DOUBLE UPDATEE!!
.
.
.
.
.Sudah tiga hari berlalu setelah kedatangan Chanyeol ke rumah orang tua Rose untuk menyampaikan soal Jungkook yang pergi ke London, dan tiga hari itu pula Rose selalu berpikir bagaimana caranya memberitahu si kembar jika mereka berdua menanyai keberadaan Jungkook, meski sampai sekarang tidak ada tanda-tanda jika Juan dan Jihan akan bertanya perihal Ayah mereka yang sudah lama tidak mereka temui. Tapi Rose harus bersiap agar dia tidak salah menjawab. Namun sialnya otak wanita itu seolah tidak berfungsi, Rose tidak pernah mendapatkan jawaban yang tepat untuk dia berikan pada kedua anaknya. "Buna? Kita mau bobo sama Buna ya." Rose yang semula berbaring di ranjang sambil berpikir, menoleh ke arah pintu saat mendengar suara putra sulungnya. Dia melihat Juan dan Jihan yang sudah berdiri di ambang pintu menggunakan piama bergambar pororo, dengan membawa guling ditangan masing-masing.
Rose tersenyum. "Iya. Sini." Juan dan Jihan memekik girang, mereka naik ke ranjang lalu tidur di sisi kiri dan kanan sang Ibu. Saat melihat kedua wajah anaknya yang begitu polos, Rose seolah merasa bersalah pada mereka. Juan dan Jihan masih terlalu kecil untuk merasakan ditinggal oleh sosok seorang Ayah. Terlebih lagi Chanyeol sempat bilang pada Rose, bahwa wanita itu jangan sampai mencoba untuk menghubungi Jungkook atau mencari tahu di mana mantan suaminya tinggal, karena jika sampai Jungkook ketahuan berhubungan kembali dengan Rose meski hanya via telepon, James tidak akan membiarkannya. Dan kalau itu sampai terjadi, bukan hanya Rose, Juan, dan Jihan yang akan menjadi korbannya, tetapi Jungkook juga.
"Buna, kok Ayah nggak pernah datang lagi ya? Adek kangen," Akhirnya pertanyaan itu keluar juga. Jihan menanyakannya dengan mata yang langsung menatap mata Bunanya. Membuat Rose ikut merasakan kerinduan sang putri pada Jungkook.
Lidah Rose mendadak kelu. Napasnya seperti tercekat setelah mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Jihan. Pertanyaan yang sangat dia antisipasi dan sedikit dia takuti karena sampai detik ini Rose tidak bisa menemukan jawabannya. Alih-alih mengeluarkan jawaban dari mulutnya, Rose justru mengeluarkan air mata, yang membuat si kembar mendadak khawatir akan keadaan Ibu mereka. "Buna kenapa nangis? Adek ada salah ya sama Buna?" Mata Jihan terlihat berkaca-kaca. Dia tidak bisa melihat Rose menangis meski dirinya masih kecil.
Rose menggeleng dia berusaha tersenyum namun tidak bisa. Ujung-ujungnya dia menangis hingga terisak. "Buna sedih karena kita nanya Ayah Jungkook ya?" tanya Juan. "Buna jangan nangis lagi. Kita janji kita nggak akan nanya soal Ayah lagi kalau itu bikin Buna sedih." tangan kecil Juan mengelap air mata Rose yang membasahi pipi wanita itu.
Jihan mengangguk-ngangguk. Beberapa bulir air matanya sudah turun. Hatinya memang mudah sekali tersentuh. "Iya, Buna jangan nangis. Adek janji nggak akan tanya-tanya soal Ayah." Rose memeluk kedua anaknya dengan erat dan hanya sanggup menggumamkan kata maaf berulang kali.
Kata yang dia tahu tidak ada gunanya untuk dikatakan saat ini, namun Rose tidak tahu lagi harus berkata apa selain itu.
"Maaf...maaf..."
*my boss*
Saat jam istirahat makan siang, Jaehyun justru pergi keluar kantor. Bukan untuk makan di restoran atau tempat makan lainnya, melainkan dirinya ingin menjemput Juan dan Jihan. Dia juga sudah mengabarkan Rose terlebih dahulu sebelumnya jika ingin menjemput si kembar di sekolah, dan Rose mengizinkannya asal si kembar sampai rumah dengan tepat waktu. Sesampainya di sekolah, Jaehyun melihat Juan dan Jihan yang sedang duduk di sebuah bangku panjang sambil memakan es krim. Sepertinya mereka sedang menunggu seseorang untuk menjemput mereka. "Juan, Jihan," panggil Jaehyun lalu berjongkok di depan anak kembar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...