AILUN Part 45). Is It To Late? (END)

5.6K 219 44
                                    

Happy reading💙

•• ••

Hari ini adalah hari yang paling bersejarah bagi para murid kelas 12. Karena hari ini adalah hari kelulusan mereka. Hari yang sangat dinanti-nantikan juga oleh Luna.

Sekarang, Kelas 12 dikumpulkan di lapangan. Mereka berbaris dengan tertib dan teratur sesuai kelasnya. Pak kepala sekolah atau Pak Budi sedang menyampaikan pidatonya di hadapan para murid kelas 12.

"Bapak sebagai kepala sekolah kalian merasa terharu dengan kerja keras kalian selama ini. Walaupun banyak dari kalian yang bandel dan selalu bolos kelas. Tapi pada waktu ujian, kalian melakukannya dengan sungguh-sungguh sehingga hasil yang didapat sangat memuaskan. Jujur bapak bangga sama kalian."Ujar Pak Budi membuat para murid kelas 12 bersorak riuh sambil bertepuk tangan dengan bangga.

"Nah, selanjutnya bapak mau mengumumkan bahwa 100% dari kalian semua lulus semua. Dengan rata-rata nilai yang cukup memuaskan."

Murid-murid bersorak riuh kembali. Ada yang menutup mulutnya terharu, bahkan ada juga yang sampai menangis. Karena tidak menyangka bahwa ia ternyata dinyatakan lulus.

Luna tersenyum bahagia. Kemudian, Lala dan Milka memeluknya dari samping."Gue gak nyangka, kita lulus Lun."

"Iya. Luna juga masih nggak nyangka, La."

Pak Budi berdehem kemudian. Suasana di lapangan tersebut kembali hening.

"Bapak juga ingin memberi tahu satu hal lagi. Siswi yang mendapat nilai ujian tertinggi diraih oleh Aluna Claretha. Dengan rata-rata nilai 9,8."

Suasana seketika riuh. Mereka bersorak heboh pada Aluna. Teman-teman di dekatnya mengucapkan selamat pada cewek cantik dan manis itu. Termasuk Lala dan Milka. Tidak menyangka Luna bisa mendapat nilai setinggi itu.

"Aluna, lo hebat. Congrats ya Lun."Ujar Lala sambil memeluk Luna.

"Baiklah. Kepada saudari Aluna, dimohon maju ke depan."Ujar Pak Budi yang dituruti Luna.

Luna sudah berdiri tak jauh dari Pak Budi. Dia tersenyum saat Pak Budi sudah berdiri di hadapannya ditemani Bella yang bertugas membawa medali dan sebucket bunga.

Luna sedikit menundukkan kepalanya saat Pak Budi memakaikan medali pada dirinya. Luna tersenyum sambil memegang medali yang menggalung di lehernya. Luna juga menerima sebucket bunga pemberian Pak Budi.

"Makasih Pak."

"Iya sama-sama. Bapak bangga sama kamu, Aluna. Bapak doakan semoga kamu sukses suatu hari nanti."Ujarnya yang dibalas senyum oleh Luna.

Bella memegang bahunya sambil tersenyum bangga,"Lo hebat Lun. Congrats ya."

"Iya. Makasih Bella."

Suasana kembali riuh seketika. Mereka meneriaki nama Aluna dengan lantang. Luna tersenyum haru. Dia masih tak menyangka dengan yang terjadi saat ini.

Namun saat Luna mengalihkan pandangannya, tak sengaja kedua matanya bertatapan dengan sepasang mata yang dulu selalu menatapnya lembut. Tatapan yang selalu membuatnya tenang saat berada di sisinya, merasa terlindungi.

Aidan menatapnya sendu, tersirat dengan jelas kerinduan di kedua matanya itu.

Luna dengan segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Luna tak boleh terpengaruh kembali. Tekadnya sudah bulat. Bahwa Luna akan melupakan cowok itu.

Aidan: Not Perfect Boyfriend [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang