chapter 29

55 21 0
                                    

Between life and past love

Val dan Sia sedari tadi hanya membungkam, tanpa ada salah diantara mereka yang berniat membuka mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Val dan Sia sedari tadi hanya membungkam, tanpa ada salah diantara mereka yang berniat membuka mulut. Sudah dua hari Wulan dirawat di rumah sakit, sesekali ia bangun dan mengobrol tapi masih perlu istirahat yang banyak. Sia baru bisa menjenguk Wulan hari ini, dan Sia mendengus kesal karena tante malah tidur.

"Hari itu, pasti kamu syok banget ya?" Ujar Sia memulai perbincangan. Val mengangguk pelan.

"Sia, sebenarnya.. ini semua kesalahanku," aku Val. "Salahku karena, harusnya aku cepat-cepat menyerahkan diri pada Seven. Agar dunia tidak tambah kacau."

Sia menyeritkan dahinya. Seperkian detik kemudian ia langsung mengerti apa maksud Val. "Orang yang mau dikorbankan itu... Kamu?"

Val mengangguk. "Kamu akan mati juga kalau aku tidak melakukannya."

"Tunggu. Maksudku—!" Sia menatap kedua manik Val dengan saksama. Ia menggantungkan kalimatnya dan entah kenapa perlahan Sia mendesah kesal. Tatapan keyakinan Val membuat gadis itu geram. "Itu bukan keputusan yang adil!"

"Aku tidak apa-apa kok, itu adil-adil saja untukku Sia."

"Tidak untukku!"

Val terdiam. Lantas Sia melanjutkan kalimatnya, "Kenapa dirampas lagi kebahagiaanku?"

"Kita tidak mungkin bersenang-senang di atas dunia yang hancur, Sia. Pikirkan orang lain, aku sudah memikirkannya matang-matang dan ini keputusanku."

"Kamu mau aku menghargainya?" Tukas Sia lalu ia menggeleng, "Gak mau."

"Sia....,"

"Terus aku kapan bisa leha-leha seperti orang lain, Val? Setelah ini aku akan menangis karena kamu, terus aku akan hancur karena bayang-bayangmu dan Seven. Kamu mau menyamai dirimu dengan Seven?! Kenapa aku harus main-main dengan dimensi terus?" Hentak Sia, gadis itu mulai menangis meski berusaha menahannya mati-matian.

"Jangan..., bisakah jangan pergi? Biarkan saja dunianya hancur... Biarkan saja, rasanya aku tidak perduli lagi.."

Alih-alih mengiyakan atau menolak permintaan Sia, Val meraih Sia ke dekapannya. Ia tahu kalau jujur akhirnya akan seperti ini. Tapi tidak, Val tidak mau mengubah keputusannya.

~•~

"Bukannya itu parah banget, Red?" Tegur Seven seraya meluruskan kakinya yang panjang.

"Tidak ada yang bisa diubah. Endingnya akan begini, gimana lagi?" Red menjawab tanpa berpikir panjang. Tangannya dilipat di depan dada dan pikirannya jelas tidak sedang disini. Ia memikirkan ucapan Val kemarin malam. Soal ia akan menyiyakan permintaan Seven.

Kemarin Val menelepon Red dan mengatakan beberapa hal yang berhubungan dengan dimensi.

Siapa yang akan ragu lagi? Kalau posisinya seperti Val, ibunya kecelakaan hingga kritis, tentu Val akan menyiyakan apapun demi memperbaiki orang-orang yang ia sayangi.

Tale of The Ethereal [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang