13. Surat

7.7K 1.3K 286
                                    

.
.
.
.
.

Rose memperhatikan kedua anaknya yang tertidur pulas di atas ranjang mereka masing-masing. Masih teringat jelas di ingatannya kejadian yang baru saja terjadi beberapa menit lalu. Di mana Juan menepis tangan Jungkook agar tidak mendekati adiknya. Dulu, Rose memiliki keinginan kuat agar tidak mempertemukan anak-anaknya dengan Jungkook, tapi baru melihat kejadian seperti tadi saja entah mengapa membuat hati Rose merasa sakit.

Suara ketukan pintu membuat Rose menoleh. Dia lupa jika di apartemennya sekarang masih ada Jaehyun. Pria itu tadi yang membawa mobil Rose saat pulang. Karena Rose tahu, jika dia tidak akan sanggup menyetir mobilnya sendiri setelah apa yang baru saja terjadi. Badannya masih lemas karena tidak percaya melihat Jungkook setelah lima tahun lamanya.

Rose membuka pintu kamar anak-anaknya dan menemukan Jaehyun berdiri di sana. "Duduk dulu Pak, biar saya buatin minuman," kata Rose kemudian berlalu meninggalkan Jaehyun untuk membuatkan si calon CEO tersebut minuman hangat.

Dari tempatnya duduk sekarang, Jaehyun bisa melihat Rose yang sedang membuat teh dengan tatapan yang kosong. Bahkan wanita itu menuangkan air panas terlalu banyak ke dalam cangkir, kalau saja Jaehyun telat sedikit dan tidak segera menarik termos berisi air panas itu, sudah dipastikan tangan Rose akan terluka. "Kamu mau tangan kamu kesiram air panas?" tanya Jaehyun sedikit keras. Dan hal itu membuat Rose tersadar dari lamunannya.

Rose menoleh kesampingnya. Matanya dan mata Jaehyun saling bertemu. Bisa Jaehyun lihat jika Rose sedang menyimpan kesedihan yang mendalam. Dan beberapa detik kemudian, tangis wanita itu pecah. Jaehyun menghela napasnya, dia menutup termos itu dan meletakannya kembali di meja.

Dengan ragu, Jaehyun membawa Rose ke dalam pelukannya lalu menepuk-nepuk pelan punggung ibu dari dua orang anak tersebut. Rose menumpahkan segala tangisnya di dada bidang Jaehyun. Sejujurnya, pria itu merasa risih karena jasnya basah akibat tangis Rose. Namun dia berusaha menahan diri. Karena keinginan Jaehyun sekarang hanya satu, menenangkan seorang Roseline Sabrina.

"Dia Ayah dari anak-anak kamu?" tanya Jaehyun yang dibalas anggukan Rose. "Siapa tadi namanya?" tanyanya lagi.

"Jungkook," sahut Rose lirih.

Dari yang Jaehyun tangkap sejauh ini, sepertinya Jungkook meninggalkan dan menelantarkan Rose serta anak-anaknya. Namun untuk alasan kenapa Jungkook melakukan hal seperti itu, Jaehyun tidak tahu. Karena dia hanya orang yang baru beberapa minggu belakangan ini mengenal Rose.

Setelah beberapa menit menangis dipelukan Jaehyun, Rose menarik diri ketika sudah merasa tenang. Dia meminta maaf pada pria itu karena tidak seharusnya Jaehyun menyaksikan pertengkarannya dan Jungkook yang sempat terjadi di tempat makan tadi. "Nggak apa-apa. Saya tau kamu nggak ada maksud untuk menunjukannya di depan saya," ujar Jaehyun yang memahami situasi Rose. Dia mengeluarkan tisu dari dalam kantung celananya lalu mengelap pipi Rose. "Saya udah pernah bilang kan? Kamu jelek kalau lagi nangis," katanya lagi. Jaehyun bukan bermaksud meledek, dia hanya ingin menghibur Rose. Tapi sepertinya cara itu tidak mempan. Karena Rose terlihat tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya seperti yang biasa wanita itu lakukan.

"Kamu udah capek?" tanya Jaehyun yang membuat Rose mendongak. "Bukan capek kerja, maksud saya kamu udah capek berpura-pura keliatan baik-baik aja?" Kali ini Jaehyun berani menanyakan hal ini secara langsung.

"Rose," panggil pria itu. "Setiap manusia punya batasannya. Mungkin hari ini kamu udah melebihi batasan itu sampai-sampai kamu nggak bisa menyembunyikan lagi kesedihan kamu di depan saya seperti biasanya. Nggak apa-apa, saya memakluminya. Karena saya sendiri pernah ngelakuin hal yang sama kayak kamu. Tapi tolong ingat satu hal, manusia itu berhak bahagia. Termasuk kamu." Mendengar itu membuat Rose tersadar jika Jaehyun tidak selamanya menyebalkan. Contohnya hari ini, dia seperti menemukan sisi lain dari pria yang berdiri di depannya.

Jaehyun menepuk-nepuk pundak kanan Rose beberapa kali. "Saya pamit pulang. Kalau ada apa-apa, kamu telepon saya aja," pamitnya lalu meninggalkan Rose yang masih bergeming di tempatnya.

Sambil memikirkan ucapan Jaehyun, Rose pergi ke kamarnya. Dia kemudian duduk ditepian ranjang. Rose menyetujui apa ucapan Jaehyun, semua orang berhak bahagia. Tapi Rose sendiri tidak tahu kapan dan bagaimana cara dia meraih kebahagiaan itu. Jangankan meraih, luka yang menganga di hatinya saja belum mampu untuk dia sembuhkan.

Bunyi bel apartemen mengalihkan atensi Rose. Wanita itu melirik jam yang terpajang di dinding kamarnya, sudah pukul sembilan. Siapa yang kira-kira datang semalam ini? Dia lalu pergi ke depan untuk membukakan si tamu pintu. Namun saat tahu siapa yang datang, Rose dengan segera menutup pintu apartemennya kembali. "Rose, kasih aku kesempatan satu kali lagi," ujar Jungkook sembari menggedor-gedor pintu apartemen Rose. Benar, yang baru saja datang adalah Jungkook. Dia tahu apartemen wanita itu setelah menyuruh utusannya untuk mengikuti kemana Rose pergi sehabis pulang dari tempat makan tadi.

Rose memejamkan matanya. Dia berdiri dengan bersandar di pintu.

"Rose, kita masih suami istri. Aku belum pernah menjatuhkan talak sama kamu. Tolong kasih aku kesempatan buat ngejelasin semuanya."

"Roseee! Buka pintunya!" Jungkook kembali menggedor. Dan hal itu membuat tetangga-tetangga yang berada di lantai yang sema dengan Rose, keluar dari apartemen mereka. Termasuk Sungchan. Pemuda itu menyuruh Jungkook untuk pergi dan tidak mengganggu Rose. "Lo jangan ikut campur," balas Jungkook saat Sungchan mencoba menarik Jungkook keluar.

"Gue harus ikut campur. Lo udah bikin gaduh di sini. Jadi lebih baik pergi sekarang sebelum gue panggil satpam atau polisi buat ngusir lo," ucap Sungchan. Karena kejadian di tempat makan tadi, dia jadi tahu kalau Jungkook merupakan Ayah dari Juan dan Jihan.

Jungkook mengeratkan kepalan tangannya. "Oke, gue bakal pergi. Tapi kasih gue waktu sebentar buat bilang sesuatu sama Rose." Jungkook menyentuh pintu apartemen Rose. "Aku tau kamu dengar aku Rose. Aku cuma mau kamu tau, kalau aku masih mencintai kamu sampai detik ini. Aku ingin kembali bersama kamu dan anak-anak kita lagi."

Kaki Rose melemah. Dia jatuh terduduk lalu menangis sambil menyembunyikan wajahnya diantara kedua kaki setelah mendengar ucapan Jungkook. Rose tidak tahu apakah ucapan Jungkook sebuah kebenaran atau hanya kebohongan belaka. Namun mendengar itu membuat dada Rose semakin sesak. Jika Jungkook mencintainya, kenapa dia harus menyuruh Chanyeol untuk mengirimnya sebuah surat lima tahun yang lalu.


Rose, maaf kalau aku harus menyampaikannya lewat surat, karena aku merasa muak untuk ketemu kamu lagi.

Sejujurnya aku udah nggak cinta sama kamu. Dan aku merasa nggak sanggup untuk hidup sama kamu, dan anak-anak kita.

Sekali lagi maaf karena aku memilih untuk pergi.

-Jungkook





GAES MAAP YA KALAU JARANG UPDATE NIH, CUMA SEHARI SEKALI ATAU SEHARI DUA KALI DOANG. SOALNYA ASEM UDAH MASUK DAN DATENG KE SEKOLAAAAAA :") ya walaupun selang seling sih nggak tiap hari hehehe

My BOSS! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang