[20]

2.8K 289 24
                                    

Selamat Membaca^^

"Semua akan kembali ke tempat yang mereka sebut sebagai rumah"

.

.

.

Wendy dan Seulgi saat ini berdiri di depan ruang rawat Joy, mereka tidak bisa masuk kecuali Wendy yang harus mengecek kondisi Joy setiap saat untuk memastikan kondisinya tidak menurun.

Sungguh Seulgi rasanya ingin menangis dan memeluk tubuh Joy yang saat ini terbaring lemah dengan banyak alat yang terpasang di tubuhnya. Seulgi menyentuh dinding kaca yang menjadi pembatas di antara mereka.

"Apa kau masih mau di sini? Aku sudah selesai memeriksa kondisi Joy dan aku harus memeriksa pasien ku yang lainnya. Bagaimana pun ini adalah kewajiban ku sebagai dokter, padahal aku juga masih ingin di sini." Ucap Wendy sedih.

"Aku akan pulang, aku butuh waktu sendiri. Kalau ada apa apa tolong kabari aku." Ucap Seulgi dengan langkah berat dia pergi dari sana.

Wendy hanya menatap punggung Seulgi yang mulai menghilang di lorong rumah sakit. Wendy menghela nafas berat, setelah itu dia juga pergi untuk memeriksa pasien lainnya.

"Joy aku harap kondisi mu semakin membaik sebelum 24 jam berlalu. Sekarang aku harus berusaha mencari donor darah untuk mu." Gumam Wendy.

~BV~

Saat ini Jisoo dan Yeri sedang dalam perjalanan pulang, mereka harus membersihkan diri lalu makan dan istirahat sebentar. Setelah itu mereka akan ke rumah sakit lagi untuk melihat kondisi Joy.

Dalam mobil saat ini hening karena tidak ada yang berbicara. Jisoo yang fokus menyetir sedangkan Yeri melamun menatap ke depan.

"Yeri, kau mau makan di luar atau di rumah aja?" Tanya Jisoo memecah keheningan.

Jisoo yang tidak mendapat jawaban pun melihat ke arah Yeri "Ternyata dia melamun." Batin Jisoo.

"Yeri?!" Panggil Jisoo lagi dengan suara yang lebih keras.

Yeri yang mendengar terlonjak kaget lalu melihat Kakak nya "Apa sih kak? Buat terkejut aja!" Ketus Yeri.

"Ya maaf dong, kamu sih di panggil gak nyaut jadi gitu deh. Lagian suruh siapa melamun?" Ucap Jisoo santai.

"Ya ya ya.. Jadi kenapa?" Ucap Yeri malas.

"Kau mau makan di luar atau mau di rumah aja, nanti Kakak yang masak kalau mau makan di rumah." Ucap Jisoo.

"Di rumah aja, dan Kakak harus memasakkan ku chikin!" Ucap Yeri memerintah.

Jisoo mendengus, lagian dia memang mau masak chikin kok. Chikin for life tak akan bisa tergantikan kalau kata Jisoo. Dimana pun dia berada, chikin pun harus selalu ada wkwk:v

"Lagian Kakak emang mau masak chikin kok, males masak yang lain bikin ribet." Ucap Jisoo mengejek.

Yeri memutar bola matanya malas, "Sepertinya Kak Jisoo memang tidak bisa di jauhkan dari chikin, isi otak nya hanya chikin" Batin Yeri lalu tersenyum tipis.

Jisoo melirik Adik nya heran, kenapa tersenyum seperti itu. Jisoo berfikir sepertinya Yeri sudah kerasukan hantu penunggu mobilnya:v

Jisoo merinding membayangkannya. Setelah itu mobil kembali hening hingga mereka sampai di rumah. Mereka berdua keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah.

Jisoo menyuruh Yeri untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah memastikan Yeri masuk ke dalam kamarnya, Jisoo pun masuk ke kamar miliknya dan membersihkan diri.

Sekitar 15 menit mandi dia pun keluar dari kamar mandi lalu menuju walk in closet untuk berpakaian lalu dia keluar kamar menuju dapur untuk memasak makan malam mereka.

Setelah beberapa saat berkutat dengan alat dapur akhirnya Jisoo selesai dengan masakannya. Ya walau hanya sekedar memasak ayam goreng sih wkwk:v

Yeri yang baru memasuki ruang makan pun dapat mencium aroma lezat dari ayam goreng yang Jisoo masak.

"Wahh aroma nya membuat perut ku memberontak minta di isi." Ucap Yeri yang sudah duduk di kursi.

"Tentu saja, siapa dulu yang masak." Jisoo membanggakan dirinya "Oh iya, cepat makan lalu istirahat lah. Jam 5 pagi nanti kita akan ke rumah sakit lagi." Lanjut Jisoo yang di iyakan Yeri.

Tanpa berbicara lagi mereka makan dengan tenang dalam keheningan. Sebenarnya Jisoo gak suka kalau diam diam seperti ini, tapi mungkin suasana nya memang lebih baik begini dulu.

~BV~

"Jennie Lisa Rose, ayo bangun kita sudah sampai." Ucap Irene membangunkan ketiga Adik nya.

Setelah ketiga Adiknya bangun, Irene bangkit dan menggandeng tangan mereka lalu berjalan keluar dari jet pribadi Jennie.

"Hey buka mata kalian, kita harus cepat keluar dari bandara menuju rumah sakit. Tidak lupa kan kalau kita harus melihat kondisi Joy saat ini? Dan Jennie, nanti setelah sampai rumah sakit kita cari dokter yang merawat Joy lalu segera mendonorkan darah mu." Ucap Irene.

Jennie yang mendengarnya pun langsung membuka lebar matanya, sepertinya dia sedikit lupa dengan tujuan awal mereka ke Indonesia. Lisa dan Rose juga seperti Jennie, setelah itu mereka berempat berjalan keluar bandara dengan cepat.

Bodyguard mereka sudah menunggu di samping mobil yang sudah di siapkan. Keempatnya langsung masuk ke mobil "Cepat! Kita harus segera sampai di rumah sakitnya!" Perintah Jennie tegas.

Rasa kantuk mereka tadi sudah hilang entah kemana, sekarang mereka hanya merasa cemas dan khawatir.

Irene yang memang paling tua di antara yang lain memeluk ketiga Adik nya. "Tenanglah, yakin pada Tuhan kalau Joy akan baik baik saja." Ucap Irene lembut.

"Semoga aja begitu." Gumam Jennie.

"Makanya kita harus berdoa!" Kompak Rose dan Lisa.

Mereka menatap satu sama lain dengan pandangan sengit "Kenapa kau mengikuti ucapan ku?!" Kompak Mereka lagi. "Yaa!! Berhenti mengatakan hal yang sama!" Lagi dan lagi mereka mengatakannya bersama.

Irene menatap Jennie, mereka bertatapan lalu tertawa karena melihat si Kembar berantem hanya karena kompak mengatakan sesuatu.

"HAHAHA!!" Tawa Irene dan Jennie membuat suasana menjadi lebih baik.

"Dasar kembar! Berhentilah bertengkar hal hal kecil seperti tadi Hahaha.." Cibir Jennie lalu lanjut tertawa.

"Sudahlah, jangan seperti itu." Ucap Irene lalu terkekeh geli.

Rose dan Lisa bertatapan lalu mereka tersenyum tidak lupa Lisa mengedipkan satu matanya pada Rose mengkode. Rose yang mengerti pun hanya tersenyum geli.

Sepanjang jalan suasana menjadi lebih ceria hingga mereka sampai di rumah sakit. "Nona, kita sudah sampai. Apa mau saya kawal sampai ke dalam?" Tanya Bodyguard itu.

"Tidak perlu." Ucap Jennie.

Menghela nafas berat, mereka berempat pun turun dari mobil. Mereka tidak langsung masuk karena masih memandang bangunan rumah sakit itu.

"Ayo masuk." Ucap Irene yang hanya di angguki ketiga Adiknya.

.

.

.

Hai! Aku kembali hehe

Gimana? Kek nya cerita ku kurang seru ya? Atau membosankan mungkin?

Atau aku hiatus dulu kali ya beberapa hari, nyari ide baru biar cerita ku gak membosankan hehe

Kita liat nanti deh, lagian ini cerita bentar lagi mau END:(

Salam Manis Adik Kesayangan Blackvelvet^^

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang