"Seribu kebaikan yang gua perbuat akan tenggelam dengan sebuah kesalahan."
_Rara_Berlari tak tentu arah membawa semua rasa sakit dan kekecewaan yang ada, mengikuti arah angin membawa dimana pijakan itu akan berhenti. Semua mimpi yang telah ia bangun sejak lama, bermimpi hidup berdua dalam satu atap, dan monster kecil menjadi pelengkap. Membayangkan indahnya masa depan dengan orang yang disayang, tertawa, menangis bersama, semuanya bagai hilang dimakan sebuah kebohongan.
Dia---gadisnya telah berkhianat.
Bibirnya terasa keluh untuk berucap, hanya anggota gerak yang menjabarkan semua isi hatinya. Ingin marah, memaki, menelan hidup hidup, tapi tak tau pada siapa. Secara tidak langsung ini memang salahnya, mencintai orang terlalu dalam dan tidak memikirkan dampak luka yang tak kalah dalam.
Hatinya sakit, dunianya terasa hancur semuanya hilang begitu saja. Tidak ada lagi semangatnya untuk menjalani hidup, penyemangatnya pun telah berkhianat.
Tidak ada orang yang membuatnya selalu tersenyum, jika ia tau mencintai sesakit ini mungkin ia tidak akan pernah mencintai seseorang.
Percayalah dikhianati dan dibohongi oleh orang yang kita sayang itu sangat menyakitkan! Ingin benci tidak bisa, karena rasa sayang yang menguasai semuanya.
Kakinya terhenti di pinggir sebuah danau yang sangat luas, jemarinya sudah lelah menuntun hatinya, ia terduduk di rerumputan menghirup udara segar, berharap rasa sakitnya bisa hilang.
Danau ini---adalah tempat pertemuannya dengan sahabat lama yang sekarang menjelma menjadi musuhnya.
Suasana langit malam yang semakin membuatnya larut kedalam dunianya, ditambah hujan deras yang mengakibatkan ia bisa menangis, mencurahkan isi hatinya pada rerumputan yang bergoyang.
"Ngeluh boleh ga sih?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Jujur gua capek, capek sama hidup gua sendiri, pas gua kenal Rara dunia gua berasa berubah, gua kayak nemuin cahaya baru yang ngebuat setiap detik waktu gua berwarna. Gua punya semangat buat tetep hidup, senyum Rara kayak senyum mama, yang selalu buat gua candu buat bangkit." Ia menyeka air matanya yang lolos begitu saja.
"Tapi Tuhan egois! Dia ngambil orang yang gua sayang, dia buat gua kembali hancur, gua udah susah payah buat berdiri tapi akhirnya dijatuhin lagi." Ia meremas rambutnya frustasi, diacak acak agar pusingnya bisa meredah. Akhir akhir ini Ia selalu merasakan pusing jika terlalu lelah berfikir.
"Gua ga minta banyak sama Tuhan, gua pengen bahagia udah itu aja! Tapi kayaknya susah banget, gua ga butuh uang, ga butuh tahta, gua cuma pengen bahagia sama orang yang gua sayang." Ia bercerita layaknya ada orang yang sedang bersamanya, tapi nihil ia hanya ditemani angin malam dan derasnya hujan.
Ia menatap langit malam yang gelap gulita, tersenyum penuh arti.
Vedro.
Nama itulah yang terlintas di pikirannya jika sedang banyak masalah, entahlah walaupun Vedro menganggapnya rival, tapi baginya Vedro adalah teman masa kecilnya, yang membencinya karena sebuah kesalahpahaman.
Ingatan masa kecil dimana Vedro yang bercerita, suatu saat menjadi orang sukses bersama dengannya, bersahabat sampai menua. Berbagi setiap keluh kesah, saling menguatkan. Tapi semuanya adalah angan angan semata yang tidak akan pernah terjadi, semuanya mimpi, mimpi yang telah lama ditelan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALZEANDRA||OPEN PO||
Romance❝𝐃𝐢𝐩𝐞𝐫𝐬𝐚𝐭𝐮𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡𝐤𝐚𝐧 𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐩𝐞𝐧𝐜𝐢𝐩𝐭𝐚.❞ "Boleh janji satu hal sama gue?" tanya Keyra pelan, yang membuat Zean mengangguk mantap. "Apasih yang engga buat calon istri." "Gue serius, Al...