Shocking Reality

1K 106 9
                                    


Kevin, Viona dan Venna kini berada di meja makan untuk dinner. Tentu saja atas permintaan Venna. Gadis kecil itu terlihat sangat senang. Kevin jadi tak tega mengatakan yang sebenarnya. Tapi bagaimana pun Venna harus tau kalau Kevin bukan Ayah kandungnya.

"Papa! Papa nginep kan? Papa mau tidur kan sama Mama dan Venna," ucap Venna di sela sela makannya.

Kevin berpikir, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran pada Venna.

"Venna....." Kevin menjeda sejenak. "Uncle bukan Papanya Venna."

Venna terdiam, sementara Viona terlihat panik. 'Mengapa kak Kevin tega mengatakan itu pada anak kecil?' batin Viona.

"Enggak sayang, uncle ini Papa kamu. Papa cuma kaget aja jadi-"

"Viona!"

Perkataan Viona terputus kala Kevin membentaknya. Mata Viona pun berkaca kaca.

"Saya bilang kalau saya bukan Papanya Venna!" tegas Kevin.

Tanpa sadar air mata Viona terjatuh. Ia terkejut dan takut secara bersamaan. Terkejut karena Kevin tiba tiba berteriak padanya, dan takut mental Venna terganggu melihat Kevin meneriakinya.

"Uncle! Kenapa memarahi Mama?" ucap Venna yang tak lagi memanggil Kevin 'Papa'. Gadis kecil itu pun ikut menangis.

Kevin yang tak tega menarik Venna ke dalam pelukannya. "Venna, uncle bukan Papanya Venna. Uncle juga nggak marah sama Mama. Uncle cuma mau bilang sama Mamanya Venna biar nggak bohong lagi."

"Terus Papanya Venna siapa?" tanya Venna.

Pertanyaan gadis kecil itu sukses membuat hati Kevin teriris. Padahal ini salah kedua orangtuanya, tapi dia yang harus menanggung akibatnya.

"Coba Venna tanya sama Mama," ucap Kevin. Pria itu lalu melepaskan pelukannya.

Kevin membiarkan Venna bertanya pada Mamanya. Namun tampaknya gadis kecil itu enggan. Mungkin ia kesal dengan Mamanya yang selalu ia bangga banggakan, kini membohonginya.

"Venna, uncle mau pamit dulu, istri sama anak uncle nunggu di rumah," pamit Kevin.

Mendengar perkataan Kevin, Viona terkejut. 'Kak Kevin sudah menikah?' batin wanita itu. Venna sendiri terdiam. Bocah itu masih sulit mencerna situasi.

"Nanti kapan kapan uncle bawa Venna ke rumah, biar Venna bisa main sama anak uncle. Anak uncle seumuran loh sama Venna," ucap Kevin berusaha menghibur.

"Beneran?" wajah Venna berubah cerah. Mata gadis kecil itu berbinar.

"Iya"

"Nggak!" ucap Viona tiba tiba. "Aku bakal pergi sama Venna sekarang. Aku nggak mau terlalu lama di sini, nanti Papa Venna merebut Venna dari aku."

"Tapi Venna berhak tau siapa Papanya," ujar Kevin.

"Kamu nggak berhak ikut campur kak!"

"Oke! Kalau itu mau kamu. Tapi ingat, jangan sekali kali menyakiti Venna. Jangan terus berbohong padanya. Atau kamu tidak akan melihat Venna lagi!"

Sesudah mengatakan itu, Kevin bergegas keluar dari apartemen Viona. Ia tak main main dengan ucapannya. Kevin benar benar akan membawa Venna bersamanya jika Viona berulah lagi. Mungkin wanita itu sudah kehilangan akal.

***

Kevin sampai di rumah Reni saat jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Pasti semua penghuni rumah sudah tidur.

Bunda Untuk VeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang