DUA PULUH SATU

157 4 0
                                    

BALIKAN SAMA MANTAN

Tidak ada yang membuat Anna semalas ini kecuali kehilangan Diana. Rasanya dunia ini tidak ada yang menarik lagi.

Wahyu yang baru pulang itu segera menghampiri Anna yang ada di meja makan.

Entah kenapa Anna suka sekali tempat itu, tempat yang menurutnya paling dominan dengan Bundanya.

"Papa bawain martabak telur, Kamu makan ya!" Wahyu meletakkan bungkusan itu kemudian menghambur ke kamar.

Anna melihat jam di dinding, tumben Wahyu pulang sebelum isya, biasanya sebelum subuh.

Anna membuka bungkusan itu dan segera memakannya, tentu saja karena ia lapar.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Wahyu kembali kebelakang untuk mengambil minum.

"Pa, ayo cari Bunda!" Ajak Anna.

Wahyu menyelesaikan kegiatannya kemudian berbalik menghadap Anna.

"Besok ya, Na. Papa capek banget. Serius!" Tegas Wahyu.

Anna lemah sekali dengan setiap penolakan dari Wahyu. Ada apa dengan Papanya yang tiba-tiba menjadi acuh begini?

"Bunda udah dua hari gak ada di rumah, Pa." Jelas Anna.

"Iya, Na. Papa tau."

"Ya udah ayo cari Bunda!" Ajak Anna lagi.

"Papa istirahat dulu ya, sayang." Tanpa menunggu persetujuan dari Anna, Wahyu langsung saja pergi ke kamarnya.

Jangan tanya bagaimana perasaan Anna saat itu, sudah pasti kecewa yang lebih dominan.

Anna menutup kotak martabak pemberian Papanya itu. Nafsu makannya hilang entah kemana.

Sudah entah berapa ratus panggilan tak di jawab oleh Diana. Bunda benar-benar marah fikir Anna.

Anna kembali ke kamar yang sunyi. Mencoba memejamkan mata namun tidak bisa. Berfikir namun tidak tau apa yang terlintas. Sampai ingin mengerjakan sesuatu tapi tidak tau apa yang menarik.

"Melupakan Bunda bukanlah hal yang mudah." Ucapnya sendiri.

Anna menghabiskan waktunya hanya dengan berguling-guling di kasur sambil mengotak-ngatik ponselnya. Sangat tidak berfaedah.

Kegiatannya terhenti hanya saat ia tidur , rasa bosannya benar-benar membuatnya mengantuk.

Anna terbangun karena suara batuk yang terus menerus. Ia melihat jam di ponselnya, masih jam 6 pagi bahkan alarm Anna saja belum menyala.

Ingin sekali rasanya Anna mengabaikan suara batuk itu, namun suara itu tak hilang dari pendengarannya.

Anna bangkit dari tidurnya padahal sangat malas, untungnya kamar Anna dekat dengan dapur,  jadi ia bisa segera melihat apa yang membuat lelaki itu batuk-batuk.

Anna melihat Wahyu sedang menuangkan air panas kedalam gelas kemudian duduk dan meminumnya secara perlahan.

Sambil memegangi pelipisnya, Wahyu terus berusaha untuk minum.

Merasa ada yang aneh, Anna segera mendekat ke Papanya.

"Papa kenapa?" Tanya Anna.

"Eh, Na. Kamu kebangun gara-gara Papa ya? Maaf ya, sayang." Ucap Wahyu lembut.

Anna ikut memegang kening yang sedari tadi di pijit oleh Wahyu.

"Astaga.. Papa demam!" Pekik Anna.

BALIKAN SAMA MANTAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang