yang memang menjadi deadline mereka pada hari ini. Terlihat jelas ada seorang perempuan yang wajahnya nampak murung sekali karena buku tugasnya diambil sama orang yang sangat menyebalkan. Kini mereka saling bertatapan. Si perempuan itu mencoba untuk meraih buku tugasnya dari tangan si laki-laki yang sekarang tampak mengacungkan buku. Sengaja, karena memang bercanda dengan perempuan satu ini selalu membuatnya merasa sangat candu.

"Woy, kembaliin buku gue! Gue mau ngejar tugas nulis pelajaran Bahasa Indonesia!" teriak seorang siswi sambil terus mencoba untuk mengambil bukunya tersebut.

Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya menolak untuk memberikan buku tersebut. Ia malah semakin meninggikan acungan tanganya agar buku tersebut tidak tercapai oleh pemiliknya.

Setelah beberapa kali gadis itu mencoba untuk mengambil bukunya, si laki-laki itu pun sedikit menurunkan acungkannya. Mencoba untuk memberi kesempatan pada si gadis. Namun, gadis tersebut sudah sangat malas meladeni laki-laki yang kini ada di hadapannya.

Remaja laki-laki itu pun mengembuskan napasnya perlahan. "Lo kan pinter, buat apa ditulis? Buat apa juga belajar?" tanya laki-laki itu sambil mengacungkan lagi buku catatan tersebut agar tidak tercapai oleh pemiliknya.

"Ngomong apa sih lo! Please kembaliin buku gue!" pinta siswi itu, yang diketahui namanya adalah Zabrina Alana, atau yang kerap disapa Alana.

"Gue nggak mau!" tolak laki-laki itu, yang diketahui ternyata namanya adalah Revan--temannya Zhico Alatas Daniswara, ketua geng Alatas yang sangat terkenal dengan ketampanannya.

"Tolong kembaliin buku gue, Revan!" ucap Alana lagi sambil loncat-loncat untuk meraih bukunya yang berada di tangan Revan.

Revan tidak mendengar perkataan Alana. Ia memilih untuk terus menjahili Alana. Namun, secara riba-tiba, tangan kekar milik seseorang, berhasil meraih buku itu dan memberikannya kepada Alana.

"Nih, jangan pada berisik! Gue baru datang ke kelas!" ucap orang itu sambil menyodorkan buku kepada Alana. Alana pun menerima bukunya tersebut dan mendongak untuk melihat siapa yang menolongnya. Buku Alana belum seutuhnya ia pegang, sebagian lagi masih dipegang oleh laki-laki itu.

"Atlas? Tumben lo baik? Kesambet, ya?" tanya Alana sambil mengambil alih bukunya dari tangan Zhico Alatas Daniswara, yang sering dipanggil Atlas itu.

"Siapa juga yang baik? Ogah banget gue baik sama lo. Gue ada urusan penting sama Revan," ucap Alatas sambil berlalu meninggalkan Alana.

Alana pun kembali duduk ke kursinya dan terus menggerutu di dalam hatinya. Setelahnya ia duduk di kursinya, ia langsung melempar bukunya tepat ke arah meja. Sontak, hal ini berhasil membuat teman sebangkunya itu mengalihkan pandangan dari handphone nya dan menatap Alana dengan penuh rasa penasaran.

"Al, si Atlas beneran nolongin lo barusan?" tanya Hana--temannya Alana yang selalu ada setiap saat. Hanya dia teman satu-satunya Alana yang sangat Alana percaya.

Alana yang sedang merasa kesal itu pun kini langsung mengernyitkan dahi dan ingin marah pada Hana. "Gak, lagian gue dan dia sama-sama membenci, jadi ga mungkin dia nolongin gue! Tadi itu ... dia cuma ada urusan sama Revan, lo ga denger emangnya?" tanya Alana. Alana sangat membenci Atlas. Baginya Atlas itu so cool. Padahal Atlas itu nyebelin tingkat akut. Itulah yang Alana rasakan.

Hana yang mendengar celotehan Alana pun kini hanya menyengir sambil menunjukkan headset nya. "He he, gue pake ini. Jadi tadi nggak denger jelas apa percakapan kalian dan apa yang terjadi sama kalian," jelas Hana pada Alana.

"Ya Allah, pantesan aja lo ga denger!" ucap Alana sambil membuka buku catatannya, dan menyalin catatan Bahasa Indonesia dari buku Hana. Ia sangat malas berpikir untuk sekarang. Revan berhasil membuat mood Alana anjlok.

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang