3. Mulai Mengagumi

6.1K 534 32
                                    

Di taman belakang rumah, Zidan sedang tersenyum mengingat kejadian tadi. Yang ternyata, apa yang Zidan pikirkan itu salah besar. Jadi, begini ceritanya...

"Dia udah ada yang nge-khitbah?" Pertanyaan Zidan membuat alis Aisyah terangkat. Menurutnya, itu pertanyaan aneh.

"Kok nanya gitu? Jangan-jangan....." Aisyah menggantungkan ucapannya. Membuat Zidan terbingung.

"Jangan-jangan apa??" Zidan berpikir sebentar kemudian saat dirinya sudah sadar, ia menatap tajam kepada Aisyah.

"Jangan ngadi-ngadi, deh ..." tawa Aisyah meledak.

"Iya deh iya." Aisyah berhenti tertawa.

"Jadi? Dia udah ada atau belum?" Aisyah diam sebentar lalu berkata,

"Belum." Jawaban Aisyah mampu membuat Zidan tersenyum. Dan kalian tau jawabannya apa?

"Oh."

Setelah melamunkan hal itu beberapa menit, Zidan kembali masuk dan segera bersiap-siap pergi ke masjid untuk menunaikan shalat maghrib.

"Zidan, cepetan!" teriak Ridwan - Ayahnya. Lalu dengan cepat, Zidan turun dari lantai atas. Setelah itu, mereka pergi ke masjid.

🌻🌻🌻

Di dalam kamar, setelah menunaikan shalat maghrib, Aresha kini sedang bermuraja'ah. Hafalannya bertambah menjadi dua puluh enam juz. Ya! Sejak berumur dua belas tahun, Aresha berkeinginan untuk bisa menghafal al-qur'an. Ia mempunyai cita-cita yang tinggi. Salah satunya, menjadi Hafidzah yang ingin memberikan mahkota kepada orang tua nya di akhirat kelak. Aamiin Yaa Rabbal 'aalamiin...

Sambil menunggu waktu isya, Aresha menghabiskan waktu dengan membaca Al-Qur'an. Aresha kembali berwudhu saat adzan berkumandang agar rasa kantuknya hilang sementara saat sholat. Lalu segera sholat isya dan beranjak tidur.

🌻🌻🌻

Pagi telah tiba, hari ini adalah free time bagi Aresha. Tapi, Aresha bukan tipikal orang yang membiarkan waktunya terlewatkan begitu saja. Pagi ini ia akan membantu Ummi nya membuat kue. Memasak adalah salah satu kegemaran Aresha, apalagi membuat kue, ia sangat suka melakukan itu.

Aresha turun ke bawah dan mulai membantu Ummi nya. Dua jam telah berlalu. Kini, Aresha sedang beristirahat di ruang keluarga bersama Fahri - Adiknya yang kini berusia empat belas tahun.

"Teh, anter aku yuk?" ajak Fahri.

"Kemana?" tanya Aresha.

"Ke Minimarket di depan. Mau beli cemilan, hehe. Anter yaakk. Plisss..." Fahri memohon kepada Aresha.

"Yaudah ayo. Teteh siap-siap dulu."

"Hatur nuhun, Teteh ku sayanggggg..." Aresha menggelengkan kepalanya. Lalu segera bersiap. Aresha memang orang Sunda. Jadi, kadangkala berbicara menggunakan bahasa Sunda saat di rumah.

Setelah siap, Aresha dan Fahri berjalan beriringan. Yang melihat mereka berdua, pasti mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Karena dari tingginya pun, Fahri lah yang sedikit lebih tinggi dari Aresha.

Padahal kan mereka adik-kakak wkwk.

"Bu Haji, bade bandros?" tawar seorang pedagang bandros kepada Aresha. Bandros itu salah satu makanan khas daerah Jawa Barat. Kue tradisional ini terbuat dari campuran tepung beras, kelapa parut, daun suji dan santan.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang