BAB XXX - Mabuk

198 15 7
                                    

.oOo.

Hong Ae memandang marah pada menteri Lee, perasaannya belakangan ini benar-benar panas karena ulah Jun. Sedangkan si tua ini malah menambah beban hidupnya.

"Kalian ingin membunuhku hah?!" sentaknya kesal.

Menteri Lee nampak tersenyum remeh. "Tak kusangka setelah sekian lama menjadi permaisuri, kau hanya peduli pada amarahmu dan tak mengerti apapun soal dinasti."

"K-kau?!!" matanya menggerling dan mengumpat, "Sialan."

Menteri Lee sangat tenang, ia tak merasa bersalah sedikitpun telah menyindir keponakan yang menurutnya bodoh dan hanya mengedepankan emosi ini.

"Kau menginginkan anak wanita murahan itu menjadi pewaris tahta Goryeo?" tanya sang menteri.

Hong Ae meremat tangannya, urung merogoh arak di atas meja. Ia kesal. "Apa hanya itu yang kau bicarakan dengan Raja?"

"Aku tak berpikir kalian membuang-buang waktu seperti ini, apa kalian berpikir kalau wanita itu langsung hamil di malam pertama dan melahirkan seorang pangeran?!" suaranya meninggi, terlebih masih banyak kemungkinan lain, seperti bisa saja anak yang dilahirkan Eum Na perempuan atau Eum Na belum hamil dengan semudah itu.

Menteri Lee menahan kesal, meladeni wanita keras kepala seperti Hong Ae hanya menambah masalah hidupnya. Jika tidak memandang Kakaknya sebagai seorang raja Baekje itu adalah Ayah dari wanita tempramen ini, mungkin menteri Lee tak akan kesusahan seperti sekarang.

"Ayahmu menginginkan pangeran darimu dan Raja."

Tapi Hong Ae malah berujar, "Kurasa sangat tidak sopan menyebut raja Baekje seakrab itu meski kau dan Raja bersaudara."

Senyap sejenak, keadaan menjadi tegang. Lalu menteri Lee berujar, "Raja menyampaikan pesan agar kau memiliki keturunan untuk mewarisi tahta Goryeo sebelum selir raja melahirkan seorang pangeran."

"Kalau saja dia melahirkan seorang pangeran dengan Jun dari rahimnya, mungkin pangeran itu akan tiada sebelum pengangkatannya." Hong Ae tidak semudah itu di kalahkan, ia juga berpikir panjang tentang kehadiran Eum Na di istana.

"Itu terserah padamu, Raja hanya menginginkan pewaris tahta Goryeo darimu dan Jun."

Raja Baekje khawatir akan hubungan asmara Jun dan Eum Na berpotensi melengserkan permaisuri bersama keturunannya suatu saat nanti.

Tapi Hong Ae hanya berpikir bahwa Raja Baekje hanya memikirkan kelangsungan tahta, tahta dan tahta.

"Aku lebih tahu darimu kalau Raja satu itu tak pernah percaya pada puterinya sendiri. Kau tenang saja," ujar Hong Ae, meninggalkan ruangan tersebut dengan wajah datar.

Lee Hong Ae, puteri tertua Raja Baekje. Sedari kecil hidupnya selalu bergelimang kemewahan, gadis kecil yang di didik secara keras atas permintaannya Ayahnya sendiri. Bagi sang Raja, Hong Ae adalah panutan. Ia harus sempurna dan mampu melakukan segala hal. Ia adalah contoh untuk adik-adiknya, hidup menuntut gadis kecil itu menjadi wanita keras, dingin, dan ambisius.

Cinta yang harus ia relakan atas perjodohan yang dibuat oleh Sang Raja untuk keberlangsungan hubungan kedua negara.

Bahkan Hong Ae sudah lupa, kapan terakhir kali ia memanggil Raja dengan nama 'Ayah'. Hong Ae bisa saja kesal, betapa mudahnya orang lain menyebut nama Ayahnya, bahkan menyebutkan 'ayahmu' padahal semasa berada di Baekje Hong Ae hanya berbicara formal pada Ayahnya, Ayah yang selalu sibuk dengan berbagai masalah negara, sampai akhirnya ia di kirim untuk membentuk aliansi pernikahan dengan Goryeo, Hong Ae tak merasakan kasih sayang yang cukup dari seorang Ayah.

Fallen Leaves | LENGKAP✓ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang