Absen start!!!!
.
.
.
.
.Sudah tiga hari ini Rose berada di rumah sakit untuk menemani Jihan. Bahkan saat di hari pertama Jihan dirawat, dia mengajak serta Juan untuk menginap di rumah sakit. Sebetulnya Rose tidak mau mengajak Juan kesini, apalagi harus ikut menginap karena rumah sakit adalah tempat yang rawan untuk anak kecil. Tetapi lagi-lagi keadaan memaksanya, karena tidak ada satupun keluarga yang bisa Rose titipi. Bukannya wanita itu tidak memiliki keluarga, dia punya. Hanya saja semua berubah enam tahun yang lalu.
Mereka, orang tua Rose tidak ingin melihat putrinya lagi karena sebuah alasan.
Tapi saat di hari kedua Jihan dirawat, Lisa dan Sehun datang menjenguk. Mereka mengajukan diri untuk menjaga Juan selama Rose merawat Jihan di rumah sakit. Awalnya Rose menolak karena dia takut merepotkan sahabatnya, tapi Lisa bilang itu bukan masalah. Terlebih dia juga belum punya anak kecil yang harus diurus, maka menjaga Juan adalah suatu kebahagiaan sendiri untuk Sehun dan Lisa. Jadilah malam-malam berikutnya hanya ada Rose yang menemani Jihan.
Selama tiga hari ini juga Rose tidak berangkat ke kantor dan tidak mendapat kabar apa-apa soal Jaehyun. Toh dia juga tidak perduli pada pria itu.
Rose tersenyum tipis melihat wajah Jihan yang kini tertidur pulas. Dia cukup lega karena semakin hari keadaan putri kecilnya semakin membaik. "Buna sayang kamu dek." Rose mengecup punggung tangan Jihan lalu mengelusnya dengan ibu jarinya. "Kamu sama Abang adalah segalanya buat Buna." Rose tidak tahu bagaimana hidupnya jika tidak ada Juan dan Jihan. Mungkin dia akan berakhir di rumah sakit jiwa sejak lima tahun yang lalu karena seseorang yang sangat dicintainya, bahkan membuat Rose rela melepaskan segalanya, pergi secara tiba-tiba setelah satu tahun pernikahan mereka. Tepat, di hari Rose melahirkan si kembar.
Mengingatnya membuat dada Rose kembali sesak, air matanya seolah mendesak ingin keluar. Namun dia sebisa mungkin menahannya, karena Rose pernah berjanji, dia tidak akan menangisi pria itu lagi sampai kapanpun.
"Rose." Rose menoleh ketika seseorang memanggil namanya. Wanita itu menghela napasnya pelan saat tahu siapa yang datang. Siapa lagi jika bukan pria menyebalkan yaitu Jaehyun si calon CEO?
Seperti waktu itu, Jaehyun datang lengkap menggunakan masker, sarung tangan, dan face shield untuk menutupi wajahnya. Rose sendiri tidak tahu kenapa pria itu melakukan hal ini, dan dia merasa jika sikap Jaehyun terlalu berlebihan soal kebersihan. "Bapak ini petugas medis di sini apa gimana sih? Lengkap banget perlengkapannya."
Jaehyun diam, belum ingin memberitahu perihal phobianya pada si bawahan. Dia justru menyerahkan satu kantung plastik besar kepada Rose. "Apa ini?" tanya Rose ketika menerima pemberian Jaehyun.
"Makanan untuk anak kamu. Siapa namanya?"
"Jihan Nayara."
Jaehyun mengangguk paham. "Ya, untuk dia. Ngomong-ngomong, bisa nggak kita ngobrolnya di taman aja? Atau di luar mungkin? Saya takut badan saya terkontaminasi sama kuman dan bakteri."
Masih aja nih orang hih! Geram Rose.
Karena tidak mau mencari masalah baru dengan atasannya, Rose mengalah dan mengikuti kemauan Jaehyun. Mereka akhirnya pergi ke taman rumah sakit yang sekarang ini sepi karena rata-rata pasien sudah tertidur. "Nggak gerah tangannya di sarungin terus?" celetuk Rose yang melihat Jaehyun seperti tidak nyaman dengan perlengkapan yang dia kenakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...