23. Hutang

6.8K 1.3K 178
                                    

Gabuttttttttttt bangeeeeeeeettttttt
.
.
.
.
.

Saat akan menaiki mobil Jaehyun untuk pulang ke Jakarta, Rose, Jaehyun, dan si kembar berpapasan dengan Dio, Citra serta Yohan yang sepertinya juga akan pulang. "Kak, balik ke rumah aja yuk sama gue," ujar Yohan. Dia tidak memperdulikan Dio yang sudah menatapnya tajam karena tidak setuju dengan ucapan anak bungsunya tersebut.

"Iya nak, pulang sama Ibu ya? Kamu tinggal lagi di rumah sama cucu-cucu Ibu juga," timpal Citra.

Rose melirik ke arah Dio, tatapan mereka sempat bertemu sebentar sebelum akhirnya pria paruh baya tersebut membuang pandangannya ke arah lain, enggan menatap si sulung. Ya, Dio masih merasa kecewa dengan putrinya. "Ayah masih belum maafin aku Bu. Aku nggak mau bikin Ayah marah lagi," ucap Rose, lalu dia mengangkat kedua sudut bibirnya. "Tapi Ibu sama Yohan tenang aja, aku sama anak-anak bakal sering main ke rumah. Iya kan sayang-sayangnya Buna?" tanya Rose pada kedua anaknya yang dibalas anggukan oleh mereka.

"Nanti kita main lagi ya Om Yohan," kata Juan yang membuat Yohan tersenyum. Pria yang baru saja melamar kekasihnya semalam, berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan keponakan-keponakannya.

Yohan mengelus kepala si kembar gemas. "Iya, nanti kita main lagi. Oh iya Kak, lo udah gue kasih nomor hp gue kan, nanti chat alamat apart lo ya, biar gue bisa main sama Ibu kesana."

Rose mengangguk. "Iya."

"Bu, masih lama? Kalau iya Ayah masuk duluan ke mobil. Kaki Ayah pegel berdiri terus," ujar Dio lalu masuk ke dalam mobil. Melihat itu Rose kembali merasa bersalah. Dia telah membuat pria yang paling melindunginya sejak masih di dalam perut, kecewa akan perilakunya. Tapi Rose janji, dia akan berusaha sebaik mungkin untuk mengembalikan kepercayaan Ayahnya secepatnya.

Citra sendiri merasa kesal dengan Dio karena suaminya tersebut tidak memberikan kesempatan putrinya untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Namun dia tidak bisa berbuat banyak mengingat perangai Dio yang tegas dan sama keras kepalanya dengan Rose dan Yohan. Akhirnya yang bisa wanita paruh baya itu lakukan hanya mengelus pundak putrinya. "Yang sabar ya, Ibu bakal bantu ngomong sama Ayah. Dan kalau kamu mau main ke rumah, main aja. Pintu rumah bakal selalu terbuka buat kamu Sabrina," ucapnya lemah lembut yang membuat hati Rose sedikit tenang.

Rose mengangguk seraya tersenyum. "Iya Bu. Han," panggilnya pada sang adik. "Buruan sana berangkat, jangan buat Ayah marah. Inget, bawa mobilnya hati-hati. Jangan ngebut."

"Iya Kak. Lo juga hati-hati ya pulang sama ekhem calonnya," canda Yohan yang ditujukan pada Jaehyun yang sejak tadi hanya diam sambil memegang tangan Juan dan Jihan. Si CEO tersebut reflek tersedak karena kaget dengan ucapan Yohan, namun dia berusaha mempertahankan ekspresi datarnya.

Rose memukul tangan Yohan keras. "Sembarangan lo. Orang kita nggak ada apa-apa. Iya kan Pak?" tanya Rose sambil menatap sang atasan. Dia harap kecurigannya terhadap Jaehyun semalam hanyalah kecurigaan biasa dan tidak berarti apa-apa. Karena kalau Jaehyun sampai benar cemburu yang artinya pria tersebut menyukai Rose, wanita itu tidak tahu harus apa. Karena hatinya belum siap diisi oleh yang baru. Bukan karena Rose masih menyukai Jungkook, tapi dia memang masih belum siap.

Jaehyun hanya memandangi Rose tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Lidahnya seolah kelu untuk menjawab pertanyaan mudah tersebut. "Ada," katanya setelah beberapa detik terdiam. Rose melotot. "Sebagai atasan dan bawahan," sambung Jaehyun yang membuat Rose menghembuskan napasnya lega.

Citra terkekeh mendengarnya. "Yaudah, Ibu sama Yohan pamit ya nak."

Rose mengangguk. "Kabarin aku ya Bu kalau udah sampai rumah."

"Iya." Setelah itu orang tua Rose dan Yohan pergi lebih dulu. Di susul mobil Jaehyun setelahnya. Selama di perjalanan, keadaan di dalam mobil Jaehyun sedikit berisik karena Juan dan Jihan tidak berhenti menyanyi. Tapi tidak apa, untuk pertama kalinya Jaehyun malah bersyukur dengan suara bisingnya anak kecil, karena hal itu bisa memecah keheningan yang terjadi diantaranya dan Rose. Benar, begitu masuk ke dalam mobil tadi, tidak ada obrolan yang terjadi diantara kedua orang tersebut.

"Buna," panggil Jihan setelah menyelesaikan nyanyian Burung Kaka Tua bersama sang Kakak.

Rose menoleh ke belakang. "Kenapa? Adek mau pipis? Kan udah Buna pakein pampers," tanya Rose beruntun.

Jihan menggeleng. "Buna tau Viona nggak?" Rose terlihat berpikir, dia mencoba mengingat-ngingat siapa itu Viona.

"Oh, temen Adek sama Abang ya?" tanya Rose balik ketika sudah ingat siapa orang yang di maksud putrinya.

"Iya Buna."

"Kenapa sama Vio?"

"Viona punya adik baru," timpal Juan. "Kalau kita minta adik juga boleh nggak Buna?" Mendengar pertanyaan si sulung, membuat Rose terbelalak kaget. Begitupun dengan Jaehyun yang seharusnya tidak ikut-ikutan kaget seperti Rose.

"Eum...itu." Rose menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung harus menjawab apa.

"Untuk sekarang nggak boleh dulu." Jaehyun tiba-tiba bersuara. Dia ingin membantu Rose yang sepertinya tampak kesulitan menjawab pertanyaan si kembar. Eh tapi tunggu, dia memang ingin membantu Rose menjawab pertanyaan itu atau justru takut jika si kembar akan memintanya juga pada Jungkook, lalu Rose dan Jungkook...

Ergh! Jaehyun tidak bisa membayangkan jika itu sampai terjadi. Dia merasa tidak rela.

"Kenapa Om?" tanya Jihan.

"Pokoknya ada alasannya. Kalian yang masih kecil belum boleh tau," sahut Jaehyun. "Udah kalian mending nyanyi lagi, Om mau request lagu. Bisa nggak kalian nyanyiin balonku tapi pakai huruf O? Kalau bisa, nanti Om beliin es krim sama mainan."

"Beneran ya Om Jaehyun?" tanya si kembar bersamaan. Merasa excited mendengar es krim dan mainan yang merupakan bagian dari dunia mereka.

Jaehyun mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu si kembar mulai bernyanyi dengan suara keras. "M-makasih Pak," ucap Rose ketika anak-anaknya tak lagi membahas soal adik bayi.

"Buat apa?" tanya Jaehyun dengan pandangan yang lurus ke depan, mengingat dia sedang menyetir mobil.

"Bantu saya jawab pertanyaan mereka. Dan tolong, jangan bilang kalau bantuan yang tadi juga nggak gratis. Soalnya saya capek disuruh-suruh Bapak," balas Rose yang sudah hapal betul dengan kelakuan Jaehyun. Yang sedikit-dikit, ini nggak gratis.

"Tapi emang itu nggak gratis Rose." Benar bukan apa tebakannya. Jaehyun tidak mungkin memberikan bantuan dengan cuma-cuma. Ada saja permintaan pria itu yang harus Rose turuti. Padahal jika di luar seperti ini, Rose lah atasannya.

Rose menghela napasnya. "Lain kali kalau mau bantu saya tanya-tanya dulu kek. Biar saya bisa nolak," kesalnya. "Kali ini Bapak mau saya ngapain?"

"Bukan sekarang, tapi kapan-kapan. Dan saya anggap kamu sedang berhutang sama saya."

"Ish nyebelin! Tinggal bilang mau apa aja susah banget."

"Susah lah, kalau saya minta sekarang, kamu pasti bakal nolak," kilah Jaehyun. Kening Rose mengernyit, memikirkan apa sebenarnya permintaan yang Jaehyun inginkan.







Hmmm sebenarnya apa rencana engkau wahai Pak Angkasa??

My BOSS! [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang