Chapter 2

5.2K 575 100
                                    

Sore yang begitu indah, langit dihiasi warna jingga di ufuk barat membuat seorang gadis yang tengah berdiri di balkon rumahnya merasakan begitu banyak kenikmatan. Sedikit demi sedikit, beban yang ia rasakan seakan tiada dalam raga dan pikirannya.

"Rei, sebentar lagi teman Ayah kamu datang sama anaknya ke sini, kamu siap-siap ya," ujar Aisyah dari dalam kamar Reina. Ia melangkahkan kakinya ke arah Reina, mencium kening Reina dan memeluknya.

"Yang sabar ya sayang, Bunda yakin ini semua pasti yang terbaik untuk kamu. Semoga, dia jodoh terbaik untuk kamu," harap Aisyah. Ia terus memeluk anaknya semakin erat. Rasanya tidak tega jika harus menjodohkan anaknya tanpa ikatan rasa cinta. Tapi, ia percaya pada suatu hari nanti, mereka berdua pasti bisa saling mencintai.

"Ya sudah, sekarang kamu mandi dulu ya, setelah mandi langsung ke bawah, bantuin Bunda bawa kue," titah Aisyah sambil melepaskan pelukan Reina. Ia menatap lekat mata Reina dan memberikan senyuman tulus, ia mencoba memberi semangat pada Reina melalui senyumannya.

"Iya, Bun. Reina mandi dulu," ucap Reina sambil berlalu meninggalkan Aisyah. Aisyah tersenyum seraya berujar, "Iya, jangan lama-lama ya!" Tanpa menunggu jawaban dari Reina, Aisyah langsung turun dari kamar Reina.

Beberapa menit kemudian, Reina turun dari kamarnya. Ia membawa buku novel dan menyimpannya di lemari ruang tengah. Bukan apa-apa, hanya saja jika disimpan di sana mungkin akan terlihat rapi.

Reina berjalan ke arah dapur. Ia menemui Bundanya yang tengah memasukkan kue ke dalam stoples berukuran sedang. Ia tersenyum pada Bundanya. "Bunda, Reina bantu ya," ucap Reina sambil memeluk Bundanya dari belakang.

"Eh, anak Bunda ... udah selesai mandinya? Nih, bantuin Bunda masuk-masukin kue ke dalam stoples, abis itu bawa sebagian ke ruang tamu," titah Aisyah pada Reina. Tanpa Reina jawab, ia langsung melaksanakan perintah dari Bundanya.

Reina pergi ke ruang tamu, tidak lupa ia membawa beberapa stoples yang berisi kue untuk disuguhkan kepada tamunya, sekaligus calon mertuanya.

Tampak ada Ayahnya Reina yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu. Reina meletakkan kue itu di meja. Kemudian, ia duduk bersampingan dengan Ayahnya.

"Ayah," sapa Reina sambil memeluk Ayahnya dari samping.

"Eh, anak Ayah ternyata," ucap Kahfi-Ayahnya Reina.

"Yah, tadi pagi Reina hampir tertabrak mob-"

"Oh, jadi kamu anak yang dimaksud Alvi tadi," potong Kahfi.

"Alvi siapa, Yah?" tanya Reina heran. Ia melepaskan pelukannya. Ia beralih menatap tajam mata Ayahnya.

"Temen kerja Ayah, sekaligus calon mertua kamu. Tadi pagi, dia pinjem mobil Ayah karena ada perlu sama klien. Mobilnya mogok, alhasil dia pinjem mobil Ayah," jelas Kahfi. Ia membuka stoples yang berisi kue, dan membawa tiga buah kue lalu melahapnya.

"Eh, Ayah ... itu kan buat tamu," geram Reina. Ia langsung menutup stoples itu agar Ayahnya tidak memakan kuenya lagi.

"Duh, pelit amat sih anak Ayah," ucapnya sambil berdiri.

"Eh, Ayah mau ke mana?" tanya Reina heran. Pasalnya, ia takut Ayahnya marah karena sikapnya barusan. Reina pun ikut berdiri dan mendekat ke Ayahnya.

"Ayah mau ke dapur dulu, mau makan kue," ujarnya sambil berjalan menuju ke dapur. Mendengar penuturan Ayahnya, Reina merasa lega. Ternyata Ayahnya tidak marah sama sekali.

Reina mulai bosan. Kemudian ia pergi ke kamarnya. Biasalah, kalau bosan bawaannya selalu ingin membaca. Entah itu membaca buku pelajaran, atau pun Novel. Untuk kali ini, Reina hanya membaca cerita kesukaannya di aplikasi wattpad.

J O D O H K UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang