20. Selesai

3.9K 333 10
                                    

Pagi ini, lebih tepatnya pukul enam pagi, Zidan dan Aresha sudah bersiap untuk pergi ke Sekolah. Sebelumnya, mereka pergi ke bawah untuk sarapan.

"Udah?" Tanya Zidan pada Aresha.

"Udah, yuk." Mereka pergi kebawah beriringan dengan kedua tangan yang saling ditautkan.

"Pengantin baru, pagi-pagi udah mesra aja." Celetuk seseorang yang duduk di meja makan.

"Elaah, iri? Bilang, Bay!" Cibir Aresha pada Bayu.

"Sorry, Gue gak iri!"

Pletak

Adinda memukul pelan mulut Bayu dengan sendok ditangannya.

"Udah dibilangin jangan pake Gue-gue-an. Kamu gak cocok!" Bayu mendelik membuat Zidan dan Aresha tertawa.

"Makanya jadi orang jangan suka nyinyir. Dapet azab instan kan? Haha." Ledek Aresha.

"Ngapain kamu kesini? Minta makan ya?" Canda Aresha membuat Bayu semakin kesal. Dirinya yang berniat meledek, dirinya pula yang akhirnya diledek.

"Ummi sama Abi gak ada di rumah. Jadi Gu- eh Aku sarapan kesini aja. Toh, yang masak juga pasti Ummi, bukan kamu." Aresha memutar bola matanya malas.

"Udah-udah, ayo makan!" Kata Andika yang tiba-tiba muncul dari belakang Zidan.

Lalu mereka menyantap makanan dengan khidmat. Setelah itu, mereka melakukan aktivitasnya masing-masing.

🌻🌻🌻

Pukul delapan pagi, mereka sudah berada di Sekolah. Hari ini kelas dua belas free class karena guru-guru sedang rapat untuk Ujian Nasional nanti.

"Woi, berduaan mulu. Kalian pacaran yah?" Tanya Malik curiga pada hubungan Zidan dan Aresha. Sebenarnya, hanya Arvin saja yang tau tentang pernikahan Zidan dan Aresha. Karena pasti, si Malik itu anaknya ember banget.

"Iyah." Jujur Zidan. Benar kan? Mereka pacaran? Halal, maksudnya.

"Wah gila, sih. Mana PJ!" Malik memberikan tangannya pada Zidan.

"Apaan? Gak ada! Mending kasih ke fakir miskin aja." Malik mendengus kesal.

"Udah, jangan ganggu mereka pacaran. Kita kantin aja, kuy." Ajak Arvin. Dengan terpaksa, Malik melanjutkan langkahnya.

Zidan dan Aresha lebih memilih pergi ke perpustakaan karena pastinya di sana hanya ada beberapa orang saja. Mereka duduk di meja paling ujung sebelah kiri. Karena itu tempat paling nyaman bagi mereka.

"Bang, aku mau ngomong sesuatu." Zidan beralih dari bukunya dan mendengarkan kalimat Aresha.

"Ngomong aja. Kenapa?" Balas Zidan lembut.

"Inget gak, waktu kita ke Cafe terus aku minta pindah?" Zidan mengangguk menandakan ia masih mengingatnya.

"Inget."

"Waktu itu aku gak nyaman banget gara-gara orang- eh keliatannya sih udah tua. Pokoknya itu deh. Nah, aku gak nyaman tuh karena bapak-bapak itu ngeliatin gerak-gerik aku terus. Terus kemarin sore, waktu Abang angkat telpon dari Rita, bapak-bapak itu dateng. Tau gak, Bang? Mikirnya tuh sampe tiga menit! Cuma mesen teh manis dingin doang. Parah banget. Nah waktu udah mesen, Aku denger suara tombol kamera handphone dia yang diteken. Waktu aku cek CCTV, ternyata bapak-bapak itu ngevideo aku waktu aku jadi kasir, Bang... Nih, coba liat." Jelas Aresha panjang lebar. Ia memperlihatkan rekaman CCTV yang kemarin ia pindahkan ke handphone nya.

Brak!

Zidan memukul meja dengan keras hingga beberapa orang di sana terkejut termasuk Aresha.

Zidan & Aresha (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang