Ada reward dari saya, buat yang berani ikuti cerita aneh ini. Nanti saya umumkan*
Tidurku semalam tak lelap sama sekali. Berulang terjaga dengan dada berdebar serta sprai yang basah. Rasa takut yang muncul kalau kalau tuan Zeigh bangun tiba-tiba lalu ke halaman belakang dan menemukan musuhnya itu sedang meringkuk di sana. Di kandang sapi. Walau melihat kebiasaan, sangat tidak mungkin. Tuan Zeigh hampir tak pernah menginjak halaman belakang semenjak sapinya raib di meja judi. Bahkan tuan Zeigh nyaris tak pernah bangun malam untuk sekedar buang air. Kecuali dulu, saat dirinya sakit demam. Selebihnya hampir tak pernah. Tapi bagaimana pun kamar mandi berada di belakang meskipun berlawan arah dengan kandang sapi, yang terletak lebih jauh dan menjorok ke sudut paling Utara. Tetap saja, tak sedikit pun membuat rasa takutnya berkurang.
Ketika aku benar-benar bangun, pertama yang dilakukan adalah memeriksa kandang sapi. Aku harus memastikan orang itu pergi sebelum tuan Zeigh bangun. Hari masih gelap, fajar saja belum menyingsing di ufuk timur. Sebentar lagi aku akan sibuk dengan pekerjaan rutin. Mencuci pakaian, menyetrika seragam drill tuan Zeigh, lalu memasak air untuk mengisi termos. Belum lagi tuan Zeigh berpesan ingin sarapan onbijtkoek. Aku akan benar-benar sibuk. Untuk itu harus memastikan orang itu pergi sebelum matahari muncul. Lagi pula rasanya tak lagi sanggup menanggung rasa takut dan berdebar-debar terus sepanjang waktu.
Tak ada seorang pun di kandang sapi. Orang itu nyatanya memang sudah pergi. Nafasku seketika berhembus lega. Bibir ini mengutas senyum sambil menatap mangkuk yang telah kosong. Obat serbuk dan perban sepertinya dia bawa. Tak apalah niatku memang menolong. Biarlah obat itu jadi miliknya. Ada karung goni yang terlipat rapih dekat mangkuk kosong. Seingatku itu bekas karung beras yang di lampirkan pada bilah kayu panjang kandang. Tapi sekarang terlipat rapih dengan sekuntum mawar diatasnya. Aku bisa mengerti mungkin karung goni itu semalaman telah digunakan sebagai selimut untuk mengusir udara dingin, tapi mawar itu? Apa maksudnya. Dari mana dia mendapat mawar, setahuku tak memiliki tanaman mawar. Satu-satunya bunga yang pernah ditanamnya hanya kembang kertas.
Tiga hari kemudian ...
Rasa penasaran akhirnya aku tumpahkan dengan bertanya pada ndoro Mince yang hari ini memberi pelajaran berharga tentang tata krama perjamuan para pembesar. Apalagi hari ini pekerjaan tidak banyak dan suasana hatinya sedang cerah. Jadilah aku diberi pelajaran yang pasti sangat berharga. Kata ndoro Mince, siapa tahu kelak aku disunting meneer gagah. Aku mengangguk walau tak pernah terbersit dalam mimpi sekalipun menjadi Nyai seorang Meneer.
"Seseorang meletakkan bunga mawar diatas lipatan karung goni, menurut ndoro, apa maksudnya?" tanyaku menahan rasa malu.
"Pasti dari lelaki, benarkah?
Aku mengangguk.
"Wah, siapa gerangan dia, Rukmini, tampankah?"mata ndoro seperti bersinar.
"Saya tidak ingat, karena hari gelap." tentu saja aku tak akan ceritakan kalau dia seorang anggota gerombolan.
"Itu tandanya, dia menyukaimu, Rukmini," ndoro Mince menyolek lenganku dengan tingkah genitnya. Wajahku seketika terasa menghangat. Perasaan malu seperti berputar-putar di wajah.
"Begitukah. Tapi sepertinya kami tak akan berjumpa lagi. Dia hanya seseorang yang kebetulan berpapasan dan sedikit minta pertolonganku-" aku langsung menghentikan bicara, begitu menyadari mulut ini sudah terlalu jauh. Untunglah ndoro Mince tidak perhatikan benar-benar. Dia masih sibuk menata piring dan sendok garpu peraknya.
"Nikmatilah Rukmini, yang kau rasakan itu tidak pernah bisa dinikmati lama. Perasaan berdebar, hati yang berbunga-bunga dan memimpikannya. Ah, perasaan itu sungguh luar biasa, sejuta rasanya," ujarnya dengan mata menerawang dan senyum yang dikulum-kulum.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUKMINI
Historical Fiction•The Wattys Winner 2021• Fiksi sejarah, Suspense!! "Dia lahir dari seorang perempuan gila yang diperkosa Pembesar Menak. Dia tumbuh ... Dia cantik ... Dia menuntut balas. Dia Rukmini." ©yannilangen