Sejauh ini perasaan kalian waktu baca My Boss gimana?
.
.
.
.
.Dio yang baru pulang dari rumah sakit setelah bertugas, tubuhnya ditabrak oleh kedua anak kecil yang tengah berlarian saat masuk ke dalam rumah. "Kakek, m-maaf," ucap Jihan takut karena tidak sengaja menabrak Dio karena dikejar sang Kakak.
"Juan juga minta maaf Kakek," timpal Juan. Si kembar sangat takut dengan Dio karena kesan pertama yang mereka dapatkan saat bertemu dengan pria paruh baya tersebut adalah menyeramkan. Di mana saat di puncak beberapa waktu lalu, si kembar mendengar Dio memarahi Rose meski tubuh mereka dipeluk oleh Jaehyun.
Dio memandangi kedua cucunya dengan ekspresi datar. Tidak ada senyum atau ekspresi marah yang pria itu tunjukan.
"Kakek maafin kita kan?" tanya Jihan seraya mendongak menatap Kakeknya. Mata anak kedua Rose tersebut terlihat berkaca-kaca saking takutnya. Tak lama Dio menghela napasnya, dia berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan si kembar. Melihat itu, si kembar justru memundurkan langkah mereka karena takut.
"Kenapa kalian mundur?" tanya Dio. Kedua sudut bibirnya terangkat. "Kakek nggak marah, sini biar kalian Kakek peluk." Mendengarnya membuat si kembar tersenyum, rasa takut mereka seolah-olah hilang setelah mendapatkan senyuman dari Dio.
Dio kemudian membawa kedua cucunya ke dalam pelukannya. Sesekali dia mencium gemas pipi si kembar. Sejujurnya dia sama sekali tidak mendendam pada Juan, dan Jihan, bahkan putrinya sendiri, Rose. Dia hanya sedikit marah karena Rose pernah melanggar larangannya untuk menikah dengan Jungkook. Tapi selebihnya Dio sangat menyayangi Rose. Bahkan sampai detik ini, anak kesayangannya masih tetap Rose. Dan melihat kedua cucunya yang masih kecil, mengingatkan Dio akan putrinya dulu. Di mana dia selalu mengiyakan apa yang Rose mau, dia tidak akan membiarkan Rose kecil menangis karena keinginannya tidak terpenuhi, dia juga selalu memanjakan putri sulungnya tersebut. Tapi baru satu kali selama hidupnya, Dio menolak keinginan Rose yang ingin menikah dengan Jungkook.
"Mama kalian mana?" tanya Dio pada si kembar.
"Bukan Mama Kek, tapi Buna," ralat Juan. "Buna tadi keluar, nggak tau kemana." Dio mengangguk paham, lalu dia mengajak kedua cucunya untuk bermain bersamanya. Karena Dio juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi Kakek yang sebenarnya, seperti Kakek yang menemani cucu-cucunya kala mereka bermain.
Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di apartemen Rose, wanita itu baru saja pulang setelah dinnernya dengan Sungchan. Menurutnya, makan malam tadi sangat mengejutkan untuknya, di mana Sungchan tiba-tiba saja menyatakan cintanya pada Rose. Memang, pemuda itu tidak meminta Rose untuk menjadi kekasihnya dalam kata lain menembak Rose, tapi wanita berambut panjang tersebut tetap kepikiran dengan ucapan Sungchan. Dia hanya berpikir bagaimana bisa Sungchan yang masih berusia dua puluh tahun, menyukai dirinya yang hampir berkepala tiga bahkan seorang janda dengan dua anak. Dan lagi Rose merasa tidak ada yang spesial dalam dirinya hingga membuat Sungchan jatuh cinta padanya.
Rose yang semula berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya, menoleh ke arah nakas kala mendengar sebuah notif masuk ke dalam ponselnya. Dia bangun kemudian melihat pesan yang baru saja masuk.
Sungchan : Mbak, maaf ya aku belum berani ngajak Mbak kencan atau minta Mbak jadi pacar aku. Karena aku udah punya rencana buat itu semua. Tunggu ya hehe❤
Rose menghela napasnya setelah membaca pesan tersebut. Dia kembali meletakan ponselnya di nakas tanpa membalas pesan Sungchan. "Kenapa cinta pertama lo harus gue sih Chan? Lo tuh bahkan umurnya di bawah Yohan." Entah kenapa rasanya Rose menyesal saat tahu jika dirinya adalah cinta pertama Sungchan.
Disaat sedang bergelut dengan pemikirannya sendiri, bel apartemen Rose tiba-tiba berbunyi. Wanita itu berdecak, dengan malas dia turun dari ranjang untuk membukakan si tamu pintu. "Nyari siap---lho Bapak ngapain malam-malam kesini?" Rose menemukan Jaehyun berdiri di depan pintu apartemennya. Dia heran kenapa bosnya malam-malam datang kesini. Tidak menghiraukan Rose, Jaehyun menerobos masuk ke dalam apartemen. "Ih Bapak jawab dulu, ada apa?" tanya Rose sambil mengikuti langkah Jaehyun setelah menutup pintu.
Jaehyun duduk dengan santai di sofa sebelum Rose menyuruhnya. "Mau ketemu kamu aja, nggak boleh?" Pria itu bertanya balik.
Rose memandangi Jaehyun dengan alis saling bertautan. Dia merasa jika sikap Jaehyun padanya akhir-akhir ini berubah aneh. Dari mulai perkataannya yang bilang bahwa Rose itu adalah hal penting untuknya, memuji Rose bahwa dia wanita yang manis, sampai selalu membela Rose kala Ibu dari si kembar tersebut sedang dalam situasi kesulitan. Rose tidak mengerti, kenapa Jaehyun melakukan semua itu untuknya. Apa karena Jaehyun seorang bos maka dari itu dia selalu memberikan perhatiannya pada Rose? Tapi bukannya itu terlalu berlebihan jika hanya untuk seorang atasan dan bawahan? Terlebih keduanya sudah pernah berciuman. Meski sampai saat ini Rose masih bertanya-tanya apa ciuman itu hanya kecelakaan semata atau Jaehyun melakukannya dengan maksud lain.
Rose dengan ragu mengambil tempat disamping Jaehyun. "Bapak," panggilnya.
Jaehyun menoleh, tatapannya bertemu dengan Rose. Lagi, jantungnya selalu berdebar dua kali lebih cepat setiap kali melihat mata wanita itu.
Rose menggigit bibir bagian bawahnya. Dia ingin bertanya, namun hatinya terlalu ragu. "Kenapa Rose?" tanya Jaehyun yang sepertinya menyadari jika ada hal yang ingin Rose ketahui.
Rose menggeleng. Tidak jadi menanyakan hal tersebut. Dia kemudian bangun, berniat untuk mengambilkan Jaehyun minum. Namun lengannya ditahan oleh si pria, membuat Rose jatuh ke pangkuan Jaehyun. Lagi dan lagi tatapan keduanya bertemu. Kali ini bukan jantung Jaehyun saja yang berdebar tidak karuan, tetapi Rose juga. Netra Rose kini beralih memandangi wajah pria di hadapannya, dia baru menyadari jika Jaehyun sangat tampan. Rahang tegasnya, alis tebalnya, hidung mancungnya, dan seluruh bagian wajah Jaehyun membuat Rose terpesona.
Pria itu seperti tidak memiliki cacat sedikitpun. Semuanya terlihat sempurna.
"Kamu mau tanya apa?" Dengan suara rendahnya Jaehyun kembali bertanya.
"I-itu w-waktu kita eum." Rose bingung sendiri bagaimana cara dia menanyakannya. Dia mendadak salah tingkah. Terlebih lagi posisi duduknya yang sekarang membuat Rose sulit berbicara. "Di kamar..." lirihnya. Mendengar kata kamar, membuat Jaehyun langsung paham akan arah pembicaraan Rose.
"Kamu bingung kenapa saya tiba-tiba melakukannya?" tanya Jaehyun yang dibalas anggukan Rose. Pria itu terkekeh pelan. "Saya juga nggak tau Rose. Tapi saat kamu membalasnya, saya merasa...senang."
"T-tapi saya juga nggak tau kenapa waktu itu saya bisa nerima perlakuan Bapak." Rose bersiap untuk berdiri, pipinya memanas karena membicarakan hal seperti ini. Namun lagi-lagi tangannya ditahan Jaehyun, membuat Rose tidak bisa pergi kemana-mana bahkan berdiri.
"Waktu melakukannya saya emang nggak tau kenapa. Tapi begitu sampai rumah dan jantung saya udah sedikit tenang, saya sadar, kalau saya jatuh cinta sama kamu. Dan perkataan Mama yang bilang bahwa saya selalu membicarakan kamu, itu adalah benar."
Tangan Jaehyun bergerak menyelipkan rambut Rose yang menghalangi wajah cantik itu ke belakang telinga. "Dengan kata lain, saya mencintai kamu Roseline. Apa kamu mau jadi pasangan hidup saya?"
Rose terdiam mendengarnya. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya selama beberapa saat. Sunyi. Hanya ada suara jam yang berdenting dan deru napas yang berasal dari diri masing-masing. Hingga akhirnya, wajah Jaehyun perlahan mulai mendekat pada wajah Rose. Saat mata pria sudah memejam, dan bibirnya dengan bibir Rose hampir bersentuhan. Tiba-tiba wanita itu berdiri, membuat mata Jaehyun kembali terbuka. "Maaf Pak, saya nggak bisa," katanya kemudian meninggalkan Jaehyun ke dalam kamar.
MANAAAA KOMENNYA!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My BOSS! [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[17+] [Saat rose sedang sangat membutuhkan uang, dia nyaris dipecat oleh putra CEO di perusahaan tempatnya bekerja, yang katanya beberapa bulan lagi akan naik jabatan menggantikan posisi sang ayah untuk menjadi CEO. Lalu Bagaimana nasib Rose akankah...