Makan malam telah selesai 15 menit yang lalu. Saat ini, Reina tengah duduk di sofa ruang tengah sambil menunggu jemputan Ayahnya yang tak kunjung datang.
“Rei!” ujar Rayhan dari atas tangga. Reina sang pemilik nama itu pun akhirnya menoleh. “Apa?” tanya Reina dengan kepala yang menengadah ke langit-langit. Ya, karena memang posisi Rayhan ada di atas tangga yang menuju ke kamar Rayhan.
“Si Revan barusan chat gue ... terus dia nanya, ‘Hana kapan pulang? Gue ga tau, jadi gue tanya sama lo sekarang!” jelas Rayhan. Rasanya malas sekali jika harus bertanya hal tidak penting seperti ini. Tetapi, ada anehnya juga, kenapa tiba-tiba Revan bertanya tentang Hana? Ada hubungan apa mereka?
“Tumben banget si Revan nanyain Hana? Ada apa sih? Gue jadi kepo,” tanya Reina sambil cengengesan. Manik matanya memandang lekat ke arah Rayhan yang kini tengah memandang ke arah Reina dengan tatapan dingin. Reina yang menyadari Rayhan mulai kesal pun langsung meminta maaf.
“Sorry. Jangan natap gue dengan tatapan seperti itu, serem gue lihatnya! Oke pertanyaan tadi gue bakalan jawab sekarang. Jadi, si Hana pulangnya malam ini, dan akan menginap di rumah gue selama enam hari,” jelas Reina sambil menatap meja kaca di hadapannya. Merasa tidak ada sahutan dari Rayhan, Reina pun melihat ke arah tangga, dan ternyata Rayhan sudah tidak ada di sana.
“Bilang makasih kek! Udah gue jawab juga!” ujar Reina. Ia berharap ucapannya barusan bisa terdengar oleh Rayhan.
“Eh, ada apa sih teriak-teriak?” tanya Alvi—Papanya Rayhan yang tiba-tiba datang dari arah kamarnya.
“Eh, Papa ... enggak kok. Itu tadi Rayhan nyebelin!” jujur Reina sambil merengek.
“Haha, harus ekstra sabar kalau ngehadapin Rayhan. Papa aja kadang kehabisan kesabaran gara-gara dia susah nurut sama Papa,” curhat Alvi, dan hanya diangguki oleh Reina.
“Oh iya, tadi Papa mau ngomong apa?” tanya Reina, karena tiba-tiba dirinya teringat sama ucapan Alvi pada saat mereka di meja makan.
“Oh iya ... bentar Papa panggil Mama dan Rayhan dulu,” ucap Alvi. “Ma ... ke sini dulu deh sebentar. Rayhan, buruan turun!” titah Alvi.
“Ada apa sih Pa?” tanya Rayhan sambil menuruni tangga.
“Ada apa sih Pa?” tanya Nadira.
“Duduk dulu deh, ini serius soalnya!” titah Alvi, dan tanpa ragu mereka semua menurut.
“Jadi gini, tadi pagi pada saat Papa lagi kerja, tiba-tiba Kahfi telepon. Dan pas diangkat, ternyata ia mau curhat tentang kontrak kerjanya yang di luar negeri!” ucap Alvi, dan membuat semua orang yang ada di hadapannya bingung.
“Jadi?” tanya Reina sambil memicingkan matanya.
“Apa hubungan sama kita Pa?” tanya Rayhan malas.
“Makannya dengerin dulu, Papa belum selesai ceritanya!” titah Alvi, lalu mereka pun terdiam.
“Sebelas hari lagi, dia akan berangkat ke luar negeri bersama istrinya.” Perkataan Alvi barusan, membuat Reina melotot tanda tidak percaya dengan pernyataan ini. Namun, pada saat ia ingin memotong pembicaraan Alvi, Alvi sudah terlebih dahulu berbicara.
“Papa udah sepakat sama Kahfi, kalau Rayhan dan Reina akan menikah secepatnya. Bisa dihitung mundur tiga hari dari sekarang, eh besok maksudnya!” jelas Alvi dan membuat semua terdiam tak percaya. Mereka semua kaget mendengar pernyataan ini. Bagaimana tidak? Bayangkan saja jika kita dijodohkan seperti mereka, terus tiba-tiba ada kabar kalau kita nikahnya itu akan dipercepat! Pasti kaget bukan? Apa lagi kalau belum siap, terutama hati! Karena semua kesiapan itu timbul dari hati.
Saat ini, Rayhan dan Reina diam membisu, karena tidak percaya kalau hari pernikahan mereka akan segera datang.
__________
Hallo readers👋
Bagaimana kabarnya?Gimana nih ceritanya? Makin seru, atau makin ancur?
Semangatin aku dong biar semangat nulisnya. Caranya mudah banget loh, kalian tinggal vote and komen doang. Dan please jangan jadi silent readers ya😊
Jangan lupa juga kritik dan sarannya ... aku tunggu, hehee
Next ga nih?
Komen!💙Kamis, 29 Oktober 2020
20:30
KAMU SEDANG MEMBACA
J O D O H K U
Spiritual•Spiritual-Romance• □Follow dulu sebelum baca□ 🚫Jangan bangga menjadi plagiat! ingatlah, ada Allah yang selalu mengawasimu🛇 Blurb : Rayhan Al Faiz, anak pemilik sekolah, yang terkenal dengan ketampanan, kehebatan, dan kenakalannya. Pada...