chapter 19

57 27 0
                                    

Beyond the nightmare

Beyond the nightmare

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Author pov

Seseorang lelaki, yang bahkan tidak bisa disebut dengan sebutan seorang. Lelaki itu menembus dinding dan terbang dengan entengnya ke atap rumah, ada satu orang lagi yang duduk disana dengan menopang tangan diatas lututnya.

Keduanya lantas duduk bersebelahan, dan mereka belum membuka obrolan apapun. Hingga akhirnya yang disebelah kanan, yang mempunyai rambut berwarna merah, memulainya duluan.

"Bagaimana kabarnya? Sangat baik bukan?" Tanyanya demikian.

"Benar. Tapi aku tidak begitu menyesali keputusanku waktu itu."

"Itulah yang harusnya dilakukan manusia. Val membuat Sia kembali menjadi manusia, bukan?"

Lelaki disebelahnya hanya diam saja menanggapi temannya. Ia tidak menyesal, namun rasanya kejanggalan terus menghantui perasaannya kali ini. Si rambut merah yang menyadari perasaan temannya itu lantas menariknya ke dalam rangkulannya.

"Apa rencanamu?"

"Lepaskan tanganmu dariku, Red." Tegasnya.

"Oke." Red bangkit, tapi rupanya genting-genting yang ia pijak tidak pecah atau rusak. "Kau bisa bersabar sampai senin kan? Besok masih sabtu."

"Biarkan Sia bersenang-senang dulu sekarang. Nanti senin kau akan menghadiahi dia serangan jantung tahu?" Lanjut Red diselingi tawanya sendiri.

"Serangan jantung? Dia akan terkejut?"

"Val juga akan terkejut! Tentu saja, mereka bahkan akan tersentak hanya dengan mendengar namamu, Seven."

"Ya sudah."

"Ayo kembali." Red menarik sebelah lengan Seven untuk bangkit. "Kita akan kembali lagi nanti."

"Kenapa si brengsek itu harus kembali?!" Tegas seseorang di halaman belakang membuat Red dan Seven sontak menoleh. Mereka terkejut ketika mendapati Sam disana, dapat mendengar perbincangan mereka.

"Anak indigo sekalipun akan sulit mendengar kita kan?" Sahut Seven lalu dibalas anggukan cepat Red. Mereka berdua bergegas turun dan menghampiri Sam.

"Kenapa kembali? Pakai ke sini segala, mau minta maaf? Atau mau mengacau?" Cibir Sam tanpa basa-basi.

"Aku bukan kesini untuk mengganggu Sia sama sekali." Jawab Seven setenang mungkin.

"Kalau gitu, kembalilah ke dimensimu. Kalau iya, kau sedang sekarat, mati saja."

Red mencengkram kerah baju Sam dengan kasar, dibalas oleh Sam yang tidak kalah kasar. "Apa ini? Entitas takdir memang menyebalkan."

"Kau mau kubuat berumur pendek, ha?"

"Yang membencimu bukan cuman aku. Sahabatmu sendiri," lirikan mata Sam beralih pada Seven, "membenci takdir yang diberikan untuk kehidupan masa lalunya. Kenapa takdir ini besar kepala sekali?"

Tale of The Ethereal [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang