Halo? Ada orang?
.
.
.
.
."Rose, kalau Chanyeol ada di sekitar sini. Lo bisa tanya dia keberadaan Ayah dari anak-anak lo Rose," ujar Lisa sambil menahan tangan sahabatnya yang akan pergi setelah memberitahu dirinya bahwa Rose bertemu dengan Chanyeol.
Chanyeol Abian, merupakan sepupu dari yang Rose sebut masa lalunya. Pria itu juga yang memberi Rose sebuah surat lima tahun yang lalu. Surat yang membuat hatinya hancur berkeping-keping setelah dia baca, surat yang membuat darah dan jantungnya seolah berhenti mengalir dan berdetak saking mengejutkannya. Dan Chanyeol adalah salah satu orang yang membantu Rose dan masa lalunya membangun restoran yang khusus menyajikan makanan Indonesia enam tahun yang lalu. Inilah alasan mengapa Rose tidak mau menginjakkan kakinya di restoran yang sekarang telah berubah menyajikan makanan khas Italia, karena tempat itu, menyimpan beribu cerita tentang dirinya dan pasangannya.
"Lis, Ayah dari anak-anak gue itu nggak pernah ada. Mereka nggak punya Ayah!"
Plak!
Lisa menampar Rose dengan cukup keras, untungnya di lorong sekarang tidak ada orang. Mereka semua berada di kantin untuk makan siang. "Mereka punya Ayah Rose," lirih Lisa. "Gue tau lo benci sama dia, tapi mikir dong, seenggaknya seumur hidup mereka, walau cuma sekali, mereka harus ketemu Ayahnya."
Rose menggeleng. "Gue nggak akan pernah mempertemukan mereka. Lagipula gue percaya, kalau dia udah pergi jauh."
"Lo percaya sama surat yang Chanyeol kasih ke lo lima tahun yang lalu hah?"
"Ya, gue percaya. Itu emang tulisan dia. Dia memilih pergi karena menurut dia, gue dan anak-anak gue menyusahkan."
Lisa mengacak rambutnya frustasi. Dulu dia juga sempat membaca surat yang Chanyeol berikan, tapi sampai detik ini, entah mengapa Lisa tidak yakin jika surat itu dari suami Rose. Di saat mereka sedang berdebat, kedatangan seorang pria membuat mata Lisa terbelalak. Wanita itu tiba-tiba saja berlari mengejar seseorang yang akan masuk ke dalam lift. "Chanyeol!" Lisa menahan tangan Chanyeol, membuat pria itu sedikit kaget. Tidak menyangka jika akan bertemu adik kelasnya dulu. Memang, Chanyeol dan Lisa teman satu sekolah. Hubungan mereka semakin akrab karena ternyata Rose, yang merupakan sahabat Lisa, menikah dengan sepupu Chanyeol enam tahun silam.
"Lis, lo kerja di sini?" tanya Chanyeol mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam lift. Awalnya kedatangan Chanyeol kesini untuk bertemu Jaehyun mengenai urusan pekerjaan.
"Iya. Tapi sekarang itu nggak penting, ada hal yang lebih penting lagi dari itu." Lisa menarik tangan Chanyeol ke hadapan Rose. Pria itu bergeming begitu melihat Rose untuk pertama kalinya setelah lima tahun lamanya tidak berjumpa. Ya, setelah memberikan surat itu, Chanyeol mendadak menghilang. Sama seperti sepupunya.
"R-rose," panggil Chanyeol pelan.
Alih-alih menanyakan soal sepupu Chanyeol, Rose memilih pergi dari sana. Hatinya mendadak sesak jika mengingat-ngingat masa lalunya. Dia belum bisa berdamai dengan hal itu.
Rose pergi ke atap lalu memandangi kota Jakarta yang siang hari ini terasa lebih berangin. Air mata wanita itu tanpa sadar menetes. Rose menangis, dia telah melanggar janjinya yang tidak akan menangisi masa lalunya lagi. Sesungguhnya Rose ingin sekali bertanya pada Chanyeol, kemana sebenarnya Ayah dari anak-anaknya pergi? Kenapa hanya ada tulisan diatas kertas lusuh yang suaminya berikan untuk dirinya sebelum pergi?
"Kemana lo pergi Mas...?" Lutut Rose melemah, dia jatuh terduduk dan mulai menangis lebih kencang lagi.
Jaehyun yang melihat semuanya dari jarak yang lumayan jauh, memandangi wanita itu sambil menghela napasnya berat. Awalnya dia tidak sengaja melihat Rose yang sepertinya sedang terburu-buru. Karena penasaran, Jaehyun mengikutinya dan berakhir di atap. Pria itu tidak tahu apa alasan yang membuat Rose menangis seperti ini. Tapi dari yang dia lihat, sepertinya bawahannya itu telah mengalami hari-hari yang berat.
Jaehyun membalik tubuhnya, dia berniat untuk pergi. Namun baru beberapa langkah menuju pintu atap, calon CEO tersebut kembali berbalik dan menghampiri Rose lebih dekat. Dia mengeluarkan tisu yang selalu ada di dalam kantung celananya, lalu menyodorkannya pada Rose. "Muka kamu jelek, elap."
Rose mendongak. "Kenapa Bapak bisa di sini?" tanya wanita itu seraya mengambil tisunya, dia mengelap pipinya yang basah akibat air mata. Rose berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan tidak ingin menunjukan pada orang-orang bahwa selama ini hatinya terluka. "Bapak sengaja ngikutin saya ya?" tuding Rose seraya bangun dari posisinya.
Jaehyun mendecih mendengarnya. "Kebetulan aja saya emang lagi pengen di atap," sangkalnya.
"Halah, masa?"
Jaehyun menoleh, dia menatap wajah wanita disampingnya dengan seksama. Merasa takjub karena Rose bisa secepat itu berubah, seolah-olah dia tidak pernah menangis. "Kamu nggak capek?" tanya Jaehyun tiba-tiba.
"Capek? Ya capeklah, apalagi Bapak minta ini itu terus. Saya nggak punya waktu buat istirahat tau nggak?"
Jaehyun menghela napasnya, bukan itu maksud saya Rose. Kamu nggak capek pura-pura keliatan baik-baik aja kayak gini? Andai saja Jaehyun berani menanyakannya secara langsung pada Rose. Tapi dia sadar diri, jika dirinya bukan siapa-siapa Rose dan merasa tidak pantas untuk ikut campur lebih dalam mengenai kehidupan wanita itu.
"Yaudah istirahat sana. Hari ini cukup, saya nggak akan suruh-suruh kamu lagi," ucap Jaehyun yang membuat salah satu alis Rose terangkat.
"Tumben baik?"
Jaehyun menyilangkan tangannya di depan dada. "Saya emang selalu baik."
"Pret!" Rose tertawa setelahnya. "Mana ada baik kalau dikit-dikit nyuruh saya buat ngerjain hal yang sebenarnya bisa Bapak kerjain pakai tangan Bapak sendiri huh?"
"Terus, biar keliatan baik di depan kamu saya harus apa?"
"Ajak saya jalan gitu, liburan, atau ke bioskop, pantai juga boleh."
"Yaudah," sahut Jaehyun enteng.
"Yaudah apa? Bapak nggak beneran mau ngajak saya liburan kan?"
"Oh jadi kamu nggak mau?"
Rose kembali tergelak mendengarnya, dan hal itu membuat Jaehyun bingung. "Yaampun Pak, saya cuma bercanda kali. Nggak sopan juga, masa iya saya minta diajak liburan ke atasan sendiri. Enggak bakal lah."
"Tapi kalau saya beneran mau ngajak kamu gimana?"
"Bapak serius?"
Jaehyun mengangguk tanpa ragu. "Minggu nanti kamu dan anak kamu siap-siap, kita ke Puncak. Kebetulan di sana ada acara lamaran sepupu saya."
"Lah itu mah acara keluarga," Rose menggeleng. "Nggak, saya nggak mau. Yang ada kalau saya datang kesana, cuma bikin malu."
"Kenapa harus malu? Kamu juga bakal jadi bagian dari keluarga saya."
"Hah? M-maksud Bapak?"
Saat itu juga Jaehyun sadar, kalau dia telah salah bicara. Pria itu menggeleng cepat. "Pokoknya kamu harus ikut," ucapnya lalu terburu-buru pergi meninggalkan Rose. "Kenapa mulut lo bisa salah ngomong gini si?!" Jaehyun memukul mulutnya beberapa kali, merutuki dirinya yang sudah berbicara sembarangan tanpa sadar.
Hiyaaaa bingung nah lo!!!
Jadi siapa Bapaknya si kembar????
Eh btw kalian paham kan kenapa Rose waktu itu agak males buat masuk restoran Italia itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...