Lamaran Dadakan

2.2K 162 11
                                    


Keesokan harinya, Ve telah tiba di Solo. Gadis kecil itu sangat bahagia bisa bertemu dengan Oma dan Opanya.

Ve mengajak Lio untuk tinggal di rumah oma dan opanya. Lio pun setuju. Sementara itu Jeremy dan Jesslyn menginap di salah satu hotel. Hotel tersebut merupakan tempat janjian Jeremy dan kliennya.

***

"Oma!" Ve berlari menghampiri omanya yang tengah sibuk menyiram bunga.

"Kenapa sayang," ucap Fera, Ibu dari Kevin atau Oma Ve.

"Ve mau minta izin"

"Minta izin apa?" tanya Fera heran.

"Minta izin tinggal sama Bunda"

"Bunda?"

"Iya, Oma. Papa bilang kalau mau tinggal sama Bunda harus tanya sama Oma dan Opa dulu"

"Papa kamu punya pacar?"

'Pacar itu apa?' Ve membatin. 'Udahlah, Ve iyain aja biar cepet'

"Iya Papa punya pacar"

"Wah, bagus dong kalau gitu." Fera senang mendengar bahwa anaknya itu punya pacar. "Ve di sini dulu ya? Oma mau telfon Papa dulu"

Ve mengangguk mengerti. Fera pun pergi mencari smartphone nya.

***

"Lio mana ya?" ucap Ve. Gadis kecil itu sedari tadi mencari cari Lio, namun ia tak menemukannya. Ve sangat bosan karena omanya tak kunjung selesai bicara di telepon. Entah apa yang dibicarakan oma dan ayahnya. "Ve ke taman aja"

Ve lalu pergi ke sebuah taman yang berada persis di samping rumah omanya.

"Kamu siapa?" tanya seorang anak lelaki yang kira kira berusia sebelas tahun.

"Aku Ve. Kalau kakak?" Ve balik bertanya.

"Namaku Aksa." bocah lelaki itu tersenyum. "Kamu baru ya di sini?"

"Iya kak"

Entah mengapa Ve merasa kalau Aksa adalah anak yang menyenangkan diajak bicara. Tidak seperti Lio yang malas berbicara. Sekali ia berbicara, tak lebih dari tiga kata.

"Rumah kakak di mana?" tanya Ve.

"Rumahku di situ, di sebelah rumah yang warnanya cokelat"

"Oh, rumah yang warna hijau itu rumah kakak?"

"Iya"

"Kalau begitu kita tetanggaan dong"

"Rumah yang cokelat itu rumah kamu?"

"Bukan, kak. Rumahnya Oma"

"Sama aja sih"

"Beda!"

"Kamu kok lucu"

Ve tersenyum malu malu. Tidak salah lagi, Aksa memang orang yang asik.

"Kita main yuk," ajak Aksa.

"Main apa?"

"Kamu mau main apa"

"Main apa aja boleh"

"Hmmm, gimana kalau kita main petak umpet," saran Aksa.

"Setuju! Ayo, kak"

Baru saja Ve dan Aksa melangkahkan kakinya, terdengar suara seseorang memanggil Ve.

"Ve!"

"Lio?"

Ve berlari menghampiri Lio, dengan tangan yang menggandeng Aksa.

Bunda Untuk VeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang