HNGGGGGGGGGGGG ASEM KANGEN KALIAN
.
.
.
.
.Sinar matahari yang masuk menembus jendela kaca, membuat wanita yang berada di atas brankar terusik dari tidurnya dan akhirnya kedua kelopak matanya yang semula tertutup mulai terbuka secara perlahan. Rose mengangkat kedua sudut bibirnya, dia rasa ini pertama kalinya setelah sekian lama dia bisa tertidur pulas tanpa terbangun di tengah malam.
Merasakan sedikit berat di tangan kanannya, Rose menoleh. Dia menemukan Jaehyun yang tertidur disampingnya masih dengan memakai kemeja kerja lengkap dengan jasnya. Astaga, ternyata atasannya tertidur di sini. Rose pikir Jaehyun akan pulang saat dia tidur, ternyata tidak. Lagi-lagi sebuah senyuman tercetak jelas di wajah Rose, tangan kiri wanita itu bergerak mengusap rambut tebal pria yang memiliki nama lengkap Jaehyun Angkasa. Entah kenapa, dia merasa senang menemukan Jaehyun pagi ini tertidur dengan kepala yang bertopang pada tangan kanan Rose.
Merasa ada yang mengusap-ngusap kepalanya, Jaehyun akhirnya terbangun. Matanya langsung bertemu dengan mata Rose. "Pagi," sapa Jaehyun dengan senyuman manisnya.
Rose membalas senyuman itu. "Pagi juga. Bapak nggak ke kantor?" Mendengar pertanyaan tersebut, Jaehyun melirik jam tangannya. Sudah jam delapan, dan dia baru ingat jika hari ini ada meeting di kantornya jam sembilan. Tapi Jaehyun rasa dia tidak bisa meninggalkan Rose, apalagi Citra juga belum datang.
Jaehyun menggeleng. Dia tidak akan pergi dari rumah sakit sebelum ada orang lain yang menjaga Rose. Jaehyun khawatir jika pelaku penusukan pujaan hatinya kembali datang dan melukai Rose untuk kedua kalinya. Soal meeting, biar nanti Naeun yang mengurusnya. Karena menurut Jaehyun, Rose lebih penting dari sekedar pekerjaannya. "Enggak, saya mau nemenin kamu di sini," kata Jaehyun seraya melepas jasnya lalu menyampirkannya di kursi.
Tak berselang lama, seorang perawat masuk ke dalam ruangan Rose sambil membawa makanan untuk sarapan wanita itu. Mungkin karena Rose anak dari pemilik rumah sakit ini, makanan yang disajikanpun terbilang banyak dan mewah. Dio memang memastikan jika putrinya mendapat pelayanan terbaik. "Kalau ada apa-apa, Mbak langsung tekan belnya aja ya. Saya pasti segera datang ke sini," ujar si perawat kemudian bersiap untuk pergi.
"Eh Sus tunggu sebentar," cegah Jaehyun.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?"
"Boleh saya minta masker?" tanya Jaehyun yang membuat Rose terkekeh pelan. Ternyata pria itu masih memiliki ketakutan akan rumah sakit. Ah bukan, lebih tepatnya takut jika ada kuman atau bakteri yang menempel di tubuhnya.
"Baik Pak. Tunggu sebentar ya." Si perawat pergi keluar untuk mengambil masker, tidak lama dia kembali dan memberikan maskernya pada Jaehyun yang langsung dipakai oleh CEO tersebut.
"Emang nggak gampang ya buat ngilangin phobia itu," ujar Rose ketika hanya ada dirinya dan Jaehyun di ruangan.
"Ya gitu. Oh ya, sini saya bantu duduk. Kamu harus sarapan supaya cepat sembuh Rose." Jaehyun membantu Rose untuk duduk bersandar di bantal, meski beberapa kali wanita itu meringis karena merasakan perih di perutnya. Bahkan Jaehyun yang melihatpun seolah ikut merasakan sakit diperutnya. "Sakit banget ya?" tanya Jaehyun.
"Banget. Bapak mau cobain?"
Jaehyun menggeleng cepat. "Gila kamu nyuruh saya cobain," balasnya yang membuat Rose tertawa geli. Wanita itu tidak menyadari jika hari ini dan semalam, dia banyak tersenyum karena adanya Jaehyun. "Buka mulutnya." Jaehyun menyuapi Rose dengan sangat telaten. Dia juga mengelap ujung bibir wanita berumur dua puluh delapan tahun itu dengan ibu jarinya saat ada makanan yang mengotorinya.
"Bapak," panggil Rose di sela-sela makannya.
"Rose," panggil Jaehyun balik. "Bisa nggak kalau lagi nggak di kantor gini jangan panggil saya Bapak? Saya jadi berasa Bapak kamu tau nggak? Padahal kan umur kita cuma beda beberapa tahun aja."
"Terus Bapak maunya saya panggil apa? Kakek? Om?"
"Ya nggak gitu juga. Apa aja deh, pokoknya jangan Bapak," kata Jaehyun yang dibalas anggukan paham oleh Rose. "Tadi kamu manggil saya mau ngomong apa?" tanya Jaehyun.
Rose menggedikan bahunya. "Nggak jadi deh. Lupa juga saya mau ngomong apa sama Mas Jaehyun." Jaehyun spontan terbelalak saat Rose memanggilnya dengan sebutan itu. Dan detik selanjutnya kedua sudut bibir si CEO tampan tersebut terangkat.
Jaehyun menyukai panggilan barunya dari Rose. Dia jadi merasa sangat dekat dengan seorang Roseline Sabrina. Baru saja akan membuka suara kembali, Jaehyun tiba-tiba mendapatkan sebuah panggilan telepon. Pria itu kemudian meminta izin pada Rose untuk mengangkat panggilan teleponnya di luar. Jaehyun pergi ke ujung koridor yang terbilang sepi, lalu dia menurunkan maskernya sebelum menjawab panggilan tersebut. "Gimana? Lo udah tau siapa pelakunya?" Semalam, saat Rose sedang tertidur, Jaehyun meminta kenalannya yang terbilang handal dalam mencari tahu orang, untuk mencari pelaku penusukan Rose. Dia bahkan rela membayar berapapun dan semahal apapun asalkan si pelaku bisa tertangkap dengan cepat.
"Diego, dua puluh tiga tahun. Dan sekarang dia ada di depan gue," balas orang diseberang sana.
Jaehyun mengangkat salah satu sudut bibirnya. Merasa puas dengan kinerja kenalannya tersebut. Hanya dengan satu malam, Xiaojun si pria yang terkenal dengan kelihaiannya dalam menemukan orang, bisa menemukan pelaku penusukan Rose. "Kasih teleponnya ke dia. Gue harus tau kenapa dia ngelakuin itu sama Rose." Xiaojun memberikan teleponnya pada pria bernama Diego.
"H-halo?" ucap Diego terbata. Dia merasa sangat terintimidasi karena Xiaojun terus menatapnya dengan tangan kanan yang memegang pisau. Memang begini cara kerja Xiaojun, tapi tenang saja dia tidak akan menggunakan pisau tersebut untuk melukai Diego. Dia hanya bermaksud mengancam.
"Gue nggak punya banyak waktu, jadi tolong jawab jujur kenapa lo ngelukain Rose?" tanya Jaehyun to the point.
"Jawab!" bentak Xiaojun yang terdengar oleh Jaehyun.
"S-saya ngelakuin itu karena di suruh," kata Diego.
"Siapa yang nyuruh lo?" tanya Jaehyun lagi. Diego tak kunjung menjawab, membuat Jaehyun menjadi geram sendiri.
"Jawab atau gue bakal ngelakuin hal yang belum pernah terbayangkan sama lo sebelumnya?" ancam Xiaojun seraya mengacungkan pisau yang dia pegang.
Jaehyun menoleh ke belakang kala mendengar suara jejak kaki yang sepertinya sedang terburu-buru. Dia tidak bisa melanjutkan teleponnya jika ada orang lain yang mendengarnya. "Jawab sekarang atau hidup lo nggak akan aman?" ancam Jaehyun.
"Jungkook."
Kening Jaehyun mengernyit kala mendengar nama itu disebutkan oleh Diego.
"Saya dapat telepon dari orang yang namanya Jungkook. Dan dia menjanjikan uang yang sangat banyak untuk saya," sambung Diego.
"Jaehyun." Jaehyun mematikan sambungan teleponnya saat seseorang memanggilnya. Dia menemukan pria yang namanya baru saja disebutkan oleh si pelaku penusukan Rose. "Ruangan Rose di mana?" tanya Jungkook dengan raut wajah khawatir.
Jaehyun meremas ponselnya. "Brengsek," umpatnya lalu melayangkan sebuah tinjuan pada wajah mantan suami Rose tersebut.
Waw genrenya jadi berubah misteri gini hahahahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...