Chapter 22

3.7K 341 15
                                    

Hari sudah semakin siang. Revan, Hana dan Felisya sudah pamit untuk pergi ke sekolah. Rayhan, Alvi dan Kahfi pergi ke mushola rumah sakit, untuk shalat dhuha. Sedangkan Aisyah dan Nadira, menunggu Reina di dalam ruang pasien.

Aisyah mencoba untuk membangunkan Reina yang kini sedang tertidur. Ia mau mencoba memberi Reina makan. Nadira pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Badannya yang lengket, penuh dengan keringat itu membuatnya merasa sangat tidak mengenakkan.

Selang beberapa menit, Reina pun terbangun. Ia mencoba untuk memakan bubur yang sengaja Rayhan beli tadi pagi.

Pada saat Aisyah menyuapkan satu sendok bubur ke dalam mulut Reina, tiba-tiba Rayhan datang. Ia mengucapkan salam terlebih dahulu. Mengucapkan salam itu hukumnya memang sunah. Tapi, menjawab salam itu hukumnya wajib. Namun, jika yang diberi salamnya adalah jamaah atau orang banyak, maka hukumnya fardu kifayah itu pun jika ada salah satu dari mereka yang menjawab salam.

“Mama ke mana Bun?” tanya Rayhan heran karena tidak melihat mamanya di sana.

“Tuh, di kamar mandi. Dia lagi bersihin badanya, nanti gantian Bunda juga mau bersihin badan,” jawab Aisyah sambil tersenyum. Tangannya masih setia menyuapi anaknya yaitu, Reina.

Reina sejak tadi tidak mau berbicara, entah karena apa. Terakhir ia berbicara adalah ketika pagi tadi, yaitu ketika dirinya bertanya tentang rasa cinta pada Rayhan.

“Makan yang banyak ya, Rei,” titah Rayhan sambil mengelus kepala Reina yang tertutup hijab. Reina  seperti tidak mendengarkan kata-kata Rayhan barusan. Ia lebih memilih untuk diam dan melempar pandangan ke mana saja, asalkan tidak ke arah Rayhan.

Rayhan merasa heran. Kenapa saat ia mau berusaha baikan sama Reina, tiba-tiba sikap Reina padanya berubah drastis. Dan kenapa Reina seperti mempunyai dendam pada Rayhan? Apa yang sebenarnya terjadi?

“Bun, kenapa Reina bersikap seperti ini pada Rayhan?” tanya Rayhan sambil berbisik pada Aisyah. Aisyah menghela nafas panjang. Sebenarnya ia juga tidak mengetahui apa yang Reina pikirkan, sampai-sampai sikapnya berubah drastis seperti ini.

“Bunda juga gak tau, Ray. Tapi, kayaknya bener deh ucapan kamu tadi pagi. Reina pasti ada yang menghasut,” ucap Aisyah pelan. Namun, bisa terdengar oleh telinga Reina. Mendengar kata ‘ada uang menghasut’, Reina langsung memotong pembicaraan mereka.

“Gak ada seseorang pun yang menghasut Reina. Orang feeling Reina bener kok, kalau Rayhan itu gak cinta sama-sekali sama Reina!” bentak Reina. Namun, dengan nada suara yang masih lemas.

“Rei, dengerin gue!” titah Rayhan. “Dengerin aku!” ulangnya.

Reina memejamkan matanya. Ia mencoba untuk mendengarkan perkataan Rayhan.

“Dulu aku memang sangat membencimu! Tapi, benci yang sewajarnya, gak lebih! Ya, lebih tepatnya gue gak benci sama lo. Gue cuman kesel aja sama lo karena lo kalau udah debat, pasti gak mau ngalah. Tapi itu dulu, Rei! Sekarang beda lagi! Allah telah mengubah rasa benci itu dengan rasa cinta. Terserah kamu mau percaya atau tidak! Tapi tolong, jangan membenciku!” titah Rayhan. Ia mencoba berbicara secara halus. Karena tidak mungkin ia membentak Reina yang baru saja sembuh dari penyakitnya.

“Coba kamu jujur! Saat kamu sadar pagi tadi, siapa yang mencoba menghasut kamu seperti ini?” tanya Rayhan lembut. Ia sangat mengharapkan Reina bisa menjawab pertanyaannya kali ini dengan jujur.

Tiba-tiba, Nadira keluar dari kamar mandi. Dan hal itu membuat Rayhan menoleh ke arahnya.

“Ma, coba deh Mama jujur sama Rayhan! Biar nanti Rayhan tidak berprasangka buruk pada Mama,” pinta Rayhan pada Nadira.

“Mama harus jujur apa sama kamu, Ray?” tanya Nadira heran.

“Apakah Mama yang menghasut Reina? Soalnya kan tadi pagi, pas Rayhan mau pergi membeli makanan, Rayhan meminta Mama untuk menjaga Reina.”

“Jadi, kamu nuduh Mama menghasut Reina? Coba deh kamu pikir, buat apa coba Mama menghasut Reina? Reina itu orang baik, dan sholehah! Mama gak mungkin menghasut Reina seperti itu. Nkat menghasut aja Mama tidak ada!” jelas Nadira. “Lagian, tadi yang jaga Reina bukan Mama!” lanjutnya agak sedikit berteriak.

“Terus siapa?” tanya Rayhan pensaran.

“Temannya Reina mungkin. Hana kalau gak salah namanya. Tadi pagi ia mau menjaga Reina. Alhasil Mama gak jadi deh nungguin Reina.”

“Oh, kalau begitu maafin Rayhan ya Ma. Sebenarnya Rayhan juga merasa tidak yakin kalau Mama menghasut Reina,” ucap Rayhan. Ia meminta maaf pada mamanya karena telah menuduhnya yang tidak-tidak.

“Tapi, apakah mungkin yang hasut Reina itu adalah Hana?” tanya Rayhan pada Nadira. Aisyah hanya menyimak percakapan mereka dengan baik-baik sambil menyuapi Reina.

“Sepertinya tidak mungkin jika Hana melakukan hal itu!” batin Rayhan.

__________
Hehehe ...
Jangan lupa vote and komennya ya. Kritik dan sarannya ditunggu🍁

Rabu, 11 November 2020
20:45

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang