Lantunan Shalawat terdengar merdu di telinga Rayhan dan Revan. Kini, mereka tengah duduk di dalam mobil, dan hendak pergi ke suatu tempat.
“Van, lo udah lama nunggu gue?” tanya Rayhan sambil menstater mobil, matanya menoleh ke arah kiri tepatnya ke arah Revan.
“Lumayan. Lagian gapapa kali, kan nunggunya juga di rumah gue!”
“Oh iya, sorry juga ya ... semalem kan gue suruh lo bawa baju ganti ke sekolah, nah itu gue niatnya pas balik dari sekolah mau langsung pergi ke mesjid bareng lo. Tapi, pas tadi pagi Mama gue tuh nyuruh gue buat ajak Reina pulang. Ya, lo tau sendiri lah sikap Mama gue gimana? Jadi, gue minta maaf ya,” pinta Rayhan sambil mematikan lagi mesin mobilnya.
“Ah iya gapapa Ray, lagian tadi gue juga lupa gabawa baju ganti. Sorry juga ya waktu di sekolah, gue diem-diem bae,” pinta Revan. Memang benar kan, tadi pagi Revan hanya diam.
“Iya, yuk lah berangkat. Udah kan maaf-maafannya?” cengir Rayhan, sambil menstater mobilnya dan beranjak dari depan rumah Revan menuju mesjid yang lumayan jauh dari rumah Revan, dan lumayan dekat dari sekolahnya. Rayhan masih memikirkan sikap Revan tadi pagi yang tiba-tiba diam, dan bersikap dingin.
Sesampainya di mesjid, Rayhan pergi dulu ke kamar mandi untuk mengganti bajunya dan berwudhu. Ia sama sekali tidak kepikiran untuk ganti baju di rumah Revan, mungkin karena banyak sekali pikiran yang muncul di otaknya. Revan ke mana? Revan langsung masuk ke dalam mesjid dan menyapa anak-anak yang ada di sana.
“Ka Revan, Kak Rayhan mana? Kenapa ga bareng?” tanya salah satu anak laki-laki yang masih terbilang imut. Ia mendekat ke arah Revan dan salim kepada Revan diikuti oleh anak-anak yang lainnya.
“Ka Rayhan pergi dulu ke kamar mandi Lif, tadi dia belum sempat ganti baju,” jelas Revan pada Alif—murid Rayhan yang paling cerdas. Tangan Revan masih sibuk bersalaman dengan anak-anak. Setelah selesai bersalaman, Alif pun bertanya lagi, “Kakak kenapa kemarin ga ke sini?”
“Eh iya ... maaf ya Lif, kemarin Kakak ada tanding basket, terus Ka Rayhan ada acara sama keluarganya,” jelas Revan. Dan hal itu membuat Alif merasa penasaran.
“Acara apa Ka—”
“Assalamualaikum ....”
“Wa ‘alaikumsalam,” jawab anak-anak serempak.
“Ayo langsung mulai aja belajar ngajinya, keburu maghrib nanti,” ajak Rayhan yang langsung duduk menghadap anak-anak.
“Ayo kak, dengan senang hati,” ujar anak-anak. Mereka pun membuka hanca mengajinya. Revan dan Rayhan mulai mengajari mereka dengan penuh semangat.
**
“Ma, ini Reina masak nasi goreng ... cobain deh,” titah Reina pada Nadira yang kini tengah sibuk menata makanan di meja.
“Ah iya bentar Rei,” ucapnya sambil menyimpan sayur sop di atas meja, lalu ia berjalan ke arah Reina.
“Mama cobain ya,” ucapnya sambil membawa satu sendok nasi goreng dari tangan Reina, dan melahapnya.
“Emmm, enak banget sayang. Duh, kamu belajar dari mana sih? Duh Mama jadi pengen deh belajar masak sama kamu. Habisnya, pasakan Mama itu kurang enak,” cengir Nadira dengan tangan yang terus-terusan menyendok nasi goreng itu.
“Eh, jangan bilang begitu dong Ma ... ah iya, ini nasi gorengnya Reina tuangkan dulu ke dalam piring ya,” pinta Reina sambil tersenyum pada Nadira.
“Ah iya sayang. Oh iya, kamu tau ga? Rayhan itu suka banget sama nasi goreng. Apalagi nasi goreng Neneknya, duh pokoknya makanan favorit Rayhan banget. Mama jadi semakin yakin, kalau kamu itu jodohnya Rayhan,” ucap Nadira sambil tersenyum dan mencubit-cubit pipi Reina gemas.
“Ah Mama ada-ada aja deh,” rengek Reina sambil menyimpan piring berisi nasi goreng itu ke atas meja.
“Oh iya Ma, emangnya kalau sore-sore begini Rayhan suka pergi ke mana?” tanya Reina penasaran.
“Mau tau aja atau mau tau banget?” tanya Nadira sambil tersenyum.
“Mau tau aja Ma ....”
“Emh, Rayhan itu suka pergi mengajar ngaji bersama Revan. Ia itu punya cita-cita ingin menjadi seorang ustad. Tapi, mungkin nantinya ia harus meneruskan usaha Papanya dibanding menjadi ustad.”
“What?! Anak nyebelin itu suka ngaji? Sejak kapan? Kenapa gue baru tau sekarang? Dan kenapa sikapnya beda banget? Kalau di sekolah ia kelihatan bad, tapi kok dia bisa ngajar ngaji? Jadi ini maksud perkataan Revan tadi pagi!” batin Reina. Ia merasa bingung dengan kenyataan ini. Reina mencoba untuk terlihat seperti biasa-biasa saja, agar Nadira tidak menyadari kalau Reina barusan habis melamun.
Mereka pun mulai membersihkan dapur agar terlihat bersih seperti semula.
__________
Hallo readers, gimana nih kabar kalian? Aku harap sehat-sehat aja ya ....
Oh iya, gimana nih ceritanya ?
Ah, jelek ya? Yaudah deh gapapa 😊Support aku dong, caranya mudah banget loh. Tinggal vote and komen doang. Apalagi kalau kasih krisar, duh aku seneng banget deh kalau ada yang krisar karya ini.
Next ga nih?
Komen kalau mau next😁😅Senin, 26 Oktober 2020
21:15
KAMU SEDANG MEMBACA
J O D O H K U
Spiritual•Spiritual-Romance• □Follow dulu sebelum baca□ 🚫Jangan bangga menjadi plagiat! ingatlah, ada Allah yang selalu mengawasimu🛇 Blurb : Rayhan Al Faiz, anak pemilik sekolah, yang terkenal dengan ketampanan, kehebatan, dan kenakalannya. Pada...