Tunangan

945 145 15
                                    

Pagi ini Kevin benar benar akan pulang ke Jakarta apa pun yang terjadi. Tak peduli ayahnya sakit atau bahkan meninggal sekalipun ia tak akan tinggal.

Kevin berjalan ke arah kamar tamu. Pria itu berniat memanggil Mila.

Saat masuk ke kamar, Kevin tak melihat Mila. Entah ke mana gadis itu.

"Mila?" panggil Kevin seraya berjalan ke arah kamar mandi. Saat ia masuk ke dalam bilik kecil itu tak ada tanda tanda keberadaan Mila sama sekali.

"Mila kamu di mana?" ucap Kevin sekali lagi.

"Ini tidak lucu Mila jangan bercanda!" teriak Kevin yang mulai putus asa.

Berjalan ke arah kasur, Kevin melihat secarik kertas. Tanpa pikir panjang pria itu mengambilnya lalu membacanya.

Selamat malam, pak. Atau mungkin saya bilang selamat pagi? Saya yakin pagi ini bapak mencari saya.

Maaf kalau saya hanya bisa jadi pengecut. Saya hanya bisa menulis surat tanpa berani bicara langsung.

Saya sudah tidak tahan pak. Keluarga bapak selalu mengagung agungkan Celyn. Saya tahu kalau saya tidak ada apa apanya dibanding Celyn. Celyn gadis sempurna yang sangat pantas bersanding dengan bapak. Sementara saya hanya gadis biasa yang kebetulan bisa mendapat beasiswa.

Om Kenan benar. Saya hanya gadis miskin yang bisa berkuliah hanya dengan beasiswa. Saya sangat sangat tidak pantas menikah dengan bapak. Maka dari itu saya memutuskan untuk pergi dari kehidupan bapak.

Jangan merasa bersalah. Jangan juga menyalahkan keluarga bapak. Ini murni niat saya untuk pergi.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas segala perhatian bapak selama ini. Oh ya, selamat juga untuk pertunangan bapak.

Mila

Perasaan Kevin kini campur aduk. Mengapa Mila tega meninggalkannya? Apa ia kurang berjuang selama ini? Dan maksud Mila ia akan bertunangan. Dengan siapa? Kevin tidak akan bertunangan dengan siapa pun kecuali Mila. Tapi kini gadis itu pergi dari rumah.

Kevin berlari keluar kamar mencari Papanya. Pria itu yakin seratus persen bahwa Kenan yang mengusir Mila pergi. Lagipula siapa lagi selain Kenan. Hanya Kenan yang tidak suka dengan Mila.

***

Saat berjalan menuju kamar Papanya, Kevin bertemu dengan Ve. Gadis kecil itu tampak cantik dengan gaun berwarna biru tua yang melekat di tubuhnya.

"Ve?"

"Iya Pa," ucap Ve seraya berbalik berhadapan dengan Papanya.

"Kamu kenapa pakai baju gaun? Cepat ganti baju. Kalau Papa ketemu Bunda kita langsung pulang ke Jakarta."

"Nggak mau ah. Nanti Ve dimarahin Oma"

"Oma sama Opa di mana?" tanya Kevin.

"Oma lagi dandan sama tante Celyn di kamar. Kalo Opa kayaknya lagi di depan tv," jawab Ve.

Tanpa menyahut putrinya, Kevin bergegas menuju ruang keluarga. Pria itu yakin 'depan tv' yang dimaksud Ve adalah ruang keluarga.

Melihat Papanya duduk santai di depan tv seraya membaca koran, Kevin berteriak. "Papa!"

Kenan hanya menatap datar Kevin yang terlihat sangat berapi api.

"Mila di mana Pa! Pasti Papa yang menyuruh Mila pergi dari sini!"

"Bicara apa kamu," ucap Kenan yang kini berdiri. Kevin pun bisa melihat pakaian Kenan yang terlihat rapi.

"Kevin mohon jangan bercanda, Pa. Mila di mana!"

Bunda Untuk VeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang