Chapter 7

4K 451 19
                                    

Waktu menunjukkan pukul 18:05, Reina tengah gelisah di kamar Rayhan sambil menunggu kabar Ayah dan Bundanya pulang. Sehingga tidak lama setelah itu, sebuah pesan masuk ke dalam HP Reina. Reina yang sadar ada notif dari HP-nya, langsung beranjak dan menuju ke arah HP-nya yang berada di nakas.

“Hana? Ada apa chat gue jam segini?” tanyanya terheran-heran.

Hana

Rei, malem ini sampai 5 malam berikutnya gue nginep di rumah lo ya, soalnya Ayah dan Ibu gue ngadain tahlilannya mau di sini, di Bandung. Awalnya mereka berniat tahlilannya mau di sana, di rumah gue, tapi tiba-tiba Nenek gue minta tahlilannya di sini, di Bandung.

Reina

Ah iya, boleh kok. Kalau begitu sekalian aja lo pulangnya sama keluarga gue! Biar Ayah lo ga capek nganterin.

Hana

Iya bawel. Lagian ini juga gue udah duduk di dalam mobil keluarga lo!

Reina

Billar, sepupu gue ikut gak?

Hana

Enggak, lagian buat apa dia ikut? Besok aja ia harus pergi lagi ke pondok pesantren.

Reina

Cie ... tau aja lo sepupu gue mondok! Kenapa lo bisa tau? Cerita dong sama gue ....

Hana

Nanti aja pas gue udah nyampe di rumah lo. Sekarang gue mau off, tidur di mobil sampai tujuan, hehe ....

Reina

Ya Allah, kebiasaan banget deh kalau naik mobil pasti bawaannya tidur!

Hana

Ya, lebih baik tidur kan dari pada muntah gara-gara mabuk perjalanan.

Reina

Iya juga sih. Yaudah tidur sana!

Hana

Iya, bawel!

Percakapan pun berhenti sampai di sana. Kini, Reina menggeletakkan HP-nya sembarang. Ia mulai beranjak dari kasur mengelilingi kamar Rayhan. Kamarnya sangat penuh dengan kaligrafi yang tertempel di dinding.

“Ternyata, di balik sifatnya yang ngeselin dia alim juga,” gumam Reina. “Eh, apa-apaan sih gue! Biarpun dia alim, tapi dia tetep ngeselin Rei!” ucapnya mengingatkan.

Saat Reina mengucapkan kata-kata itu, tiba-tiba terdengar pintu yang terbuka.

Ceklek

Reina yang mendengar suara pintu terbuka itu pun langsung menoleh, dan menampakkan seseorang yang kini tengah berdiri di sana.

“Rayhan? Lo ngapain di sana?” tanya Reina. Hatinya sangat kaget melihat kedatangan Rayhan.

“Seharusnya gue yang tanya sama lo! Lo kenapa ada di kamar gue?”

Duh, habis deh gue!” batin Reina. Dirinya lupa bahwa ternyata dari tadi ia diam di kamar Rayhan.

Sorry, yaudah gue keluar! Permisi,” ucapnya. Tangannya dengan cekatan mengambil tas yang ada di nakas, dan HP yang ada di kasur.

“Seharusnya kalau mau masuk ke kamar orang tuh izin dulu!” titah Rayhan.

“Ya maaf, lagian tadi Mama lo yang suruh gue ke sini!” ujar Reina sambil berjalan menuruni tangga. Rayhan hanya bisa memutarkan bola matanya malas.

Rayhan pun langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ia merasa sangat lelah karena setelah ia mengajar ngaji anak-anak, ia langsung pergi ke kantor Papanya untuk mengetahui apa saja pekerjaan yang dilakukan Papanya. Bukan apa-apa, hanya saja ia ingin suatu saat nanti bisa meneruskan perusahaan Papanya, ya walaupun dengan rasa terpaksa. Sebelumnya, ia mengantarkan Revan pulang ke rumahnya.

Setelah rasa lelahnya sedikit berkurang, Rayhan langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil air wudhu. Setelah itu, Rayhan langsung melaksanakan sholat magrib. Tanpa ia sadari, ada seseorang yang tengah mengintipnya dari balik pintu.

__________

Hallo readers👋
Gimana nih ceritanya? Kurang bagus ya? Ah, iya deh gapapa ....

Support aku dong, caranya mudah banget loh. Kalian tinggal tekan tombol bintang di pojok kiri, dan komen tentang cerita ini. Apalagi kalau krisar, duh aku seneng banget💙

Next ga nih?
Komen dong💙

Selasa, 27 Oktober 2020
22:15

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang