Chapter 19

3.6K 355 2
                                    

Waktu berjalan begitu cepat. Tak terasa hari sudah mulai gelap. Sore menjelang malam ini, udara terasa begitu sejuk membuat Reina yang kini berdiri di balkon merasakan udara sejuk itu. Mata yang bintit, wajah yang pucat, dan bibir yang pecah-pecah membuatnya merasakan sakit, lebih tepatnya tidak enak badan.

Ia berjalan menuju kamarnya. Perlahan, ia mulai merebahkan badannya di kasur. Namun, suara adzan yang menggema di mesjid-mesjid, membuatnya sadar kalau sekarang sudah masuk waktu sholat Maghrib. Ia urungkan niat istirahatnya itu. Ia bangkit dari tidurnya dan segera pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Rayhan sejak pulang dari sekolah sampai sekarang belum juga pulang ke rumah. Saat ia mengantarkan Reina pulang, ia langsung pergi lagi entah ke mana. Mungkin, Rayhan pergi mengajar mengaji anak-anak di mushola dekat sekolah itu.

Ceklek

Terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Reina keluar dari kamar mandi. Ia mengelap wajahnya yang basah karena air wudhu menggunakan handuknya. Setelah itu, ia pun melaksanakan sholat maghrib. Pada saat ia sholat, tiba-tiba penglihatannya kabur. Kepalanya pusing. Ia pun sujud, dan pada saat ia sujud, ia tak ingat apa-apa lagi.

Reina pingsan. Tak ada seseorang pun yang mengetahui kalau Reina pingsan. Ayah dan bundanya mungkin sedang sibuk dengan urusannya masing-masing.

Tidak lama setelah itu, ada seseorang yang membuka pintu kamar Reina. Ya, itu Rayhan. Ia langsung kaget saat melihat Reina tergeletak di atas sajadah. Pikirannya sudah melayang kemana-mana. Dengan segera Rayhan mengecek keadaan Reina. Denyut nadinya masih ada. Itu artinya Reina hanya pingsan dan Reina masih hidup.

Rayhan langsung mengangkat Reina, dan menidurkannya di kasur. Ia langsung turun ke bawah untuk memberitahukan masalah ini kepada ayah dan bundanya Reina.

***

Saat ini, Reina tengah diperiksa keadaannya oleh dokter. Rayhan, Kahfi, dan Aisyah tengah menunggu Reina di luar ruangan UGD yang Reina tempati.

Rayhan sempat menelefon mama dan papanya. Namun, sampai saat ini, mereka belum juga kunjung ke rumah sakit.

Rasa khawatir kepada Reina mulai hadir dalam hati Rayhan. Meskipun mereka nikah karena dijodohkan, tetapi rasa sayang pasti bisa muncul kapan saja.

Rayhan bolak-balik di dekat pintu ruang UGD. Hatinya terus berdzikir, memohon ampunan dan juga memohon agar Reina cepat sembuh.

Tiba-tiba, Nadira dan  Alvi datang, mereka langsung menanyakan kabar Reina. Namun, semua orang yang sejak tadi di rumah sakit ini tidak bisa menjawab apa-apa, karena memang belum ada hasil yang keluar. Sang dokter belum selesai memeriksa Reina.

Alvi dan Nadira duduk di kursi rumah sakit yang disediakan. Nadira memeluk erat tubuh Aisyah yang tak lain adalah besannya. Ia mencoba memberikan ketenangan pada Aisyah.

Sebenarnya Aisyah sangat ingin menangis dipelukan Nadira. Namun, ia mencoba sekuat tenaga untuk menahan tangis itu. Kalau misalkan ada  satu orang saja yang menangis, pasti semua keluarga itu bakalan ikut menangis, dan hati akan merasa begitu resah.

Rayhan mendekat ke arah Nadira lalu memeluknya. Rayhan pun mencoba untuk bercerita kepadanya tentang hal yang terjadi tadi siang di sekolah.

Setelah Rayhan bercerita, ia merasakan sedikit tenang. Ya, walau pun belum bisa tenang seutuhnya karena belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sama Reina.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang UGD itu terbuka. Seorang dokter cantik, keluar dari ruangan itu diikuti dua susternya.

Aisyah dan Rayhan lebih dulu bertanya pada dokter itu.

“Dok, bagaimana hasilnya?” tanya Aisyah dan Rayhan bersamaan.

Wajah dokter itu tampak terlihat tidak mengenakan. Apa yang sebenarnya terjadi sama Reina?

__________

Wah, Reina kenapa nih?

Vote and komennya jangan lupa ya😍
Krisarnya juga ditunggu💙

Next?
Komen!
💙

Minggu, 08 November 2020
20:20

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang