Pagi duniaaaaaaa!!!
.
.
.
.
.Sesampainya di rumah sakit dengan diantar Jaehyun, Rose langsung berlari menuju ruangan yang sebelumnya sudah diberitahu oleh Sungchan. Begitu masuk dia melihat Jihan tengah tertidur di brankar, dan Juan berada di pangkuan Sungchan. "Mbak, sini duduk." Sungchan bangun dari kursi yang sebelumnya dia duduki dan menyuruh Rose untuk duduk di sana.
"Demam berdarah?" tanya Rose begitu duduk di kursi. Saat diperjalanan menuju rumah sakit tadi, Sungchan mengirimkan pesan chat pada Rose untuk memberitahu ruangan mana dan sakit apa yang Jihan alami.
Sungchan mengangguk. "Tadi pas di apartemen aku, Jihan demamnya makin tinggi. Dan karena nggak tau apa yang harus aku lakuin, aku nelepon orang tuaku buat nanya gimana cara nanganinnya. Terus mereka nyuruh aku bawa Jihan ke rumah sakit. Dan hasilnya demam berdarah," jelas Sungchan setenang mungkin. Padahal saat di apartemen tadi dia sangat panik karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Jihan.
Mendengar penjelasan Sungchan, membuat Rose seketika merasa bersalah karena sudah meninggalkan kedua anaknya hanya demi pekerjaan yang tidak ada apa-apanya dan tidak sebanding sama sekali dengan si kembar. Rose juga merasa sangat bodoh karena tidak langsung membawa Jihan ke rumah sakit pagi tadi meski tahu putri kecilnya itu sedang sakit.
Sungguh, Rose rasa dia gagal menjadi seorang Ibu yang baik.
"Maafin Buna," lirih Rose seraya menggenggam tangan Jihan, air matanya menetes.
"Buna jangan nangis," ujar Juan. Dia meminta Sungchan untuk menurunkannya. "Buna nunduk deh," pinta anak itu.
Rose menurut, dia menundukan sedikit kepalanya. Dan saat itu juga Juan dengan jari-jarinya yang kecil menghapus air mata Rose. Mendapat perlakuan seperti itu dari putranya, membuat tangis Rose malah semakin jadi. Dia membawa Juan ke dalam pelukannya. "Nggak apa-apa Buna," kata Juan lagi. "Jihan udah diperiksa dokter. Buna jangan nangis."
"Iya Mbak, Jihan nggak akan kenapa-napa kok. Dia juga udah dikasih obat sama dokter," timpal Sungchan yang membuat Rose mendongak dan menatap pemuda itu.
"Makasih ya Chan, Mbak nggak tau apa yang bakal terjadi sama Jihan kalau nggak ada kamu. Pokoknya terimakasih banyak." Rose tidak bisa membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi pada Jihan jika tidak ada Sungchan dan kegesitan mahasiswa itu membawa anaknya ke rumah sakit.
Sungchan tersenyum. "Sama-sama Mbak." Sungchan sendiri merasa senang karena bisa membantu Rose dan kedua anaknya. Karena dia tahu, mengurus dua orang anak sendiri itu bukanlah perkara yang mudah.
Karena Jihan diharuskan dirawat selama beberapa hari di rumah sakit, Rose berniat untuk mengganti dressnya dan mengambil pakaiannya juga milik Jihan di apartemen. Tapi begitu keluar dari ruangan Jihan, dia sempat dikagetkan oleh pria yang memakai sarung tangan, face shield, lengkap dengan maskernya, tengah berdiri di depan pintu. Jika tidak melihat pakaian yang dikenakan oleh sang pria, mungkin Rose tidak akan tahu kalau itu Jaehyun.
Dengan tatapan sinis, Rose berlalu meninggalkan si calon CEO tersebut. Dia merasa muak melihat wajah Jaehyun, terlebih mengingat kejadian pagi tadi saat Jaehyun memarahinya karena sempat meminta izin untuk tidak ikut pergi ke acara pertemuan. "Rose." Jaehyun dengan langkah cepatnya mencoba mengejar Rose. Karena wanita itu tidak mau berhenti, terpaksa Jaehyun menahan pundak Rose. Namun dengan segera dia melepasnya lagi karena takut jika ada kuman yang menempel ditubuhnya. Apalagi dia sedang berada di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...