Mungkin Kevin harus berterima kasih pada Jeremy karena selalu menyemangatinya. Jeremy juga selalu punya seribu satu cara untuk membantu Kevin.
Selesai bercerita pada Mila, Kevin masih tak ingin beranjak dari kamar mandi. Kalau mereka keluar dari kamar mandi pasti banyak karyawan yang melihat mereka. Kevin juga tidak mau Mila merasa tidak nyaman. Lagi pula, kapan lagi bisa berduaan bersama Mila.
"Kok rasanya canggung, ya." Mila membuka suara karena sedari tadi Kevin terdiam setelah menceritakan saran Jeremy.
"Mila"
"Iya pak?"
"Aku bukan manusia sempurna yang bisa segala hal. Aku bukan pria romantis seperti di novel novel romansa. Aku cuma pria kaku yang pengecut. Baru tiga kali ditolak aku sudah menyerah. Aku juga tidak punya apa apa. Tapi asal kamu tau, aku punya cinta yang sangat besar untuk kamu," ucap Kevin. Pria itu lalu berlutut dengan satu kaki di hadapan Mila. Setelah itu, ia meraih kedua tangan Mila. "Aku cinta kamu Mila. Will you marry me?"
Mila ingin tertawa karena dilamar oleh seorang Kevin Lionel Geraldi yang kaya raya di kamar mandi. Tapi matanya lebih dulu memanas. Bersamaan dengan air matanya yang jatuh, Mila mengangguk. "Iya, saya mau pak"
Masih dengan keadaan berlutut, Kevin merogoh sakunya. Setelah itu ia mengeluarkan sebuah kotak cincin bludru dari sakunya.
Cincin yang ada di dalam kotak itu sangat indah. Kevin pun memasangkannya pada jari Mila.
"Ini bukan cincin yang buat Angel tadi kan?" tanya Mila memastikan.
"Bukan dong. Ini cincin mahal, dipesan khusus dari Perancis. Kalo cincin buat Angel tadi itu cincin yang di dapat Ve di makanan ringan"
Ucapan Kevin membuat Mila tertawa. Ada ada saja pria yang baru saja melamarnya ini. Kevin pun bangkit berdiri lalu menatap Mila.
"Mila?"
"Iya pak"
"Mila?"
"I-iya pak?" Mila tersenyum canggung.
"Aku sudah lamar kamu kan"
"Iya, pak. Emangnya kenapa?" tanya Mila.
"Sekarang kan kamu calon istri aku. Apa tidak terlalu formal kalau kamu panggil aku bapak?"
"Bapak kan bapak bapak," ucap Mila polos.
"Kalau kita berdua jangan panggil bapak."
"Terus saya harus panggil bapak apa?"
"Panggilan sayang kan banyak"
"Ih, apasih!" Mila memukul manja lengan Kevin.
Ada jeda sesaat di antara mereka. Kevin memutuskan untuk membuka suara duluan.
"Kamu jago juga ciumannya untuk ukuran pemula"
"Kok bahas itu sih?" Mila menunduk. Pasti pipinya merona lagi.
"Mila.... Lihat aku"
Mila mengangkat wajahnya pelan, menatap Kevin yang entah mengapa wajahnya setiap hari selalu tampan.
"Boleh?"
Mila tau ini. Pasti Kevin ingin menciumnya lagi. Dasar pria tidak pernah bosan.
Dengan ragu Mila mengangguk. Gadis itu lalu memejamkan matanya, menunjukkan pada Kevin bahwa ia mengizinkan pria itu bermain main dengan bibirnya lagi.
Dengan bersemangat Kevin mendekatkan wajahnya pada wajah Mila. Namun belum sempat bibir mereka bersentuhan, gedoran pintu kamar mandi lebih dulu mengagetkan mereka.