chapter 26

54 23 0
                                    

Guy with a red hair

Guy with a red hair

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sia pov


Jari jemariku menyelip diantara jari jemari Val, membuat lelaki itu tersenyum manis dan dengan bangganya ia mengeratkan pegangannya, enggan melepaskan tanganku. Senyumku mulai getir, karena aku sering membaca dongeng, akhir yang menyedihkan selalu diawali oleh peristiwa-peristiwa menenangkan yang sudah jelas akan membekas di hati apabila dilupakan begitu saja.

Aku berjalan menelusuri koridor rumah sakit bersama dengan Val dan Sam dibelakang kami yang sedang asyik dengan ponselnya.

Sam sedari tadi memakai earphone-nya dan membuka folder sekolahnya di ponsel, bersamaan dengan itu ia menelepon Erika. Erika menanyakan banyak pertanyaan mengenai kegiatan sekolah, dan ekstrakulikuler. Tentu saja Sam sering dongkol dengan Erika yang bertanya melulu, tapi laki-laki itu juga menikmatinya.

"Sudah dulu, nanti aku ke rumahmu sama Brian deh. Aku mau bertemu mama dulu, lagi di rumah sakit nih." Sam membenarkan posisi penyumbat telinganya dan melirik ke arahku.

"Ayolah, nanti lagi saja. Kakakku sudah menunggu!"

"Tenang saja, Sam." Ucapku lembut.

"Sudah! Pokoknya nanti ke rumah, bye Erika! Iya, makan kwetiau, terserahlah! Ya, minum obatmu. Bye!"

"Maaf kak," Ujar Sam lalu menghampiriku dan Val. Val duduk di kursi tunggu dengan tas ransel yang kutitipkan padanya.

"Ah, kak Val. Apa kakak pintar matematika dasar ujian?"

Val mengangguk ragu-ragu, "Kenapa? Mau diajarkan?"

Sam menggeleng, ia menyerahkan ponselnya pada Val, "Tolong koreksi latihan milik Erika, sebisanya saja, takutnya kak Val lupa. Aku takut lama, Erika dalam masalah kalau nilainya jelek. Tolong ya! Ah, jangan marahi dia terlalu parah."

"Oke, beres."

Aku beranjak masuk dengan Sam. Kudapati mama yang sedang terbaring dengan kondisi tangan dan kakinya yang diikat. Kata para perawat, mama sangat agresif dan sering kali kambuh gilanya. Mendengar kabar mama membuat dadaku kembali sesak.

Mama selalu berusaha membunuhku, tapi sekarang ia sangat bersusah payah membunuh dirinya sendiri. Mama tertidur oleh karena obat tidur, aku hanya datang sekadar membesuk. Mungkin besok-besok aku akan lebih sering datang.

"Apa mau di bangunkan?"

Aku menggeleng cepat menanggapi sang suster, "Tidak usah, tidak apa-apa. Aku hanya memastikan kondisinya."

"Ibumu, tidak separah itu kondisinya dulu. Dulu ia sempat membacakan pasien lain dongeng dan cerita, tidak banyak yang tidak menyukainya. Dia terkesan aktif, dan hidup layaknya pasien normal. Tapi ada kalanya semua itu berakhir, dan sampai sekarang keadaan nyonya belum berakhir baik." Lanjut suster seraya mengecek kondisi mama di layar monitor.

Tale of The Ethereal [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang