Chapter 23

3.7K 331 5
                                    

Sore ini, Reina sudah bisa pulang dari rumah sakit. Semua keluarga itu merasa sangat bersyukur.

“Ray, papamu udah pulang dari kantor belum? Katanya tadi pagi ada urusan mendadak di kantornya, apakah betul?” tanya Nadira sambil memasukkan selimut ke dalam tas.

“Belum, Ma. Iya, tadi pagi papa ada urusan mendadak di kantornya,” jawab Rayhan sambil sesekali menyisir rambutnya pakai tangan. Rayhan baru saja selesai shalat ashar, dan rambutnya yang basah bekas air wudhu itu membuat ia merasa sangat ingin membereskan rambutnya.

“Oh iya, kalau begitu, kita tunggu Mas Kahfi pulang dari kantor aja. Hari ini, jadwalnya tidak terlalu padat, jadi bisa pulang lebih awal,” ujar Aisyah sambil tersenyum.

“Baiklah,” pasrah Rayhan. Ditangannya sudah ada handphone, yang siap untuk menelepon seseorang.  “Padahal, tadinya Rayhan mau nyuruh Revan bawain mobil Rayhan di rumah, terus nanti jemput kita ke sini. Tapi, kalau udah ada ayah, ya sama ayah saja,” lanjutnya sambil memasukkan kembali handphone itu ke dalam saku jaketnya.

“Bunda ....” lirih Reina. Sontak panggilan Reina barusan membuat Aisyah menoleh. Bukan hanya Aisyah saja yang menoleh, Nadira dan Rayhan juga ikut menoleh ke arah Reina yang kini sedang duduk di ranjangnya.

Aisyah mendekat ke arah Reina, lalu ia bertanya, “Ada apa sayang?”

Aisyah memeluk Reina dengan sangat erat. “Bagaimana perasaanmu sekarang? Sudah baikan?” tanya Aisyah sambil tersenyum.

“Alhamdulillah, sudah kok, Bun. Oh iya, maafin Reina ya Bun, Karena Reina udah merepotkan kalian semua,” jelas Reina. Caranya ia berbicara, sudah ada sedikit kemajuan. Namun, masih ada rasa lemas di dalam tubuhnya.

“Iya, gak apa-apa kok, Rei. Lagian kamu tidak merepotkan kita-kita, kok, justru karena adanya peristiwa ini, Bunda bisa memetik banyak pelajaran. Mulai dari bertawakal kepada Allah, bersabar, ikhlas, dan bersyukur karena sekarang kamu sudah sembuh dari penyakitmu,” ujar Aisyah sambil tersenyum. Ia masih memeluk tubuh Reina.

“Oh iya, besok ‘kan kamu libur sekolah tuh, nah hari Senin dan Selasa nya, kamu gak usah sekolah dulu ya, kamu istirahat yang banyak di rumah. Masalah pelajaran, kamu bisa bertanya pada Hana, atau pada Rayhan juga bisa,” ucap Aisyah. “Bisa kan Ray?” lanjutnya bertanya pada Rayhan.

“Bisa dong, Bun. Asalkan Reina harus istirahat saja di rumah,” jawab Rayhan sambil tersenyum.

“Ekhem, udah ada rasa nih sama Reina. Mama hanya bisa mendoakan kalian, semoga kalian bisa menjadi keluarga yang samawa. Tuh kan, apa Mama bilang, rasa cinta itu bisa datang kapan saja!” cerocos Nadira. Hal itu membuat semuanya menoleh ke arah Nadira.

“Amin ... kenapa Mama baru nyadar kalau Rayhan sudah ada rasa sama Reina?” tanya Rayhan penasaran. Pertanyaan Rayhan barusan, membuat Reina menoleh ke arahnya.

“Ya, sebenarnya dari tadi pagi juga udah tau, eh dari semalem malahan. Tapi, situasi dan kondisinya tidak memungkinkan untuk membicarakan hal itu! Karena tadi pagi, kamu sedang mencoba menenangkan Reina,” jelas Nadira sambil tersenyum kikuk.

“Oh iya, kalau boleh tau, Kahfi kapan mau ke luar negerinya?” tanya Nadira mengalihkan topik pembicaraan.

“Kurang lebih satu mingguan lagi. Entah mau hari apa ke luar negerinya,” jawab Aisyah seadanya.

“Kamu ikut juga?” tanya Nadira. Dan Aisyah pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

Reina menoleh ke arah Aisyah, lalu ia bertanya, “Kalau Bunda ikut, aku di sini sama siapa?”

Aisyah tersenyum, lalu berkata, “Di sini ‘kan ada Rayhan, ada Mama Nadira dan Papa Alvi juga. Kita sudah menjadi satu keluarga loh. Jadi, nanti kamu tinggal sama mereka,” jelas Aisyah sambil tersenyum. Tangannya dengan sengaja mengusap-usap kepala Reina yang tertutup oleh hijab. Reina hanya bisa diam menuruti perkataan bundanya.

__________

Jangan lupa vote and komennya.
Krisarnya ditunggu, hehe ....

Next gak nih?

Kamis, 12 November 2020
20:20

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang