14. Diterima

3.9K 383 17
                                    

Zidan senang sekaligus lega karena Ridwan dan Fatimah memberi restu. Zidan masih sangat-sangat tak menyangka jika ia akan menikah pada usianya yang baru delapan belas tahun.

Flashback on

"Zidan mau khitbah Aresha." Mereka semua melongo. Tidak percaya, ini terlalu mendadak.

"Beneran? Emang udah siap?" Tanya Fatimah.

"Zidan siap. Zidan juga udah punya tabungan sendiri."

"Ya udah, mau kapan ngelamarnya?" Dengan santai, Ridwan bertanya.

"Nanti malam, Bi." What? Gak salah?

"Mendadak banget, Bang." Protes Aisyah.

"Gak papa-lah.. Niat baik jangan ditunda-tunda." Ujar Ridwan kelewat santai.

"Ummi ikut Abi aja." Kata Fatimah.

"Alhamdulillah..." Batin Zidan.

"Yaudah, Abi telepon dulu Andika nya biar gak kaget kita dateng malem-malem." Zidan mengangguk. Ia tak menyangka bisa seberani ini.

Tapi ini lebih baik daripada ia selalu memikirkan Aresha. Ini sudah menjadi keputusan Zidan.

Semoga Aresha nerima. Batin Zidan.

Flashback off

Hari semakin berganti. Begitu pula dengan perasaan Zidan terhadap Aresha semakin besar. Zidan jatuh hati pada Aresha pertama kalinya saat di Mushola sekolah. Lalu satu minggu berjalan dengan Zidan dan Aresha yang selalu bersama.

Hingga Zidan mentekadkan diri untuk menghkhitbah Aresha. Sungguh ini pertemuan yang sangat-sangat singkat.

Yap! Zidan memilih menikah muda. Padahal, ini bukan yang ia rencanakan. Tapi inilah takdir Allah. Karena ia mampu dan juga ia tak mau jika selalu terjerumus ke dalam keburukan.

Hari ini, malam ini, detik ini, Zidan berhadapan dengan keluarga Aresha setelah obrolan dengan keluarganya tadi siang. Tentu mereka memberi restu.

Walau Zidan dan Andika sudah akrab, tapi sekarang Zidan merasa gugup. Sangat gugup. Saat mengobrol, ia masih bisa santai. Tapi kali ini beda. Mau ngelamar anak orang woi, haha.

"Zidan, utarakan niatmu." Andika memulai pembicaraan yang sebelumnya hening.

"Bismillah... Kedatangan Zidan kesini, berniat untuk melamar Aresha menjadi pelengkap iman Zidan dan pendamping hidup Zidan di dunia hingga Jannah-Nya." Aresha terkejut. Ia tidak diberi tahu oleh Andika tentang Zidan yang akan melamarnya. Ini sungguh mendadak.

"Kalau Abi sih terima kamu." Zidan tersenyum lega.

"Ummi juga sama. Resha?" Kini Adinda bertanya pada Aresha yang terus menunduk. Aresha gugup. Sangat gugup. Iya, ini yang Aresha mau, hanya... Mengapa mendadak sekali?!. Batin Aresha bergejolak. Menikah muda bukanlah impiannya. Tapi faktanya tidak sesuai dengan ekspektasi nya.

Bismillah...

"Resha terima."

"Alhamdulillah..." Ucap mereka semua. Zidan tersenyum. Betapa senangnya lamarannya diterima oleh Aresha.

"Sekarang, tinggal nentuin tanggalnya. Mau kapan?"

"Satu bulan lagi gimana?" Zidan memberi usul.

"Kelamaan itu, Minggu depan aja deh." Ucap Andika terkekeh. Sebenarnya ia hanya bercanda tapi tak disangka jika itu dianggap serius oleh Zidan.

"Boleh." Tegas Zidan. Andika melongo.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang