Ternyata masih sanggup triple update
.
.
.
.
.Seminggu setelah dirawat di rumah sakit, akhirnya Jihan diperbolehkan pulang oleh dokter di hari Minggu siang. Dan untuk merayakan kepulangan Jihan, Sehun, Lisa, Juan, serta Sungchan menghias apartemen Rose secantik mungkin demi si putri kecil. Anak itu tampak senang karena mendapat kejutan dari para orang dewasa dan juga sang Kakak. Bahkan Sehun dan Sungchan juga memberikan kado pada Jihan.
"Makasih ya untuk kejutan yang udah kalian siapin buat Jihan," ucap Rose seraya menyajikan air sirup di depan Sungchan, Sehun, dan Lisa. Sedangkan si kembar pergi ke kamar mereka untuk bermain dengan hadiah baru yang diberikan oleh para paman. Oh oleh satu paman atau satu Kakak? Sepertinya pernyataan kedua lebih tepat, apalagi Sungchan masih mahasiswa, terlalu muda untuknya dipanggil paman atau om.
Tapi terlepas apapun panggilan Sungchan, Rose sangat bersyukur karena orang-orang di sekelilingnya sangat memperhatikan si kembar. Tidak ada hal yang lebih penting dari itu. Bahkan Rose tidak perduli jika tidak ada orang yang memperhatikannya, yang terpenting si kembar tidak merasakan hal seperti itu. "Santai Rose. Kita ini sayang banget sama si kembar. Ya nggak beb?" tanya Lisa pada suaminya. Memang, dia dan Sehun sangat menyangi Juan dan Jihan, bahkan tidak jarang mereka memberikan hadiah pada kedua anak itu. Disamping Lisa dan Sehun yang belum memiliki anak, mereka juga sangat tahu perjuangan Rose untuk bangkit dan membesarkan kedua anaknya sendirian. Maka dari itu, Lisa hanya berniat untuk membantu sedikit sahabatnya mengurus si kembar.
Sehun mengangguk. "Mereka udah gue anggap kayak anak sendiri." Rose tersenyum mendengarnya. Disaat sedang asik mengobrol, Sehun tiba-tiba mendapat telepon dari kantornya dan dia diharuskan untuk datang kesana. Terpaksa dia dan Lisa harus pulang. Padahal mereka masih ingin berlama-lama di sini dan menghabiskan hari libur mereka bersama si kembar.
Tersisalah Rose, Juan, Jihan, dan Sungchan di apartemen. "Gimana kuliah kamu Chan?" tanya Rose basa-basi seraya memakan brownis yang dibelikan Lisa tadi.
"Gitu Mbak, pengennya cepet-cepet kelar sih. Terus kerja." Rose mengangguk paham. Sebelumnya dia dan Sungchan tidak pernah sedekat ini dan jarang sekali berinteraksi. Mengingat keduanya sama-sama sibuk. Rose sibuk bekerja dan mengurus si kembar, sedangkan Sungchan sibuk berkuliah.
"Kamu pernah bilang kalau kamu orang Surabaya?" tanya Rose lagi, mengingat-ngingat saat perpindahan Sungchan ke apartemen ini sekitar satu atau dua tahun yang lalu.
Sungchan mengangguk. "Orang tua di sana ngurus bisnis kecil-kecilan." Mendengar itu membuat Rose terkekeh. Tidak yakin jika itu hanya bisnis kecil-kecilan, mengingat setiap pakaian yang pemuda itu pakai selalu bermerek meski hanya kaos dan celana training, terlebih lagi beberapa kali Rose melihat Sungchan pergi kuliah mengendarai mobil mewah.
"Kamu merendah banget Chan," ujar Rose.
Sungchan menggaruk tengkuknya. "Bener Mbak kecil-kecilan aja."
"Iya iya deh aku percaya supaya muka kamu nggak merah kayak gitu."
Sungchan reflek memegang wajahnya. Entah mengapa, sejak kecil jika dia berbohong, maka wajahnya akan memerah.
"Kak Sungchan! Susunin puzzle punya Juan dong." Juan menghampiri Sungchan dan menarik tangan pria itu masuk ke dalam kamar.
Rose hanya menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah anak-anaknya. Karena hampir seminggu ini dia meninggalkan apartemen, Rose berniat untuk membersihkannya, terutama dibagian dapur yang terlihat mulai berdebu. Sebelum memulai pekerjaannya, Rose terlebih dahulu mencepol rambut panjangnya. Wanita itu bersenandung kecil saat mengelap meja makan. "Sebentar!" Pekik Rose ketika mendengar suara bel apartemennya berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...