VII - 09

93 32 0
                                    

Even the cruel world could make an un-emotions boy got sick.

Aku terseok-seok dalam perjalanan pulang, tidak—aku bahkan tidak tau pulang kemana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terseok-seok dalam perjalanan pulang, tidak—aku bahkan tidak tau pulang kemana. Kakiku memutuskan untuk berhenti di dekat pohon besar, kutekuk kakiku dan duduk disana. Pikirku, aku hanya akan menunggu sebentar hingga matahari terbit lagi. Dan tak kusangka udaranya lebih dingin dari di tempatku biasanya.

Bulu kudukku bergidik, aku memeluk diriku sendiri dan menyenderkan diri ke pohon. Kata-kata seseorang terus menghantuiku.

Nada bicara Shaw yang ketus, berbeda dengan Shaw yang sekarang. Senyum Shaw yang jarang ia tunjukan, padahal usianya masih duabelas tahun, tapi ia tidak dikaruniai oleh kesenangan seperti kebanyakan anak. Apa aku sesuka ini dengannya? Ah, sudah jelas. Aku bahkan rela terjebak ditempat ini.

Aku memejamkan mataku, perlahan memikirkan bagaimana nasib tubuhku sekarang, apa aku ketiduran berhari-hari? Apakah itu mungkin? Yah, tidak ada yang tau.

"Hei, bantu aku."

Aku perlahan membuka kelompak mataku, saat ku-mendongak, langit sudah kembali cerah dan Shaw menunduk melihatku. Aku tersenyum tipis, hanya saja aku ingin tersenyum.

"Bantu aku! Kau dengar?" Tegasnya lagi, mendorongku untuk bangkit dari posisiku.

"Ada apa? Jung mencariku?"

"Tidak. Hanya saja, hari ini ulang tahunku, akan ada acara nanti malam. Aku ingin kau bantu aku dalam mempersiapkan acara. Dengan itu, kau bisa membalas budi atas yang waktu itu."

Dahiku mengerut, apa maksudnya dengan kata 'waktu itu', baru saja kemarin aku memohon pertolongannya, "Saat aku dikejar Jung?"

"Hm, benar. Itu sudah lewat berbulan-bulan lalu, dan aku hari ini tiga belas tahun. Waktu berjalan cepat disini bagimu."

Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, namun Shaw menarik lenganku untuk cepat ikut dengannya. Dan aku tidak berkomentar apapun.

Sesaat saat Shaw menunjukan sebuah meja di tengah penginapan sekitar, dalam satu kedipan mataku—meja itu sudah dirias dengan banyak pernak-pernik. Waktu benar-benar tidak main-main disini, aku bahkan baru berkedip! Kusadari sudah banyak pangeran lain yang menungguku dan Shaw menuju ke meja itu.

Meja coklat luas itu dibalut oleh kain merah berbordir, khas tradisional mewah. Yang diatasnya terdapat banyak makanan dan lilin tegak. Lampion-lampion di gantung di dedahanan pohon sekitar, membuat suasana lebih cantik lagi. Tidak jauh dari situ ada sebuah sungai kecil, yang kalau terperosok ke dalam tidak akan membuatmu meninggal.

Sungai itu juga dihias oleh teratai lampion yang dapat menyala, dan lampion sebesar satu setengah meter terbentuk naga yang sama menyalanya.

Indah sekali, kalau ada ponsel aku berniat mengambil foto. Mengunggah ke sosial media secepatnya.

Tale of The Ethereal [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang