Chapter 21

3.8K 347 3
                                    

Malam telah berlalu dan berganti menjadi pagi. Reina sudah sadar sekitar pukul 03.00. Namun, dia masih belum berbicara sama siapa pun. Rayhan duduk di pinggir ranjang yang Reina tempati. Ia menggenggam erat tangan Reina penuh perhatian.

Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Tiba-tiba, perut Rayhan berbunyi. Rayhan merasa lapar karena semalam ia tidak makan. Rayhan pun keluar dari kamar rumah sakit yang Reina tempati. Ia berniat untuk membeli makanan untuk dirinya dan juga untuk Nadira, Alvi, Aisyah, dan Kahfi.

Rayhan pun meminta mamanya untuk menjaga Reina. Pada  saat Rayhan ingin melangkahkan kakinya keluar rumah sakit, dengan tiba-tiba, Revan, Hana, dan Felisya datang ke rumah sakit untuk menjenguk Reina. Mereka sudah memakai seragam sekolah yang lengkap. Itu artinya mereka menyempatkan diri untuk menjenguk Reina sebelum mereka pergi ke sekolah. Rayhan menyapa mereka dan menyuruh mereka untuk masuk. Sebelumnya Rayhan meminta izin tidak sekolah hari ini pada Revan. Setelah itu, Rayhan pergi untuk membeli makanan.

Rayhan berhenti di warung makan dekat rumah sakit untuk membeli makanan. Untung saja sudah ada  beberapa makanan yang tersedia di sana. Ia langsung memesan makanan dan di makan di sana. Ia juga memesan makanan untuk keluarganya. Setelah ia selesai makan, ia pun membayarnya dan langsung pergi lagi ke rumah sakit.

Ia berjalan dengan tergesa-gesa tanpa melihat keadaan. Dan hal itu, membuatnya bertubrukan dengan seseorang.

“Eh, maaf kak,” pinta orang yang baru saja menabrak Rayhan.

“Iya gak apa-apa,” jawab Rayhan santai sambil tidak melihat ke arah orang itu. “Felisya? Ada apa?” lanjutnya bertanya ketika sudah melihat wajah seseorang yang kini ada di hadapannya.

“Itu, Kak! T—ta—Tadi, eh! Barusan maksudnya, Kak Reina sadar dia sudah bicara sama ayah dan Bundanya, dan dia juga sudah bicara sama Aku, awalnya wajahnya terlihat sangat ceria. Tapi, pada saat ia tidak melihat Kakak di sisinya, raut wajahnya menjadi sedih. Jadi, sekarang Kakak buruan deh temuin kak Reina!” titah Felisya. Ia menjelaskan semuanya tanpa ada kebohongan sedikit pun.

Rayhan merasa cemas. Ia pun langsung berjalan cepat menuju ke ruangan Reina. Felisya pun pada  akhirnya berjalan mengikuti Rayhan.

Sesampainya di ruangan itu, lebih tepatnya ruang anggrek---tempat Reina dirawat, Rayhan langsung menyimpan makanan itu di nakas.

“Rei, ini gue Rayhan! Rei, lo marah sama gue?” tanya Rayhan sambil mengusap pipi Reina yang basah karena air mata.

Entah karena apa dan karena siapa, Reina bisa menangis seperti itu. “Apakah di dalam hatimu benar-benar tidak ada rasa cinta dan sayang padaku sedikit pun?” tanya Reina lemah. “Apakah kau mau meninggalkanku pada saat keadaanku seperti ini?” lanjutnya bertanya. Pertanyaan Reina barusan, membuat semua orang yang kini berada di sekelilingnya merasa sangat penasaran.

“Kata siapa? Kata siapa aku tidak memiliki rasa  cinta dan sayang padamu? Dan kata siapa juga aku bakalan ninggalin kamu di saat keadaanmu seperti ini?” tanya Rayhan pelan sambil menatap mata Reina dengan lekat. “Dengerin aku! Dulu aku memang membencimu! Benci yang sewajarnya. Tapi, Allah telah mengganti rasa benci yang ada dihatiku dengan rasa cinta dan sayang. Aku baru sadar kalau ternyata kamu orang yang baik, kamu adalah orang yang tersegalanya bagiku!” jelas Rayhan. Reina masih menangis. Namun, tidak seperti tadi.

“Sebenarnya siapa sih yang menghasut pikiran Reina? Sampai-sampai ia berpikiran seperti ini?!” tanya Rayhan agak sedikit membentak.

Rayhan berprasangka kalau yang menghasut Reina itu mamanya. Karena tadi ia meminta mamanya untuk menjaga Reina. Tapi, apa mungkin mamanya Rayhan melakukan hal seperti itu? Dan apa sih manfaatnya?

__________

Jangan lupa vote and komennya!
Krisar juga! Hehee😅


Selasa, 10 November 2020
20:35


J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang