Smiles who rarely come
Jari jemariku sibuk dengan ponsel yang kupegang di tangan kananku. Atribut sekolah sudah kupakai dengan lengakap, aku tidak lega sama sekali sudah bisa keluar rumah sakit dan kembali bersekolah. Sakit adalah ijin tersah yang kumiliki untuk tidak masuk sekolah. Tapi apa boleh buat, sekarang aku tidak punya pilihan lain.
Sepatu kets hitam-ku sudah menapak di atas lingkungan sekolah. Tas ransel ku gendong di sebelah pundakku, dan langkahku melaju ke gerbang sekolah. Guru-guru memalingkan wajahnya saat bertemu denganku. Alih-alih permintaan maaf, aku ingin balas dendam atau timpal balik atas perbuatannya, tapi sekali lagi kutanam pikiran psikopatku.
Belum sampai ke ruangan kelas aku mendengar derap kaki yang serupa denganku, dengan sigap aku menoleh dan mendapati Val disana.
"Ngapain?"
"Pagi Sia!" Seru Val lantas berlari kecil ke sampingku.
"Pagi." Sapaku acuh namun Val tidak berhenti mencari topik lain. Ia menceritakan bagaimana dia menghabiskan waktu di rumah sakit kemarin, padahal aku tahu dia mengganggku untuk menghabiskan kebosanannya. Bahkan tentang makan malamnya kemarin.
"Oh ya, madam—ah, mamaku. Mengajak kamu untuk makan malam dirumahku."
Dahiku menyerit, "Memangnya aku siapa? Kenapa mengundangku?"
"Sia adalah cewek yang kusuka! Tentu saja mama mengundangmu. Datang ya?"
Aku menggeleng pelan, "Aku tidak terta—"
"Ada daging!" Val meraih pundakku dengan cepat, "Mama masak shabu-shabu, dan kita akan memanggang banyak daging! Mama sangat menyukaimu Sia, mama pusing merawat dua anak laki-laki, mama sangat ingin punya anak perempuan."
Aku belok kanan dan masuk ke ruangan kelas, menaruh tasku di atas meja dan terus membiarkan anak lelaki di sampingku mengoceh.
"Jadi, bagaimana keputusanmu Sia? Makanannya banyak lho, ada kue pelangi dan—"
"Kamu menyogokku dengan makanan ya?"
"Ma-maaf Sia, tapi sungguh, mama memang suka masak dan aku memang suka makan—"
"Aku ikut."
Maksudku, bagaimana bisa aku menolak daging panggang, kue, shabu dan lain sebagainya. Aku sangat menyukai makanan-makanan enak, tapi ibuku tidak memberiku makan dengan benar.
"PUJI TUHAN! Rumahku di perumahan bawah, Valleyyard, nomor duapuluh-tujuh! Pagarnya kayu, bawa adikmu juga ya!"
"Baiklah, sekarang diam."
Val berlari ke tempat duduknya seraya meraih ponselnya dan menaruhnya di telinganya, aku mendengarnya berbicara dengan seseorang, "Kau kalah taruhan kak! Sia akan datang malam ini, jangan curang dan bayar nanti pulang sekolah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of The Ethereal [ END ]
FantasyKisah seorang gadis yang berurusan dengan lelaki dari dimensi lain, tentang seorang gadis remaja duniawi yang mencari kebahagiaannya yang hilang. Kisah laki-laki dari dimensi lain yang tidak memiliki emosi dan masa lalu yang kelam. Kisah seorang lak...